Suaramuslim.net – Pernahkah kita memarahi anak karena berbagai alasan? Baik kita lakukan secara sadar atau tidak. Memarahi anak memiliki kecenderungan untuk selalu menyalahkan anak. Niat awal orang tua memarahi anak yaitu menumpahkan rasa kecewa, kesal dan ingin menegur serta menasihati. Namun, porsi orang tua untuk menasihati anak tertutupi oleh amarah yang memuncak, sehingga kata-kata yang keluar dari mulut orang tua cenderung tendensius serta memojokkan anak. Padahal sikap orang tua yang sering memarahi anak memiliki dampak buruk bagi tumbuh kembangnya.
Sayangnya dalam beberapa kondisi, orang tua sulit untuk mengontrol emosi yang muncul akibat perilaku anak. Misalnya saat orang tua dalam kondisi lelah, stres, dan terdesak, anak berbuat ulah yang dapat membuat batas kesabaran semakin menipis dan hilang kendali. Bahkan, lebih miris lagi, luapan emosi yang kehilangan kendali dan diumbar di wilayah publik, baik di hadapan orang banyak atau melalui sosial media.
Tidak bisa dipungkiri, sampai saat ini, masih banyak orang tua yang kerap mengeluhkan perilaku anaknya di laman akun media sosial. Mungkin pada awalnya tujuan menulis status tersebut hanya sekadar bentuk curahan hati. Nyatanya, perilaku tersebut sebenarnya bisa berujung dengan timbulnya dampak negatif di kemudian hari. Belum lagi jika mengingat bahwa jejak digital akan sulit dihapus.
Pernahkah Anda bayangkan apabila saat si kecil sudah beranjak dewasa kemudian menemukan curahan hati ibunya yang mengeluhkan perilakunya? Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk bisa terus belajar mengendalikan emosi dengan baik. Hal ini tentu saja untuk mencegah orang tua selalu menyalahkan anak. Terlebih lagi jika kemarahan pada anak diperlihatkan di muka umum dan sosial media. Bukan membantu membentuk kepribadian yang baik, hal ini justru berisiko menimbulkan dampak jangka panjang yang kurang baik pada si kecil.
Berikut beberapa contoh kalimat yang sebenarnya perlu dihindari oleh Bunda maupun Ayah :
Perkataan: “Bunda/Ayah capek ngurusin kamu”
Sudah menjadi rahasia umum bahwa menjadi orang tua tidaklah mudah. Rasa lelah pun sering kali dirasakan terutama bila si kecil berperilaku yang tidak diharapkan. Namun, jika kalimat ini sering diungkapkan kepada anak, terlebih di depan banyak orang tentu saja bisa berisiko mengganggu psikis anak.
Bila memang harus menegurnya atau sedang merasa lelah, cobalah untuk mengatakannya dengan lebih tenang, tidak di depan umum, dan fokus pada perbuatan serta kesalahan yang diperbuatnya. Selain itu, tak ada salahnya jika Anda berbagi peran untuk mengasuh si kecil. Biar bagaimana pun menjalankan peran orang tua akan membutuhkan support system.
Perkataan: “Kamu tuh bandel, susah sekali dibilangin”
Bukannya menyadari kesalahannya, saat mendengar kalimat ini anak justru akan bertindak sesuai dengan yang apa diutarakan orang tuanya. Tak jarang, anak juga malah melakukan hal sebaliknya, membelot ketika ia hanya dimarahi akan kesalahannya.
Hal yang lebih fatal jika ucapan ini diucapkan di muka umum. Bila ingin membicarakan kesalahan, sebaiknya bicarakan pelan-pelan dan dilakukan dengan privasi tanpa melibatkan banyak pihak yang bisa men-judge nya.
Perkataan: “Kamu itu mirip Ayah/Bunda, suka ngeyel”
Menggunakan sosok orang lain dalam menyalahkan perilakunya akan membawa dampak negatif tersendiri. Bagi orang tua yang memang sudah bercerai atau hendak berpisah, hal ini bisa menjadi hal yang lebih buruk lagi.
Dampak orang tua selalu menyalahkan anak
- Anak merasa rendah diri
Pernahkah terbayangkan jika pada suatu saat, Anda mendapat teguran yang keras dari atasan di depan umum? Selain rasa dipermalukan, tentu Anda akan merasa sedih, sakit hati, dan bisa saja merasa marah. Perasaan inilah bisa dirasakan oleh anak jika orang tua selalu menyalahkan anak di depan umum.
Dampak terbesarnya, anak akan kehilangan harga dirinya. Semakin lama ia menyerap perlakuan orang tuanya, anak akan merasa bahwa dirinya memang sosok persis seperti yang diungkapkan orang tuanya. Anak juga akan tumbuh dengan rasa kurang percaya diri dan mudah terguncang. Ketika melakukan kesalahan, anak cendurung menyalahkan dirinya sendiri terus menerus dan menganggap dirinya rendah dibandingkan yang lainnya tanpa bisa mencari tahu langkah selanjutnya untuk memperbaiki kesalahan.
- Hubungan jangka panjang dengan anak
Bila perilaku ini hanya didiamkan dan berlanjut, tentu hubungan orang tua dan anak akan terganggu. Kepercayaan anak akan menjadi berkurang, kedekatan serta kelekatan pun tidak terjalin dengan semestinya.
Semakin anak beranjak remaja dan dewasa, berbagai pengalaman buruk yang terjadi saat masa kecilnya akan turut membentuk kepribadian serta pola pikirnya di masa mendatang. Hal inilah yang membuat hubungan dengan anak bisa menjadi renggang.
- Kehilangan kepercayaan pada orang atau lingkungan sekitar
Orang tua selalu menyalahkan anak di depan umum juga akan memengaruhi tingkat kepercayaan dengan orang di sekitarnya. Lingkungan bisa mengecap Anda sebagai sosok orang tua yang kurang responsif dan simpati.