Suaramuslim.net – Seolah menjadi hukum Allah ketika seorang yang disucikan Allah dihinakan, maka Allah membela hambanya-Nya. Bahkan Allah membuka kedok dan aib penghina hamba-Nya. Pasca hebohnya masyarakat atas ucapan Muwafiq (dikenal Gus Muwafiq) yang menyatakan masa kecil Nabi rembes (tak terurus), maka publik memunculkan pernyataan-pernyataan dia yang dinilai merendahkan Nabi.
Setelah aibnya terbongkar, Muwafiq menyatakan bahwa dirinya tidak bermaksud merendahkan atau menghinakan nabi. Dan bahkan ada pembelanya yang menyatakan bahwa tidak mungkin penganut membela tokoh yang dianutnya. Namun realitas berkata lain, di mana Allah menunjukkan bahwa apa yang disampaikan Muwafiq juga terjadi di beberapa tempat.
Muwafiq di momentum yang berbeda menyatakan kalimat-kalimat, yang dinilai masyarakat sebagai penghinaan terhadap Nabi. Diduga bahwa pengetahuan dia tentang sejarah Nabi sangat dangkal dan tak komprehensif, sehingga ucapan-ucapannya dinilai menghinakan Nabi Muhammad.
Ketidaksengajaan Sistematik
Setidaknya ada beberapa ucapan orang yang dipanggil Gus Muwafiq ini dinilai merendahkan Nabi. Pertama, masa kecil Nabi tak terurus (rembes). Dia bercerita bahwa Nabi Muhammad seperti anak pada umumnya yang dirawat kakek biasanya tak terurus. Dia berpatokan sebagaimana umumnya bahwa seorang anak yang dipelihara dan dibesarkan oleh kakeknya berbeda perlakuannya. Anak lebih terurus dipelihara ayah-ibunya daripada kakek-neneknya. Oleh karena itu, masa kecil Nabi juga sama sebagaimana anak yang diurus kakeknya, yakni kurang terawat.
Kedua, Nabi mencuri jambu. Muwafiq menyatakan bahwa andaikata di tanah Arab sana ada pohon jambu, maka nabi akan mencurinya, sebagaimana tabiat anak-anak kecil pada umumnya. Muwafiq mengandaikan sifat anak pada umumnya sama, dan hal itu dinilai wajar saja dan tak apa-apa.
Ketiga, pernikahan dengan Aisyah yang sulit diterima dengan akal. Muwafiq memaparkan andaikata ada seorang anak perempuan umur 9 tahun dinikahi oleh laki-laki usia 50 tahun, maka sulit dibayangkan bagaimana reaksi anak dan orang tuanya.
Keempat, Waraqah bin Naufal dikatakan sebagai dukun. Pendeta Nasrani dari Arab pada masa nabi Muhammad itu dikatakan Muwafiq sebagai dukun. Khadijah melihat bahwa Nabi Muhammad menghadapi problem besar, sehingga untuk menenangkan hatinya, dibawalah suaminya itu ke Waraqah.
Empat kasus itu diucapkan Muwafiq dengan nada guyonan dan menyegarkan. Dan para jemaah yang mendengarkan ceramahnya itu dibuat ger-geran dan tertawa. Karena cerita yang didatangkan itu dengan suasana yang cair dan bahasa Jawa yang mengalir. Namun ketika ditelaah dengan benar dan mendalam, maka sangat terlihat melecehkan dan menghinakan pribadi Nabi. Penghinaan kepada pribadi Nabi pada hakikatnya menghinakan Allah, karena Muhammad adalah utusan Allah dan dipuji dan diangkat derajatnya di dunia dan di akhirat.
Kekonyolan Berbasis Kebodohan
Apa yang dikatakan Muwafiq tentang Nabi Muhammad, baik masa kecil maupun ketika masa kerasulannya, seolah-olah benar dan masuk akal bila dibandingkan pada manusia biasa dan budaya pada umumnya. Namun Muwafiq tidak sadar bahwa Muhammad adalah sosok manusia yang memiliki sejumlah kekhususan yang tak dimiliki oleh manusia biasa.
Beliau manusia biasa namun menerima wahyu dan terjaga dari berbagai celaan (ma’shum). Dengan kata lain, beliau adalah makhluk suci yang sudah diampuni dosanya baik masa lalu maupun yang akan datang. Bahkan sejak muda, nabi sudah dikenal sebagai Al-Amin oleh bangsa Quraisy. Ini bukti bahwa Nabi merupakan sosok manusia yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Andaikata masa kecil Nabi rembes dan mencuri jambu, maka itu sebuah cacat sosial. Tak pantas seorang yang melekat dirinya Al-Amin tapi pernah mencuri atau memiliki pribadi buruk. Nabi ketika kecil dipelihara oleh seorang kakek (Abdul Muththalib) yang dimuliakan oleh bangsanya. Abdul Muththalib mengistimewakan cucunya (Muhammad) melebihi perlakuannya pada anak-anaknya. Banyak cerita luar biasa yang menunjukkan keajaiban dan keagungan Muhammad di masa kecil.
Demikian pula ketika Muhammad menikahi Aisyah dan dianggap tidak bisa diterima dengan akal sehat. Maka pandangan ini secara tak langsung melecehkan Abu Bakar, sebagai orang tua Aisyah. Padahal Abu Bakar adalah seorang yang mengagungkan dan membenarkan apa saja yang diucapkan Nabi Muhammad. Seluruh harta kekayaan, diri dan keluarganya diperuntukkan pada jalan Islam dengan membela Nabi secara total.
Bahkan ketika mengatakan Waraqah bin Naufal sebagai dukun, maka ini pelecehan terhadap Nabi Muhammad dan agama Islam secara terang-terangan. Sebagaimana diketahui bahwa Waraqah bin Naufal adalah orang yang pertama mengimani kerasulan Muhammad dari kalangan ahlul kitab. Bahkan ciri-ciri kerasulan itu tepat ada pada diri Muhammad, sebagaimana yang termaktub dalam Taurat, Zabur serta Injil. Waraqah lah yang meyakinkan pada Muhammad bahwa sosok yang ditemui di gua Hira adalah malaikat Jibril.
Ketika menuduh Waraqah sebagai dukun, berarti Nabi mendatangi dan percaya pada dukun. Sementara Waraqah bin Naufal adalah sepupu Khadijah, istri Nabi Muhammad. Tidak mungkin Khadijah menyeret suaminya, yang diangkat menjadi Nabi mendatangi dukun. Dalam pandangan Islam, dukun percaya pada arahan dan jin atau setan. Sementara Nabi berdakwah untuk menjauhi setan. Ketika mendengar Waraqah meninggal, maka Rasulullah bersabda: “Aku melihat sang pendeta (Waraqah bin Naufal) di surga mengenakan baju hijau.”
Dengan demikian sangat jelas, apa yang disampaikan Muwafiq penghinaan terhadap Nabi meskipun dia mengelak dan tidak bermaksud untuk menghinakan Nabinya. Untuk memberi pelajaran kepada masyarakat, maka penghina Nabi, harus diproses secara hukum, sehingga tidak terulang penghinaan terhadap manusia mulia yang diagungkan Allah dan para pengikutnya.
Surabaya, 16 Desember 2019
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net