Suaramuslim.net – Memiliki sikap lapang dada, ternyata akan menjadikan pemiliknya sebagai calon penghuni surga. Sekalipun sang pemilik itu tidak memiliki amalan yang istimewa namun Allah subhanahu wa ta’ala memberikan ganjaran pahala yang luar biasa.
Sebagaimana kisah seorang pemuda Anshar yang lewat ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat sedang dalam satu majelis. Lalu Nabi bersabda, telah datang seorang calon penghuni surga. Perkataan ini terulang tiga kali. Abdullah bin Amru bin Ash lalu mengikuti laki-laki Anshar tersebut selama tiga hari. Tidak terlihat amalan ibadah istimewa yang dilakukan oleh lelaki Anshar ini. Rupanya, yang menjadikannya calon penghuni surga adalah sifat lapang dada. Kata lelaki itu, “Amalku hanyalah amal yang telah engkau lihat. Namun di dalam jiwaku sama sekali tidak pernah terbetik rasa ghisy (tidak tulus) terhadap seorang muslim pun, dan aku juga tidak pernah iri kepada seorang pun atas sebuah nikmat yang Allah karuniakan kepadanya.” (HR. Ahmad).
Ada kisah lain mengenai sikap lapang dada yang ditunjukkan oleh seorang sahabat Umar bin Khattab. Suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khattab sedang berpidato tentang jihad. Tiba-tiba Salman Al Farisi menginterupsi, “Jangan didengar, jangan ditaati.” Umar mencoba bersabar dan bertanya, ”Mengapa?” ”Karena engkau berbuat curang dan mencuri kain Yaman yang dibagikan kemarin masing-masing selembar per orang. Bagaimana engkau bisa menjahitnya menjadi baju dan sekarang memakainya.”
Umar kembali bersabar, dan bertanya kepada hadirin, ”Mana Abdullah?” Tak ada yang menyahut, termasuk putranya, Abdullah bin Umar, karena mungkin menyangka maksudnya adalah hamba Allah (abdullah). Untuk ketiga kalinya Umar bersabar dan bertanya lebih konkrit, ”Mana Abdullah bin Umar?” Setelah anaknya menyahut, Umar memerintahkan menjelaskan asal muasal bajunya. Penjelasannya memuaskan Salman dan hadirin, bahwa jatah kain Abdullah Bin Umar diberikan ayahnya sehingga cukup dibuat satu baju. Mereka pun kembali bersedia mendengarkan dan menaati. Umar tetap bersikap lapang dada, sabar dan ramah tamah, meski kritik itu salah. Inilah salah satu penyebab keberhasilan pemerintahannya.
Dua kisah di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa orang yang memiliki kesucian hati akan mudah sekali berlapang dada dalam hal apapun sekalipun dalam kondisi yang tertekan. Dia mampu mengendalikan dirinya dari sikap-sikap yang buruk seperti rasa benci, dengki, iri, dan dendam. Ia juga berhasil menunjukkan akhlak al-karimah dalam kehidupan sehari-hari. Terlihat jelas dari sikap Umar bin Khattab yang mampu meredam amarahnya, dan berusaha tetap bersabar karena mengedepankan sikap lapang dadanya.
Pengertian Lapang Dada
Dilansir dari laman republika.co.id, menurut Muhammad Ali al-Shabuni dalam buku tafsirnya Shafwat al-Tafasir, yang dimaksud dengan dilapangkan dadanya ialah bahwa hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dipenuhi dengan iman, diterangi dengan cahaya kebajikan dan kebenaran, serta disucikan dari berbagai kotoran dan dosa-dosa.
Di dalam dada yang lapang dan hati yang bersih itulah bersemayam iman dan takwa. ”Tempat takwa itu di sini!” sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil menunjuk ke dadanya.
Allah berfirman, ”Siapa-siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, maka Dia melapangkan dadanya. Dan siapa-siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, maka Allah menjadikan dadanya sesak dan sempit.” (Q. S. 6: 125).
Jadi orang yang lapang dadanya serta bersih hatinya akan mampu mencintai saudaranya seperti dirinya sendiri, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Orang tersebut akan memiliki hati yang senang dan gembira apabila saudaranya mendapat kebaikan dan anugrah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Selain itu, dia juga akan mendapat perlindungan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Firman-Nya, ”(Ingatlah) pada hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih dan lapang.” (Q.S. 26:89).
Agar Selalu Lapang Dada
Seperti dikutip oleh muslim.or.id di antara sebab-sebab agar dada menjadi lapang yang, Pertama adalah mentauhidkan Allah ta’ala dan mengikhlaskan agama bagi-Nya, menujukan ibadah hanya kepada-Nya, dan menjauhi kesyirikan baik kecil maupun besar.
Kedua, cahaya keimanan yang Allah berikan pada hati seorang hamba.
Ketiga, mendapat ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Quran dan sunnah Rasul.
Keempat, Inabah (kembali) kepada Allah ta’ala dan cinta kepada-Nya, serta mendahulukan cinta kepada Allah dari pada cinta kepada selain-Nya.
Kelima, Senantiasa berdzikir dan mengingat Allah.
Keenam, berbuat baik kepada semua makhluk, sesuai dengan kemampuannya, baik dalam bentuk harta, pertolongan, kedudukan dll.
Ketujuh, kebranian dan kuatnya hati (tidak pengecut).
Kedelapan, menghilangkan kedengkian (penyakit hati).
Kesembilan, meninggalkan fudhul (berlebih-lebihan), baik ucapan, pandangan mata, pendengaran, ataupun makanan.
Terakhir, baik dalam ittiba‘ (mengikuti) Nabi.
Kontributor: Yetty
Editor: Muhammad Nashir