Cinta luar biasa untuk bukan manusia biasa

Cinta luar biasa untuk bukan manusia biasa

Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Muhammad SAW yang Perlu Diketahui

Suaramuslim.net Cinta kepada manusia biasa saja membuat seseorang menjadi gila atau ‘mabok’ dengan cintanya. Apalagi mencintai manusia yang luar biasa, yaitu Rasulullah Muhammad ﷺ.

Perhatikan Firman Allah dalam QS Al Kahfi 110;

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًاࣖ ۝١١٠

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.

Nabi Muhammad ini memang manusia seperti manusia pada umumnya sebagai “basyar” yang memiliki unsur-unsur kemanusiaan sebagai berikut;

a. Unsur dasar nafsu (seperti membutuhkan makanan, seksual, dan pertahanan diri)
b. Unsur hawa (keinginan kuat)
c. Unsur akal (potensi untuk memadukan antara memori dan fakta yang dihadapinya)
d. Unsur fisik itu sendiri seperti adanyanya darah yang mengalir ketika luka, demam di tubuh ketika ada reaksi virus yang masuk dan lainnya.

Unsur-unsur di atas itulah yang disebut dengan istilah “basyar” dalam Al-Qur’an.

Namun demikian beliau ﷺ menjadi manusia yang berbeda dan luar biasa karena memiliki sifat kenabian atau nubuwat karena adanya wahyu yang diterimanya.

So… Nabi Muhammad memang ‘basyar’, manusia dengan segala unsurnya tersebut. Namun beliau manusia yang bukan seperti manusia biasa, beliau manusia luar biasa, manusia super yang berbeda dengan umumnya manusia.

Beliau memiliki akal tapi akalnya di atas akal semua makhluk. Beliau makhluk yang super cerdas, bagaimana mungkin tidak cerdas sedangkan Al-Qur’an turun kepadanya penuh dengan ilmu. Karena dari penjelasannyalah lahir berbagai disiplin ilmu.

Betul beliau memiliki unsur nafsu, tapi semua nafsunya terkontrol oleh jiwa yang bersih dan suci, karena beliau pernah dicuci hatinya oleh Jibril.

Keistimewaan fisik Nabi Muhammad

Betul beliau fisiknya bisa terluka, bisa demam, namun beliau kuat menghadapi lukanya, jika manusia biasa saja sudah jatuh tidak berdaya. Fisik beliau memiliki kekuatan setara dengan 30 kekuatan manusia kuat lainnya. Fisik beliau memiliki kekuatan yang hebat karena mampu melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya.

Dalam sebuah riwayat, fisik beliau memiliki kemampuan “menggilir” istri-istrinya dalam satu malam.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi ﷺ pernah menggilir para istrinya dalam satu malam, sementara saat itu beliau memiliki 9 orang istri.”

Fisik beliau ﷺ juga dapat merasakan lapar akan tetapi daya tahannya menahan lapar berbeda dengan yang lainnya. Lihatlah dalam perang Ahzab ketika sahabat menggali parit, semua merasakan lapar yang amat sangat dan mengganjal perutnya dengan batu karena rasa lapar yang luar biasa dan ternyata mereka banyak lemas karena menahan laparnya. Berbeda dengan Rasulullah yang ternyata juga mengganjal perutnya karena lapar akan tetapi beliau ﷺ tidak lemas sama sekali.

Itu semua karena pada diri beliau tidak hanya ada sifat basyar namun juga ada sifat nubuwat kenabian yang dapat memunculkan cahaya.

Karena itu dalam kitab Ad Diba’i juga disebutkan beliau ﷺ adalah cahaya di atas cahaya lainnya.

ﺃﻧﺖ ﺷﻤﺲ ﺃﻧﺖ ﺑﺪﺭ ، ﺃﻧﺖ ﻧﻮﺭ ﻓﻮﻕ ﻧﻮﺭ

Engkau bagaikan matahari # Engkau bagaikan purnama # Engkau cahaya di atas cahaya

Menurut sya’ir Syekh Ad Diba’ tersebut Nabi Muhammad ﷺ digambarkan cahaya di atas segala cahaya dan ini ternyata sesuai dengan nash Al-Qur’an surat Al Maidah ayat 15.

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ ەۗ قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ ۝١٥

Wahai Ahlulkitab, sungguh rasul Kami telah datang kepadamu untuk menjelaskan banyak hal dari (isi) kitab suci yang kamu sembunyikan dan membiarkan (tidak menjelaskan) banyak hal (pula). Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab suci yang jelas.

Sebagian besar ulama memahami arti nur (cahaya) dalam ayat di atas adalah Rasulullah ﷺ dalam arti Rasulullah adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia dengan risalah yang dibawanya bukan dalam arti wujud Rasulullah adalah cahaya sebagaimana dipahami oleh sebagian ulama sufi.

Pada ayat lain digambarkan bahwa sosok nabi Muhammad sebagai pelita yang terang benderang, lihat surat Al Ahzab ayat 46.

وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهٖ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا ۝٤٦

Dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya serta sebagai pelita yang menerangi.

Jadi, karena ‘basyar’ yang bersatu dengan cahaya nubuwat itulah, sosok Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia yang bukan manusia biasa.

Itulah pula kenapa para ulama di antaranya pengarang kitab Burdah menyatakan tentang sifat beliau ﷺ dalam syairnya menyebut;

فبمبلغ العلم فيه أنه بشر *** وأنه خير خلق الله كلهم
محمد بشر وليس كالبشر *** بل هو ياقوتة والناس كالحجر

Puncak pengetahuan tentangnya bahwa beliau ﷺ adalah manusia
Namun beliau ﷺ adalah makhluk Allah yang terbaik melebihi semuanya
Muhammad ﷺ itu manusia tapi tidak seperti manusia pada umumnya
Bahkan dia itu bagaikan batu permata sedangkan manusia itu batu biasa

Kembali kepada cinta

Kalau mencintai manusia biasa saja seseorang bisa gelap mata dan hati, maka semestinya mencintai Nabi Muhammad ﷺ harus melebihinya. Melebihi kecintaannya kepada siapapun.

Bahkan Nabi Muhammad ﷺ meminta kita untuk mencintainya secara berlebihan kok. Perhatikan perintah Nabi ini yang meminta kita mencintainya melebihi siapa dan apapun.

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Tidak seorang pun di antara kalian beriman (dengan iman yang sempurna) sampai aku (Nabi Muhammad ﷺ) lebih dicintainya daripada anaknya, orangtuanya, dan seluruh umat manusia. (Riwayat Muslim nomor 44).

Cinta buta kepada Rasulullah ﷺ adalah kewajiban orang beriman. Mewujudkan cinta yang buta itu dalam kehidupan sehari-hari di era modern ini sangatlah sederhana dan semua dapat mengerjakannya, yaitu sebagai berikut;

1. Menjalankan syariat yang dibawanya, baik terkait perintah, anjuran, terlebih yang terkait larangan

Mengaku cinta Nabi Muhammad tapi tidak sholat, tidak puasa, tidak berzakat, tidak berhaji padahal ada kemampuan. Ini sudahlah pasti cinta bohongan!

Mengaku cinta Nabi Muhammad tetapi perilakunya tidak mengikuti sunnah-sunnahnya yang dianjurkannya, makan tangan kiri, mulut masih suka berkata kotor dan lainnya.

2. Bersholawat kepada Nabi Muhammad

Sholawat ini terlepas dari perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait sholawat selain sholawat Ibrahimiyyah. Yang pasti sudahlah tentu tidak ada sholawat yang mengarah kepada kesyirikan, seperti sholawat Nariyah, Al Fatih dan Burdah. Contoh Burdahnya Imam Busyiri.

يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به
سواك عند حلول الحادث العمم

Wahai makhluk paling mulia, tiada orang tempat perlindungan hamba
selain engkau baginda kala huru-hara kiamat melanda semua manusia

Bahasa syair itu bahasa cinta, sangat berbeda dengan bahasa biasa. Bukankah Nabi Muhammad ﷺ kelak di akhirat akan menjadi satu-satunya manusia yang dapat memberikan syafa’at ‘udzma (syafa’at agung). Hal ini disebut dalam riwayat Al-Bukhari.

Sholawat kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah perintah Allah sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al Ahzab ayat 56;

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا۝٥٦

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

Dari ayat di atas dapat dipahami sebagai berikut;

a. Sholawat Allah kepada Nabi-Nya adalah rahmat dan keridhaan-Nya yang selalu tercurahkan kepada beliau. Sholawat Malaikat kepada Rasulullah adalah sebagai doa dan memohonkan ampunan. Sedang sholawat ummatnya kepada Rasulullah adalah sebagai doa dan pengagungan serta memuliakan Nabi Muhammad ﷺ .

b. Ulama sepakat bahwa bersholawat kepada Nabi Muhammad hukumnya wajib bagi setiap individu muslim sekali seumur hidup.

c. Bagi orang yang bersholawat akan mendapatkan tiga hal;

a). Tarfa’ (mengangkat derajat)

Artinya dengan sholawat kepada Nabi Muhammad yang dilakukan seseorang akan membuat terangkat derajatnya yang tinggi disisi-Nya.

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

Siapa saja yang membaca sholawat kepadaku sekali, niscaya Allah bersholawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan. (Riwayat An Nasa’i).

Sehingga ketika ada pertanyaan dahulukan mana antara istighfar dan bersholawat? Maka dari hadis di atas sudah terjawab. Kalau istighfar hanya menghapus 1 dosa sedangkan sholawat dapat mendapat sholawat dari Allah 10 kali, penghapusan 10 dosa dan terangkat derajat pada 10 tingkatan.

b). Tanfa’ (memberikan manfaat)

Sholawat dapat memberikan manfaat yang banyak sekali kepada pembacanya. Ibnu Qoyyim Al Jauzi menyebutkan puluhan manfaat bersholawat kepada Nabi Muhammad ﷺ , di antaranya adalah ketenangan jiwa yang membuat mudah menyelesaikan masalah dan juga terhindarnya dari kefakiran.

كثرة الذكر لي والصلاة علي تنفي الفقر

Memperbanyak ingat kepadaku dan sholawat atasku akan menghilangkan/menghindarkan kefakiran. (Hadits ini telah dikeluarkan Abu Nu’aim di dalam kitab beliau Ma’rifatush Shahabah 3/1413 no: 3572).

c). Tadfa’ (menolak ), artinya dengan banyak sholawat akan menjadikan pembacanya terhindar dari setiap masalah

3. Wujud cinta kepada Nabi Muhammad adalah dengan mengenalnya

Cinta itu akan muncul kalau mengenalnya ﷺ  secara dalam. Di antaranya mengenal sejarah hidup beliau ﷺ  misalnya mengenal nasabnya, putra-putrinya, istri-istrinya dan lain sebagainya. Minimal mengenal yang populer juga sudah cukup. Wallahu A’lam.

M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
5 September 2024 – 1 Rabiul Awwal 1446 H

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment