Suaramuslim.net – Al Quran dibuka dengan dua sifat Allah yang begitu mulia, yakni ar-Rahman dan ar-Rahim. Ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah yang bermakna luas. Yakni memberi pengertian bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala, bersifat welas asih untuk melimpahkan karunia-Nya kepada semua makhluk di muka bumi.
Sedangkan ar-Rahim merupakan sifat kasih sayang Allah yang bermakna khusus. Yakni memberi pengertian bahwa Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, kepada setiap hamba yang beriman dan bertakwa. Dari dua sifat Allah tersebut kita dapat mengambil pelajaran, bahwa kita pun harus memberikan kasih sayang secara umum kepada semua manusia dan seluruh makhluk di muka bumi dan kasih sayang khusus untuk saudara-saudara kita yang seakidah.
Namun akhir-akhir ini banyak golongan-golongan tertentu yang mengagung-agungkan kelompoknya sendiri. Jangankan kasih sayang untuk semua makhluk, kasih sayang untuk sesama saudara yang telah dipersatukan dengan ikrar syahadat pun, tega mereka perangi. Saling fitnah dan cela untuk menjatuhkan kelompok lain. Bahkan meskipun sama-sama menegakkan sholat, mereka menganggap bekas tempat sujud orang yang tidak segolongan dengan mereka merupakan tempat najis yang harus segera dibersihkan. Naudzubillah.
Perbedaan khilafiah yang sebenarnya masih bisa ditolelir seakan menjadi bumerang akan jurang perpecahan yang semakin tajam. Islam yang sejatinya menjadi agama rahmatanan lil alamin, kini terbelenggu pada kotak-kotak tertentu yang begitu sempit.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. (H.R Bukhari dan Muslim).
Itulah sebabnya langkah pertama yang dilakukan baginda Rasulullah ketika hijrah ke kota Madinah adalah mempersatukan suku Aus dan Khadraj yang telah berperang lebih dari seratus tahun. Bahkan kehadiran kaum Muhajirin disambut dengan hati yang terbuka serta kasih sayang yang begitu mendalam oleh kaum Anshar. Inilah faktor utama terwujudnya masyarakat dinamik yang muncul di tengah kota Madinah, meskipun sebelumnya kota tersebut diselimuti prasangka buruk dan kebencian oleh sesama masyarakat arab Madinah. Sebagaimana yang diungkapkan imam Hasan al-Banna bahwa ikatan akidah adalah ikatan paling kukuh dan mahal.
Ada sebuah kisah dimana ketika seorang non muslim ingin menjual rumahnya dengan harga dua kali lipat lebih mahal dengan harga rumah pada umumnya. Ketika calon pembeli menanyakan apa alasan rumah itu dijual dengan harga begitu mahal, orang itu pun menjawab, bahwa di sampingnya ada tetangga muslim yang begitu baik hati serta ringan membantu sesamanya. Inilah makna kasih sayang yang bersifat luas. Jangankan kepada saudara seakidah, saudara sesama makhluk ciptaan Allah pun kita dianjurkan untuk menebar kasih sayang. Kaum kafir bukan untuk diperangi namun untuk dikasihi. Baru ketika mereka menyerang dan mencela agama kita, kita harus siap beraksi untuk membela. Karena bisa jadi melalui kasih sayang yang kita tebar hidayah Allah itu akan datang untuk mereka atau anak keturunan mereka.
Kasih sayang itu menguatkan, sedangkan perpecahan itu melemahkan. Mari, kita perlebar kotak kasih sayang yang kita miliki. Bukan hanya untuk golongan tertentu atau untuk yang sepemikiran dengan kita saja. Tapi untuk seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini. Kotak pertama kita berikan kepada saudara kita seakidah, yang di dalam jiwanya ada persaksian akan keberadaan Allah dan Rasulullah. Dan kotak kedua kita berikan kepada sesama makluk yang telah diciptakan Allah. Itulah kotak kasih sayang yang dapat kita ambil dari sifat rahman dan rahim Allah. Cukuplah kita hentikan saling hujat dan cela itu dan menggantinya dengan jiwa kasih serta siraman doa. Sadari bahwa mereka adalah saudara kita, saudara seakidah maupun saudara sesama ciptaan Allah. Wallahu a’lam bi shawab.
Kontributor: Santy Nur
Editor: Muhammad Nashir