BEIRUT (Suaramuslim.net) – Sejumlah hewan kurban baru saja dipotong untuk pengungsi Palestina dan Suriah di Tyre, wilayah di selatan Lebanon, tiga hari sebelum ledakan dahsyat melumpuhkan ibu kota negara itu: Beirut. Sedangkan hari tasyrik baru lewat sehari saat musibah pilu itu terjadi Selasa (4/8) sore. Tragedi kemanusiaan tersebut menambah daftar krisis yang harus dihadapi Lebanon.
Negara di sisi Laut Mediterania itu memang tengah didera krisis ekonomi dan politik. Meskipun demikian, negara ini tetap menjalankan peran kemanusiaan menampung pengungsi Palestina dan Suriah yang mencari sedikit keamanan.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut, sedikitnya 470.000 pengungsi Palestina yang mengungsi ke Lebanon. Sejumlah 45 persen pengungsi tinggal di 12 kamp pengungsian yang disebut amat padat, tidak layak, mereka hidup tanpa pekerjaan, kelaparan, dan tanpa perlindungan hukum. Sedangkan, hampir satu juta pengungsi Suriah tersebar di empat wilayah Lebanon, meliputi Bekaa, Lebanon Utara, Beirut, dan Lebanon Selatan.
Pandemi membuat kehidupan pengungsi di Lebanon semakin terhimpit. Salah satunya Kawkab, seorang pengungsi Suriah di Tripoli, sebagaimana dilaporkan UNHCR. Kawkab membuka toko untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun ketika pandemi membatasi gerak semua orang, hal itu berdampak pada lajur ekonomi. Kawkab pun harus mengutangi sesama pengungsi. Ia paham saudara-saudaranya itu memerlukan bantuan. Kawkab pun harus mengurangi perawatan ginjal yang harus ia jalani sepekan sekali menjadi tiga pekan sekali.
“Bagaimana pun aku ada di situasi yang lebih baik, walaupun aku sakit dan membutuhkan pengobatan. Memang situasi sangat sulit, tetapi kali ini sangat, sangat, sangat lebih sullit. Kami terus berpikir keadaan terus membaik,” ungkapnya.
Menyadari krisis kemanusiaan itu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) beberapa kali mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi di Lebanon. Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Response-ACT menjelaskan, ikhtiar ACT berupa dukungan paket pangan untuk pengungsi Palestina dan Suriah secara berkala. Tragedi ledakan di Beirut membuat ACT semakin memasifkan bantuan ke Lebanon, baik untuk para pengungsi maupun warga terdampak ledakan.
“Tentu kami tidak bisa sendiri. Dukungan dari para dermawan Indonesia menjadi penguat langkah kami memberi bantuan terbaik untuk korban tragedi kemanusiaan di Lebanon,” kata Said.
Saat ini, ACT melalui mitra di Lebanon juga mempersiapakan 10 ton bantuan pangan dan kesediaan obat-obatan seperti perlengkapan P3K dalam merespons tragedi kemanusiaan Lebanon. Said berharap dukungan akan terus mengalir.
“Krisis ekonomi dan energi saling berpaut di Lebanon. Mereka tidak bisa menjalankan ekonomi tanpa aliran listrik yang memadai, listrik pun tidak dapat dinikmati dengan baik karena kelesuan ekonomi. Listrik hanya mengalir beberapa jam saja. Kalau bukan kita yang sama-sama membantu, lalu siapa?” Tanyanya.
Reporter: Chamdika Alifa
Editor: Muhammad Nashir