Suaramuslim.net – Setiap orang pasti mengalami krisis. Baik efek dari krisis suatu negeri atau krisis bersifat personal atau dikenal krisis kepribadian. Krisis tersebut ada yang membuat seseorang tambah kuat. Ada juga yang membuat semakin lemah. Kalau tidak dikatakan jatuh kepada bunuh diri.
Mereka yang mengalami krisis kepribadian dan bagaimana untuk keluar darinya itu yang terpenting. Bukan krisis itu sendiri.
Krisis itu apa? Kepribadian juga apa?
Krisis jika di KBBI: bermakna keadaan yang berbahaya; keadaan yang genting; keadaan suram. Bisa diambil kesimpulan jika krisis merupakan keadaan yang sempit. Kemudian kepribadian, kata dasar “pribadi” yang bermakna: manusia sebagai perseorangan. Ada tambahan ke-an menjadi kepribadian. Kepribadian di KBBI: sifat hakiki yang tercermin dalam sikap seseorang atau suatu bangsa yang bisa membedakan dengan yang lain.
Maka bisa diartikan jika krisis kepribadian adalah keadaan dimana seseorang mengalami gangguan, kesempitan dan ketidaknyamanan dari sikap yang ditetapkan untuk dirinya. Hal itu bisa berawal dari eksternal maupun internal.
Apa tanda-tanda seseorang terkena krisis?
Untuk memahami sebuah krisis. Kasus 1998 merupakan contoh paling gampang. Pada saat krisis 1998, bangsa ini diserang oleh arus gelombang politik yang begitu gaduh dan rusak. Kerusuhan berbau SARA mendengung begitu keras. Mahasiswa turun ke jalan. Sektor riil benar-benar lumpuh. Makanan pokok begitu berharga. Harga-harga melambung tidak terkontrol.
Krisis personal bisa dianalogikan seperti itu juga. Kondisi pikiran tidak tenang. Dilingkupi rasa bersalah berkepanjangan. Terhimpit hutang dan putus asa untuk bayar. Tertekan dengan atasan. Atau tertekan dengan banyak kebutuhan namun penghasilan tidak mampu mencukupi kebutuhan.
Sekarang menjadi penting, bagaimana bisa keluar dari krisis kepribadian? Akar masalah dari krisis itu bisa dicari. Namun sebelum mencari penyebab krisis tersebut alangkah baik jika menghadirkan Allah dalam setiap permasalahan. Baik itu besar maupun kecil. Yakni dengan sedekah.
Para ulama hikmah mengajarkan jika sedekah sebagai penolak bala paling ampuh. Dalam sebuah hadits qudsi Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman,”Wahai anak Adam, kosongkan gudangmu untuk memenuhi apa yang ada di sisi-Ku. Niscaya engkau akan selamat dari kebakaran, kebanjiran, pencurian dan kejahatan.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Mengosongkan gudang merupakan kias dari mengeluarkan harta. Jangan dibiarkan menumpuk tanpa memperhatikan hak orang lain. Di dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda,”Bersegeralah kalian untuk mengeluarkan sedekah, karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah.” (HR. Thabrani).
Sedekah ini menguatkan pijakan hamba kepada Allah subhanallahu wa ta’ala untuk melangkah keluar dari krisis. Jalan-jalan lebih terbuka. Ide-ide lebih cemerlang. Bantuan datang dari kiri kanan depan belakang.
Di balik harta yang diperoleh, sepersekian ada yang kotor. Kotoran harta ini mengganggu jiwa, relasi dan lingkungan sekitar. Ada pantulan cermin berhawa negatif. Sehingga mengundang krisis. Lebih-lebih kepada pribadi yang labil.
Setelah merasakan nikmat sedekah, kemudian berpikir sejenak. Merenung sejenak. Kenapa krisis menimpa? Adakah yang salah? Mulai dari langkah kecil. Jika kebutuhan lebih besar daripada pendapatan, coba mencari tambahan penghasilan dengan pekerjaan tambahan. Bisa dilakukan di malam hari sepulang dari kerja yang wajib.
Sedekah yang melicinkan jalan, agar kebutuhan dengan pendapatan yang sama bisa cukup. Atau bisa juga pendapatan yang semakin meninggi. Bagi Allah subhanallahu wa ta’ala begitu mudah.
Selanjutnya, cukup menanam keyakinan jika sedekah bisa mengeluarkan dari krisis. Hayati setiap kejadian setelah bersedekah. Dan rasakan dengan syukur jika belum ada perubahan. Meskipun ini berat.
Kontributor: Muslih Marju *
Editor: Oki Aryono
*Guru SD Inovatif Aisyiyah Kedungwaru, Tulungagung
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net