Suaramuslim.net – Setelah ribut soal fiksi kitab suci, yang luput dari perhatian adalah soal data faktual. Persisnya adalah data pemilih fiktif. Tim kawan muda saya, Agus Maksum telah menunjukkan bukti data pemilih fiktif ini. Persoalan data fiktif ini telah dilaporkan ke KPU.
Untuk Jawa Timur saja, telah ditemukan sekitar 3 juta data ganda, dan 5 juta data invalid. Ini berarti sekitar 30% pemilih Jatim. Jumlah yang sangat besar. Untuk kontestasi neck-to-neck, data fiktif sebesar ini meresahkan. Meresahkan karena berpotensi mendeligitimasi hasil pemilu legislatif maupun presiden.
Data fiktif itu lebih meresahkan lagi jika petahana terkesan membiarkan saja. Padahal keberhasilan pemilu ini ada di pundak petahana sebagai presiden saat ini. Keresahan ini bakal mengkonfirmasi sinyalemen manipulasi oleh penguasa yang ingin lebih lama berkuasa dengan mengggunakan cara yang tidak elok.
Jika hasil survei elektabilitas sulit dipercaya karena orang bisa berbohong dengan statistik, maka data pemilih yang tidak bisa dipercaya adalah pretext untuk pencurangan pemilu. Jika ini by design, maka perancang data fiktif ini sedang menulis sebuah fiksi tragedi demokrasi negeri ini.
Menanggapi temuan Agus Maksum ini, KPU baru melakukan perbaikan parsial pada akhir 2018 yang lalu. Namun, sebulan kemudian ditemukan penggandaan data pemilih ganda. Atas hal terakhir ini, telah diajukan protes, namun KPU tampak membiarkan saja. Alasan yang dikemukakan adalah waktu yang makin sempit sementara jadwal distribusi logistik yang padat. Bahkan jika kubu penantang terus meminta perbaikan data ini, maka penantang dinilai tidak serius melakukan kontestasi.
Menghadapi hal ini, hemat saya, dibutuhkan pihak yang netral untuk bertindak. Saat kampus masih bisa kita percayai sebagai pusat peredaran akal sehat yang melihat data sebagai hal sakral, kita berharap agar para rektor membentuk tim independen untuk melakukan pengujian atas mutu data pemilih ini dalam bulan Februari ini. Selanjutnya para rektor mendesak agar KPU mengadopsi ISO yang relevan untuk memastikan keamanan data hasil pemilihan umum ini.
Kita harap rektor kampus-kampus terkemuka segera mengambil langkah proaktif untuk mencegah jangan sampai sebuah tragedi demokrasi menjadi bagian dari sejarah gelap Indonesia modern.*
Gunung Anyar, 10 Februari 2019
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net