Suaramuslim.net – Akhir-akhir ini hangat viral “isu” Islam Rahmatan lil ‘alamin. Tentu, dengan berbagai versi. Terutama yang dihembuskan oleh negara-negara Barat dan orang-orang munafik liberal.
Mereka membuat fitnah basi dan keji tentang Islam. Bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin itu kalau bersikap, manis kepada orang kafir, merangkul kaum LGBT, oke terhadap perayaan agama lain, tapi justru sangat “tegas dan keras” kepada saudaranya yang dianggap “radikal” karena berpegang pada tali Allah, memata-matai pemuda/i yang rajin mengkaji Islam dan rajin ke masjid dengan label dan tuduhan terorisme dst. Semua fitnahan itu sangat keji dan jauh dari kebenaran serta sengaja digoreng untuk menghadang arus kebangkitan Islam yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
Islam adalah “dien” agung yang menjelaskan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Islam datang dengan seperangkat aturan multidimensional (lengkap, sempurna dan canggih) yang mengatur hubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, dan dengan dirinya sendiri.
Karena secara zat, Islam adalah sebuah “ad-dien” yang menyeluruh dan sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta dan Maha Kuasa Mengatur segala sesuatunya. Sehingga tidak ada satu pun cacat cela di dalamnya.
Bahkan, fakta membuktikan, banyak para pakar, intelektual, politikus, dan rohaniawan agama lain yang tadinya hasad berniat mengkaji Islam untuk mencari-cari kesalahan dan bermaksud menjatuhkan Islam, justru bertekuk lutut akal mereka tunduk pada cahaya, kebenaran dan kesempurnaan cahaya Islam, dan akhirnya memilih untuk memeluk akidah Islam.
Lalu mengapa Islam dan umatnya terpuruk dan terhina di hadapan musuh-musuhnya?
Sejarah membuktikan, ketika Islam diberikan kesempatan untuk tampil ke kancah kehidupan, Islam memberikan kepemimpinan yang memukau dan tidak bisa dikalahkan. Islam bukan agama diktator, dalam setiap penaklukan wilayah selalu diawali dengan dakwah bil hikmah kepada manusia, maupun negara lain dengan tiga pilihan.
- Memeluk Islam dengan sukarela, maka hak dan kewajibannya sebagaimana umat muslim yang lainnya
- Bersedia tunduk pada syari’at/aturan Islam, dengan membayar jizyah atas setiap laki-laki yang mampu, maka darah dan hartanya dijamin oleh negara khilafah
- Kalau tidak mau baru diperangi. Peperangan pun dalam ajaran Islam, masih diatur. Tidak boleh membunuh orang-orang lemah, seperti wanita, anak-anak, orang-orang jompo, dan para rahib yg tidak bersenjata. Tidak diperbolehkan pula membunuh binatang ternak dan merusak pepohonan, dan masih banyak lagi syariat yang ditetapkan oleh Islam untuk melindungi jiwa yang tak berdosa.
Masih banyak aturan yang ditetapkan Islam kepada negara, demi menjamin, sejahteranya rakyat, tegaknya Islam dan tersebarnya dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Penerapan Islam di tengah-tengah-tengah masyarakat harus didasarkan pada asas asas berikut ini:
- Keadilan Hukum Islam
- Penerapan dan pemberlakuan Islam secara menyeluruh merupakan wewenang Daulah Khilafah Islamiyyah. Daulah Islamiyyah harus mampu menjamin pemberlakuan syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat
- Ketakwaan harus dijadikan dasar bagi individu, masyarakat dan negara Islam untuk menjalankan syari’at Islam
- Adanya hubungan tolong-menolong antara negara dengan rakyatnya
- Koreksi umat/rakyat terhadap negara
Salah satu hal terpenting dari syari’at Islam adalah adanya aturan-aturan yang berkaitan dengan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok, baik secara individual (orang per orang), maupun secara komunal (sebagai kebutuhan masyarakat secara umum). Pemenuhan kebutuhan pokok secara individual, seperti sandang, pangan dan papan. Sedangkan pemenuhan kebutuhan pokok komunal, seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan.
Islam yang menyeluruh dan sempurna, kerahmatannya tampak pula pada syari’atnya yang memiliki tujuan, di antaranya:
- Menjaga agama
- Menjaga akal
- Menjaga jiwa
- Menjaga harta benda
- Menjaga keturunan
- Menjaga kehormatan
- Menjaga keamanan
Semua aturan Islam tersebut berlaku sama atas warga negara Islam, baik dia muslim maupun kafir dzimmi (non-muslim yang tunduk pada negara Khilafah, dengan membayar jizyah) tanpa pandang bulu.
Tentunya masih diperlukan pembahasan lebih intensif untuk “menyaksikan” gambaran secara utuh tentang Islam rahmatan lil ‘alamin. Pada prinsipnya, kerahmatan Islam bagi seluruh alam adalah setelah terwujud penerapan syari’at Islam dalam realitas kehidupan, bukan Islam yang diambil sepotong sepotong, sesuai keinginan hawa nafsu, yang enak diambil dan yang gak enak dibuang, yang pada akhirnya dipahami secara keliru atau dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam itu sendiri.*
Kontributor: Sulistyawati, SH
Editor: Muhammad Nashir
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net