Suaramuslim.net – Mengawali mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas VII, saya memberitahukan kepada para murid sebuah kabar duka, “Saya dapat kabar KH Maimun Zubair wafat di Mekkah, bagaimana caranya kalian mendoakan beliau?“. Soal kabar wafatnya Kiai Maimun saya dapat dari pesan WhatsApp yang dikirim sahabat saya, Sofyan Afandi M.Hi.
Guna memperoleh kepastian, saya mengakses laman Liputan6.com. Di laman ini diberitakan wafat sekitar pukul 04.30 waktu setempat, Selasa (6/8/2019). Bahkan, malam sebelum wafat, Mbah Moen sempat menerima Duta Besar Indonesia di Saudi Arabia, Agus Maftuh Abegebriel. “Beliau tidak sakit, sampai tadi malam masih terima tamu di Makkah,” kata Sekjen PPP Arsul Sani. Hingga tulisan ini terbit, almarhum dikebumikan di kompleks pemakaman Ma’la, Makkah.
Ternyata ada alah satu murid yang tidak kenal sosok almarhum, “Siapakah kiai Maimun itu pak?” tanya murid alumnus SD Muhammadiyah 3 Tumpang, Kabupaten Malang. Saya ceritakan profil singkat beliau. Almarhum ini ulama kharismatik asal Rembang. Salah satu putranya kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa tengah. Ketika kampanye pilpres 2019, mendadak viral karena “keliru” mendoakan salah satu Capres. “Yang ditujukan kepada 02 kan?” celetuk murid berdarah Madura. Singkat cerita, saya ulang kembali pertanyaan tadi. Diluar dugaan, ada dua murid yang barangkali berlatar NU menjawab dengan mantap. “Dibacakan yasin dan dikirimi al-Fatihah.”
“Wah boleh juga.. tapi harus diicermati lagi dimana kalian berpijak saat ini. Jawabannya tergantung di mana kalian berpijak,” ucap saya. “Kita berpijak di bumi pak,” jawab murid asal Flores. “Iya betul nak, semua yang berada di kelas ini berpijak ke bumi, tapi lebih tepatnya ini amal usaha Muhammadiyah,” imbuh Saya.
Tak berselang lama, seorang murid alumnus SD Muhammadiyah 1 kota Malang memberi jawaban berbeda. Dia membacakan doa, “Allahumma firlahu warhamhu wa’afihi wa’fu anhu…“. Saya bangga kepada beberapa murid yang berani mengutarakan jawabannya. Andai saja membawa seporsi Takoyaki atau tarulah es Pisang Ijo, saya hadiahkan kepada mereka.
Tak lupa saya menasehati mereka, “Nak.. nanti kalau ada temanmu sekalipun dia dari NU, Jamaah Tabligh, Hidayatullah bahkan menjadi tokoh Nasional, lalu wafat seperti KH Maimun zubair, jangan lupa didoakan ya… mereka saudara seiman, cuma beda organisasi.” Saya berharap mereka paham bahwa beragama itu tak usah fanatik organisasi. Pasalnya sikap begini bisa merusak ukhuwah Islamiyyah.
Saya beritahu juga bahwa di MTs Muhammadiyah 2 Malang ini pernah diadakan sholat ghaib untuk mantan Ketua umum PBNU, KH. Hasyim muzadi. “Kenapa bisa begitu pak” tanya salah satu murid asal Lawang, Kabupaten Malang. “Catat baik-baik ya… semua itu karena KH Hasyim Muzadi punya hubungan baik dengan sebagian besar elite persyarikatan Muhammadiyah,” kata saya sebelum jam pelajaran SKI berakhir. Selain itu, beliau alumni Pesantren Modern Gontor. Ada kesamaan dengan ustaz-ustaz di sini dan juga Pak Din Syamsuddin. Wallahu a’lam.*
*Opini yang terkandung dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial suaramuslim.net.