JAKARTA (Suaramuslim.net) – Acara Indonesia Lawyers Club dengan tema Agama Musuh Besar Pancasila Selasa (18/2) malam tadi ada hal yang menarik. Penyebabnya saat terjadi perdebatan antara Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dengan Wakil Sekjen MUI KH Zaitun Rasmin.
Kata-kata Ngabalin yang menyayangkan sejumlah organisasi keagamaan seperti MUI, NU dan Muhammadiyah tidak melakukan tabayyun terhadap pernyataan Yudian menuai kritik Zaitun Rasmin.
“Saya hanya mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tabayyun, apa itu tabayyun cek and ricek,” katanya.
Ngabalin kemudian mengutip dalil. “In ja’ akum fasiqun binaba’in fatabayyanu an tusibu qawman bijahalatin fatusbihu ‘ala mafa’altum nadimiin. Kalau ada suatu masalah yang Anda dengar mengenai agama, kita paham agama mengerti tauhid, kenapa tabayyun ga dilakukan?” Terang Ngabalin.
Ngabalin juga mengatakan Yudian adalah sesama warga negara yang diamanahkan untuk memimpin BPIP. Maka sebaiknya organisasi keagamaan ini melakukan klarifikasi terlebih dahulu.
Giliran Zaitun Rasmin berbicara, apa yang diungkapkan Ngabalin, dan ayat Al-Qur’an yang dikutip Ngabalin ditanggapi oleh Zaitun.
Ngabalin diminta berhati-hati dalam mengutip ayat dan dalam hal ini Ngabalin dinilai kurang memahami konteks ayat itu.
Menurut Zaitun, konteks dalil yang disampaikan Ngabalin memiliki arti apabila datang orang fasik.
Menurut Zaitun secara tidak langsung jika menggunakan ayat itu, Ngabalin memposisikan Yudian sebagai orang yang fasik.
“Ini orang yang sok pandai dari dahulu. Tabayyun apa sih. Salah-salah Pak Ngabalin merendahkan pak Yudian. In Ja akum Fasiqun, kalau ada orang fasik. Kalau bukan Pak Yudian, siapa? Apakah media yang fasik. Hati-hati menggunakan ayat,” kata Zaitun.
Kemudian Zaitun meminta Ngabalin menjelaskan bagaimana turunnya ayat tersebut namun Ngabalin tidak menjelaskan.
Akhirnya Zaitun sendiri yang menjelaskan asbabun nuzul (sebab turun) ayat tersebut.
Tidak terima, Ngabalin memanas dan berbicara dengan nada tinggi dan meminta lembaga keagamaan itu untuk tetap bertabayyun kepada Yudian.
“Saya tak bilang salah, kenapa enggak klarifikasi. Apakah MUI salah, NU Muhammadiyah salah, saya enggak gunakan kata salah. Saya hanya bilang enggak tabayyun sama pernyataannya Yudian,” balasnya.
Ngabalin mencecar Zaitun dan menantang jika ingin beradu ilmu tafsir.
“Di mana salahnya itu kalimat? Kalau mau bahas ilmu tafsir, kita belajar ilmu tafsir Zaitun, saya sekolah itu ilmu,” kata Ngabalin.
Zaitun menjawab ada beberapa hal yang memang tidak perlu untuk ditabayyun karena perkaranya dinilai sudah cukup jelas.
Hal itu pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW yakni ketika Bilal bin Rabah berselisih dengan Abu Dzar.
“Jadi dalam masalah ini di zaman terbuka sebuah pernyataan yang bisa dinilai publik, oleh MUI, Muhammadiyah, NU dan agama lain,” katanya.
“MUI sudah liat sendiri ini pernyataannya jelas, agama musuh Pancasila, ini jelas. Kalau MUI tak bersikap bagaimana. Mengatakan itu sudah jelas salah,” demikian Zaitun.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir