Suaramuslim.net – Seperti disampaikan penulis pada bagian lalu, kisah bola voli Al Irsyad akan berlanjut dengan menampilkan para pelaku pebolavoli Al Irsyad tempo doeloe yang sangat membanggakan. Edisi kali ini penulis mengangkat Toriq Bayasut sang vooder andalan bola voli Al Irsyad Surabaya.
Kiprah ini perlu ditulis, bukan untuk riya atau yang lain. Akan tetapi murni untuk mengabarkan kepada yunior bahwa kegiatan apapun, apabila dilakukan sungguh-sungguh dan terus menerus, maka akan mencapai hasil maksimal. Dan tidak sedikit melalui olahraga, dapat dijadikan batu loncatan untuk peluang kerja atau yang lainnya.
Intinya olahraga dapat membentuk karakter kuat, kerja sama dan saling membutuhkan dan nilai-nilai itu sangat diperlukan dalam mengarungi kehidupan.
Untuk mengupas peran Toriq, demikian nama panggilannya, dalam perbolavolian Al Irsyad Surabaya, penulis berkesempatan silaturrahim ke rumahnya yang berada di daerah Gayung Sari Surabaya, Sabtu, 14 Januari 2023.
Voli sebagai ikon Al Irsyad Surabaya tempo doeloe
Olahraga bola voli merupakan salah satu ikon Al Irsyad Surabaya tempo doeloe di samping aktivitas lainnya.
Bermula ketika duduk di bangku SMPN 7 Surabaya, sekitar tahun 1970, Toriq kecil mulai bermain bola voli bersama Yunus Yamani dan lainnya. Pernah pula juara dalam kejuaraan antar SMP se-Surabaya di GOR Pancasila Surabaya. Toriq Bayasut dan Yunus Yamani adalah pemain didikan klub Al Irsyad Surabaya.
Karena peminatnya cukup banyak, maka untuk klub Al Irsyad saat itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pelajar dan kelompok pemuda.
Mengingat lapangannya hanya satu yaitu di komplek Perguruan Al Irsyad, Jl. Danakarya No. 46 Surabaya, maka jadwal latihannya bergilir, yaitu kelompok pelajar, hari Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan untuk kelompok pemuda, hari Selasa, Kamis dan Sabtu.
Bagi pemain kelompok pelajar yang memiliki skill bagus (di atas rata rata), maka dapat dipromosikan ke kelompok pemuda. Boleh dikatakan, kelompok pelajar merupakan ajang seleksi alamiah untuk kelompok pemuda. Jadi klub bola voli Al Irsyad Surabaya tidak kekurangan stok pemain.
“Alhamdulillah di kelompok pelajar, saya (Toriq Bayasut) cakap sebagai vooder (pembagi bola) yang bagus. Melihat hal itu Amang Yamani sebagai senior, merekrut masuk di kelompok pemuda. Karena kelompok pemuda banyak smasher, tetapi kekurangan vooder. Yang berposisi sebagai vooder pada kelompok pemuda waktu itu adalah Mohammad Bahmid, Ali Alydrus. Pernah waktu itu ada pertandingan persahabatan, saya (Toriq) menggantikan peran Mohammad Bahmid sebagai vooder. Ada perasaan bangga, namun saya terus berlatih untuk menjadi vooder yang jauh lebih baik”, demikian kenang Toriq Bayasut.
Untuk mengkoordinir sekaligus membuat jadwal kompetisi, maka setiap klub bola voli harus masuk dalam asosiasi yaitu IBVOS (Ikatan Bola Voli Surabaya). Untuk klub: Al Irsyad, Vio, Eagle, Naga Kuning, Nanggala, Sparta (Sidoarjo) dan lainnya, oleh IBVOS masuk kelompok tim A.
Menariknya setiap klub Al Irsyad Surabaya bertanding, selalu diumumkan dan ditulis di papan pengumuman di Hotel Kemadjuan, Jl. K.H. Mas Mansur Surabaya. Karena jamaah (warga Al Irsyad Surabaya) suka pertandingan bola voli, maka mereka berbondong-bondong menyaksikannya.
Pertandingan bola voli diadakan di Lapangan Embong Macan (sekarang Tugu Bambu Runcing) Jl. Taman Ade Irma Suryani Nasution Surabaya. Sebelumnya pertandingan diadakan di Lapangan Joko Dolog, depan Gedung Negara Grahadi, Jl. Pemuda Surabaya. Setiap berhadapan dengan Tim Vio, penontonnya selalu meluber, karena di tim Vio ada pemain keturunan Arab yaitu Fauzi bin Thalib.
Pemain tim senior (tim A) adalah: Amang Yamani, Hasan Jawwas, Sucipto, Sukirno, Totok, Toriq Bayasut, Ali Alydrus, Yunus Yamani, Noval Yamani, Bashir Kalia, Farid Yamani dan Nizar Yamani. Sedangkan pemain tim Yunior (tim B) adalah: Taslimin, Mustari (KKO, karena beliau anggota KKO yang masih aktif), Yunus Mahri, Hisyam Hayaza, Ahmad Basymeleh, Sunarto.
“Menariknya, sekitar tahun 70-an, ketika memperingati HUT RI 17 Agustus, diadakan lomba bola voli antar daerah di Lapangan Segitiga, Kampung Melayu (Jl. Selangor, sekarang berdiri Masjid dan kantor Koramil Kecamatan Pabean Cantikan), Surabaya. Dinamakan kampung Melayu karena ada kemiripan nama seperti di negara Malaysia, yaitu Johor, Pahang, Kelantan, Trengganu, Perlis,” kenang Toriq Bayasut.
“Tim Pahang dengan pemain: Yamani bersaudara (Amang, Yunus, Noval, Farid, Nizar). Berhubung kurang satu, maka Toriq Bayasut di-bon sebagai vooder, sehingga pas enam orang. Gak pakai pemain cadangan. Alhamdulillah tim kita (tim Pahang) juara. Selain itu di wilayah Johor, dahulu ada asrama Bekam yang banyak dihuni oleh warga keturunan Ambon dan rata-rata pemain voli. Jadi senang banyak kawan berlatih”, kenang Toriq, tentunya banyak cerita menarik lainnya seputar kampung Melayu.
Tidak semua klub memiliki dua kelompok (yunior dan senior). Alhamdulillah klub Al Irsyad memiliki keduanya. Sedang anggota kelompok yunior (tim B) adalah: Al Irsyad, Archiles, Theo, Naga Kuning, Indonesia Muda dan lain-lain.
Seperti disampaikan di depan, pemain dari tim B yang memiliki skill bagus, akan mendapat promosi ke tim A, begitu pula klub Al Irsyad, sehingga para pemain berlatih serius dan menunjukkan permainan yang bagus agar dapat promosi ke tim A.
Mengharumkan klub Al Irsyad di kancah voli nasional
Ketika ada kejuaraan tingkat Provinsi Jawa Timur, yang ikut bertanding dari Al Irsyad adalah Sucipto, Bashir Kalia dan lain-lain. Toriq melanjutkan ceritanya, masih di tahun 70-an, juga pernah masuk tim bola voli Jawa Timur yang bertanding di tingkat nasional di Bandung, dengan hasil sebagai berikut: Juara I Tim Jawa Barat, Juara II Tim DKI dan Juara III Tim Jawa Timur.
Satu kebanggan tersendiri, karena walaupun tidak juara I, akan tetapi juara III merupakan prestasi yang luar biasa, dapat mengharumkan nama klub asal (Al Irsyad Surabaya), Kota Surabaya dan Jawa Timur.
Di tengah-tengah obrolan, penulis sempat bertanya, “Apakah dalam pertandingan selalu di lapangan tertutup?”
Toriq Bayasut menjawab, “Seringnya main di lapangan terbuka, kadangkala pernah juga bermain di lapangan tertutup, misalnya di GOR Pancasila Indragiri Surabaya. Maklum saat itu lapangan tertutup masih sangat sedikit, tidak seperti sekarang.”
Demikian kiprah Toriq Bayasut bagian pertama. InsyaAllah akan disusul bagian berikutnya. Intinya bola voli Al Irsyad Surabaya tempo doeloe sangat diperhitungkan oleh lawan-lawannya (ditakuti). Karena anak-anak ini cakap bermain dan fisiknya yang mendukung.

Selamat membaca dan ikuti edisi berikutnya, masih tentang Toriq Bayasut sang vooder handal yang lahir dari rahim klub bola voli Al Irsyad Surabaya.
Ditulis oleh: Washil Bahalwan
Narasumber: Toriq Bayasyut
Editor: Muhammad Nashir