Suaramuslim.net – Di antara kita mungkin pernah melihat anak kecil yang sedang menangis histeris sembari menolak ajakan kedua orang tuanya, entah apa yang membuatnya menangis. Semua orang pun tertuju padanya. Sebagai orang tua yang baru memiliki anak, atau yang masih belum mengerti tentang dunia parenting, tentu akan kesusahan dengan keadaan ini.
Masa awal anak-anak adalah fase perkembangan dengan perubahan yang cukup menonjol. Masa ini merupakan tingkat perkembangan saat anak-anak menghadapi dunia sosial yang lebih luas. Anak-anak mulai keluar dari lingkup keluarga menuju lingkungan teman sebaya dan memasuki lingkungan sekolah. Pada masa ini, anak-anak sudah mulai memiliki pemahaman yang lebih kompleks mengenai lingkungan sosialnya.
Dalam fase ini, mereka sudah menyadari dan mampu mengeskpresikan keinginannya, namun mereka juga memahami bahwa lingkungan memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi, yang sering kali menghalanginya untuk mencapai segala keinginannya.
Ketika mereka dihadapkan dengan kondisi yang membingungkan, maka mereka akan mengalami frustasi, sehingga menunjukan reaksi-reaksi tertentu. Tidak jarang, reaksi tersebut merupakan perilaku yang menggangu dan merusak, seperti menangis, marah, dan berkata-kata kasar.
Dalam hal ini, saya pernah bahkan sering mendapati anak yang sedang tantrum. Contohnya, pada saat saya berada di toko buku, ada seorang anak sekira berumur 3 tahun yang sedang menangis histeris, tak jelas duduk perkaranya. Beberapa pengunjung melihat anak itu sembari digendong oleh ibunya. Tetapi ia tetap saja menangis, sembari menunjuk ke rak buku yang mungkin dia inginkan, yang pada akhirnya si ibu mengajaknya keluar.
Contoh lain, saya pernah mendapati seorang anak sekira berumur empat tahun, yang sedang marah karena jengkel dengan kawannya, dan akhirnya dia menangis sembari mengungkapkan kemarahannya dengan cara membenturkan kepalanya ke ubin berkali-kali. Sontak, ibunya langsung merengkuhnya dan mengendongnya, mencoba untuk membujuknya agar tidak menangis lagi.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat adanya kesenjangan antara pemahaman para ibu dengan para ahli mengenai tantrum yang muncul pada anak. Kemunculan tantrum sering kali menimbulkan rasa jengkel bagi ibu, apa lagi ayah. Bahkan adanya rasa malu bila terlihat oleh orang lain, sehingga sebagian ibu melabeli anaknya sebagai anak yang bandel atau nakal.
Sebelum kita mengetahui cara mengatasi anak tantrum, tentu kita harus mengetahui terlebih dulu pengertian dari tantrum itu sendiri.
Tantrum dapat dikenali deari berbagai istilah, seperti amukan, mengamuk, dan mengambek. Tantrum didefinisikan sebagai semprotan emosi frustasi dan amarah yang ekstrem dan tidak terkontrol pada anak yang tampak dari perilaku-perilaku yang tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan situasi.
Anak juga dapat menggunakan tantrum sebagai ancaman utnuk mendapatkan hal yang diinginkannya, karena ia belum cukup mampu mengkomunikasikan keinginannya dengan jelas, pada akhirnya, tantrum menjadi “senjata” ampuh untuk meluluhkan hati orangtuanya untuk kemudian mendapatkan apa yang ia inginkan.
Pada umumnya, anak mengalami tantrum pada rentan usia 12 bulan dan akan berakhir pada usia 4 tahun. Anak akan mengekspresikan perilaku menangis, meronta, menyakiti diri dengan berbagai cara, mendorong, menarik, atau mengigit objek sasaran. Rata-rata tanrum hanya berdurasi 10-15 menit, dan berlangsung kurang dari 5 kali dalam sehari, dan anak akan mampu mengembalikan moodnya ke keadaan normal.
Adapun yang menyebabkan perilaku tantrum pada anak adalah, ketika anak tidak mendapatkan perhatian dari ibu yang mungkin sendang berbicara dengan kawan atau melakukan aktivitas lain. Maka dari itu, anak akan mencari perhatian dengan menangis sembari memukul si ibu untuk segera mengalihkan aktivitasnya padanya.
Anak dapat merasa frustasi biasanya karena tiga hal, yakni tidak diizinkan melakukan sesuatu yang diinginkan, tidak mau menyelesaikan aktivitas yang dikerjakan, atau dipaksa melakukan aktivitas yang tidak diinginkan.
Dalam penanganan perilaku tantrum, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua, di antaranya:
- Menghindari penyebab tantrum dan mengalihkan perhatian anak.
- Menghiraukan tantrum dengan memberikan perhatian sesedikit mungkin terhadap amukannya.
- Tetap tenang dalam menghadapi anak yang sedang mengekspresikan tantrum.
- Konsisten dengan penghirauan tersebut, agar anak tidak mengulangi perlilaku tantrum.
- Memberi sentuhan lembut dengan pelukan kuat dan berbicara dengan tenang.
- Memberi instruksi yang sederhana dan jelas untuk meredakan tantrumnya.
- Apabila anak sudah mampu untuk mengendalikan tantrumnya, berikan pujian atau hadiah. Sebaliknya, jika ia masih berperilaku tantrum yang semakin menjadi, cara yang dapat digunakan adalah dengan menghukumnya hingga ia jerah dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi (reward and punishment).
Dengan memperhatikan gejala-gejala tantrum dan cara mengatasinya, maka kita sebagai orang tua atau calon orang tua, dapat mengetahui langkah apa yang harus kita ambil dalam mengatasi perilaku tantrum pada anak.