Suaramuslim.net – Saat kemarin dikabari puasa kurang 30 hari. Putaran pikiran saya cuma satu, bagaimana ya nasib para pencari takjil saat bulan puasa nanti? Terdengar lucu. Namun jika dilihat lebih dalam, sebenarnya ada banyak lho masyarakat Indonesia yang menggantungkan takjil dari masjid ke masjid.
Begini, tukang becak misalnya. Tukang ojol, mahasiswa kos, anak-anak kecil, pekerja bangunan, pemulung, suam-istri yang lagi ngirit, mereka biasanya menggantungkan kenyang dari takjil masjid. Magrib dapat nasi bungkus, setelah tarawih dapat jajan tadarusan, sahur kenyang dapat suguhan. Lengkap sudah.
Biasanya pengeluaran mereka untuk makan pada bulan biasa sekian rupiah, saat bulan puasa, pengeluaran tersebut bisa disimpan, digunakan membeli pakaian atau suguhan hari lebaran.
Namun hal tak terduga, pagebluk yang bernama virus corona (Covid-19) ini datang. Menghampiri dengan beringas dan memangsa siapa pun yang ditemui. Tanpa ampun, tanpa permisi, tanpa kulo nuwun kalau bahasa orang Jawa.
**
Ahmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 melaporkan, hingga Rabu 25 Maret 2020, pasien positif terus bertambah. Kini ada tambahan kasus baru positif sebanyak 105 kasus, menjadi 790 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 58 orang di antaranya meninggal dunia.
Update di dunia sendiri, menurut data Kompas, dari 198 negara penderita Covid-19 sudah ada 467.520 orang. Dan 113.808 dinyatakan sembuh.
Berbagai negara sudah me-lockdown diri. Negara-negara Eropa, semisal Italia, juga sudah kewalahan menangani kasus ini. Virus ini penyebarannya teramat cepat.
BNPB menilai kemungkinan jumlah tersebut akan terus meningkat sejalan dengan cuaca yang tidak kunjung panas. Terlebih di Indonesia, pada bulan-bulan ini masih sering terjadi hujan. Artinya menurut perhitungan logika, Covid-19 ini masih akan terus berkembang biak.
Bulan puasa tinggal sebentar lagi. Tidak sampai membalik kalender yang terpampang pada dinding rumah, bulan mulia tersebut akan datang. Sudah banyak masyarakat yang harap-harap cemas menanti bulan berkah ini.
Saya sendiri berharap wabah virus ini segera berakhir. Sebelum hari puasa tiba. Seperti doa dalam meme, “datang bulan puasa, hilang virus corona.”
Teramat pilu nasib para pencari takjil di bulan puasa nanti. Mereka tidak akan bisa menikmati hidangan istimewa masjid. Para penjual yang selalu berjejer di pinggir jalan saat bulan puasa juga tidak akan lagi bisa mencari nafkah. Jualan mereka tidak akan laku, jangankan laku, untuk berjualan saja pasti berpikir dua kali. Jualan atau terkena Covid-19. Begitu pula bagi pembeli.
Dan ini, satu lagi. Bagi-bagi takjil yang diinisiasi LSM, perusahaan, organisasi di setiap lampu merah sepertinya akan sia-sia tahun ini. Mereka akan kesulitan untuk membagikan takjil gratis bagi pengendara sore hari.
Saat ini sudah banyak masjid yang lockdown, sudah tidak melaksanakan salat berjamaah. Pun kemungkinan besar saat bulan puasa: tidak lagi membagikan takjil. Masjid terancam sepi. Tanpa semarak aktifitas Ramadan, tanpa bising anak-anak belajar ngaji pakai speaker, tanpa orang-orang yang berjejer mengantre takjil.
Namun berita menggembirakannya, apakah ketakutan-ketakutan itu masih berlaku bagi masyarakat, terlebih para pencari takjil? Kan masyarakat Indonesia terkenal dengan gak wani matinya? Alias dikenal sebagai bangsa pemberani. Lha wong ndak punya uang saja berani kredit motor kok, belum kerja, tidak punya apa pun, itu lho berani menikahi anak orang. Kalau cuma pagebluk corona saja, ya lewat!
Teguh Imami – Jurnalis Suaramuslim.net
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net