Suaramuslim.net – Satu-satunya Nabi yang kisahnya disajikan secara apik, kronologis, runtut dari awal sampai selesai dalam satu surat di Al-Qur’an hanyalah kisah Nabi Yusuf. Di awal surat Yusuf (ayat 3) Allah menegaskan keindahan kisah Yusuf yang detail itu.
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ
Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu. Sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang tidak mengetahui.
Nabi Yusuf secara geneologi adalah putra dari Nabi Ya’qub dari ibu yang bernama Rahel.
Nabi Ya’qub awalnya memiliki dua istri dan kemudian dari dua istrinya itu memiliki dua budak yang semuanya dinikahi oleh Nabi Ya’qub. Dari empat istrinya lahir 12 putra Ya’qub.
Dari istri pertama yang bernama Layya memilki enam putra yaitu Ruben, Sam’un, Lawi/Levi, Yahuda, Yasakir, Zabilon. Dari istri kedua yaitu Rahil atau Rahel memiliki dua putra yaitu Nabi Yusuf dan Benyamin. Rahil memilki budak yang juga dinikahi oleh Nabi Ya’qub memiliki dua putra yaitu Dan dan Naftali. Sedangkan dari budak Layya lahir dua putra yaitu Jaad dan Asyir.
Karena Ya’qub itu adalah sosok hamba Allah yang sholeh sehingga di kalangan kaumnya ia digelari dengan gelar sosok ‘hamba Allah’ yang dalam bahasa Ibrani disebut dengan Isra-el.
So, dua belas anak Ya’qub itu sering disebut anak-anak Isra-el atau Bani Isra-el.
Dan di antara Bani Israel itu Yusuf lah sosok yang paling rupawan baik fisik maupun perangainya, sehingga ia adalah sosok yang paling disayangi oleh Nabi Ya’qub. Apalagi ibunya sudah tiada.
Kasih sayang yang begitu berlebihan membuat saudara-saudaranya yang beda ibu mulai cemburu. Dari sinilah dimulai episode kehidupan Nabi Yusuf yang sangat menyedihkan.
Sebenarnya kasih sayang yang berlebihan itu di samping yang sudah kami ceritakan di atas, juga karena Nabi Ya’qub mengerti bahwa Yusuf kelak akan menjadi Nabi. Yaitu saat Yusuf menceritakan tentang mimpi bulan dan matahari serta 11 bintang bersujud kepadanya. Dari sinilah kisah Nabi Yusuf dimulai yaitu di ayat keempat.
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya‘qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku.”
Dari mimpinya itulah “penderitaan” Nabi Yusuf dimulai.
a. Pada usia yang masih remaja sekitar 10-17 tahun sepuluh saudaranya bersepakat untuk menjauhkannya dengan ayahnya dengan cara dimasukkan ke sumur tua.
b. Setelah ada yang menyelamatkannya dari sumur justru dijual ke pasar budak. Dibeli oleh menteri di zaman Raja Mesir yang bernama Rayyan bin al-Walid, menteri itu bergelar ‘al-Aziz’. Yusuf muda tinggal bersama al-Aziz bersama istrinya yang bernama Zulaikhah selama sekitar 13 tahun.
c. Zulaikhah jatuh cinta maka terjadilah pelecehan terhadap Yusuf dan Yusuf pun dituduh yang melakukan pelecehan. Karena itulah Yusuf dipenjara selama sekitar 5-12 tahun.
Namun penderitaan demi penderitaan Nabi Yusuf pun berakhir setelah Raja saat itu memberikan ampunan bahkan mengangkatnya menjadi al-Aziz, karena al-Aziz sebelumnya telah meninggal dunia menahan rasa malunya.
Kebahagiaan terus mengalir kepada Nabi Yusuf hingga akhirnya dapat mengumpulkan kembali keluarganya beserta ayah dan ibu tirinya. Inilah hadiah terindah setelah musibah bagi Nabi Yusuf.
Meski bergelimang keindahan hidup dunia, Nabi Yusuf justru masih ingat keindahan hidup di akhirat, karena itulah di akhir episode beliau berdoa kepada Allah yang diabadikan di ayat ke 101 surat Yusuf.
رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
Ya tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.
A. Doa ini adalah sebuah permintaan agar di akhir hidupnya dianugerahi husnul khatimah.
B. Kita semua pasti suatu saat mengalami episode-episode hidup seperti Nabi Yusuf, maka jika ingin mendapatkan akhir yang indah dari episode itu ikutilah jejak langkah keteladanan yang diperlihatkan Nabi Yusuf, di antaranya adalah sifat sabar dalam menghadapi musibah yang menimpanya.
Macam-macam sabar
Imam Al Ghazali menyebutkan kata sabar dalam Al-Qur’an dibahas hingga lebih dari 70 pembahasan yang semuanya ditujukan kepada manusia.
Menurut Wahbah Az Zuhaili, ketika menafsirkan Q.S. Al-Baqarah ayat 153, sabar ada 3:
Sabar dalam menghindari maksiat kepada Allah, pelakunya disebut Al Mujahid.
Sabar dalam menjalani ketaatan kepada Allah, pelakunya disebut ‘abid (ahli ibadah). Dan jika seseorang berhasil sabar dengan dua hal di atas maka Allah akan memberikan keridhaan-Nya dengan tanda adanya ketenangan jiwa dalam menghadapi musibah apapun.
Sabar dalam menghadapi petaka hidup.
Dari uraian tentang tiga macam sabar di atas, maka sabar itu hakikatnya tidak ada batasannya. Namun jika melihat pembagian sabar dari aspek hukumnya, seperti yang diungkap Imam Al Ghazali, sabar itu ada empat hukum; wajib sabar, sunnah bersabar, makruh jika bersabar dan haram jika bersabar.
Sabar dalam menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang syariat adalah wajib. Sementara menahan diri dari yang makruh merupakan sabar sunah. Sedangkan menahan diri dari sesuatu yang dapat membahayakan merupakan terlarang (haram) seperti menahan diri ketika disakiti. Misalnya orang yang dipotong tangannya, atau tangan anaknya sementara ia hanya berdiam saja.
Contoh lainnya, sabar ketika melihat istrinya diganggu orang lain sehingga membangkitkan cemburunya tetapi ia memilih tidak menampakkan rasa cemburunya. Begitu juga orang yang diam saat orang lain mengganggu keluarganya. Semua itu sabar yang diharamkan.
Dilihat dari aspek hukum akan haramnya bersabar terhadap hal kejadian yang berbahaya, maka sabar itu ada batasnya.
Tingkatan dan cara bersabar
Tingkatan sabar disesuaikan dengan kualitas iman dan takwanya.
1. Sabar standar atau sabar ngempet
Yaitu sabar dengan menahan emosinya untuk tidak terlihat baik secara verbal maupun fisik saat pertama musibah menimpanya. Ini makna ‘wal kazhimiina al ghaizha’ menahan marah (Ali Imran ayat 134).
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau bersabda, ‘Bertakwalah Anda pada Allah dan bersabarlah.’ Wanita itu menjawab, ‘Menjauhlah engkau dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibah yang menimpaku.’
Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata itu adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu: ‘Sesungguhnya (orang yang berkata tadi –pent) adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’. Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi dan dia tidak mendapati di rumah Nabi penjaga pintu. Lalu wanita ini berkata: ‘Aku tadi tidak mengenalmu.’ Lalu Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya kesabaran adalah saat pukulan pertama (musibah itu terjadi pertama kali).” (Terjemah hadis riwayat Al-Bukhari, No. 1203 dan Muslim, No. 1535).
2. Sabar medium atau sabar nerimo (menerima dan ridha dengan takdir Allah)
Yaitu sabar dengan menerima semua yang menimpa dirinya sebagai bagian dari takdir atau skenario Allah sebagaimana firman-Nya;
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22).
Dan juga firman-Nya yang lain;
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (At Taubah 51).
3. Sabar super yaitu sabar dengan syukur atas musibah
Yaitu sabar dengan melihat segala musibah yang menimpanya ada hikmah atau sisi positif lainnya yang kelak akan diperolehnya baik itu di dunia atau nantinya di akhirat.
وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216).
Bagaimana cara bersabar?
Bersabar itu bukan pekerjaan ringan, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan oleh manusia apalagi yang sudah beriman.
Karena itu cara bersabar semestinya mengikuti tingkatan sabar di atas. Mulai dari menjaga mulut untuk tidak mencela kejadian musibah yang menimpanya. Tetap berikhtiar secara syar’i. Ikhlas dengan takdir Allah, karena ikhlas ini sumber yang memunculkan kesabaran. Nabi Yusuf pun memiliki sifat ikhlas, perhatikan surat Yusuf ayat 24.
;وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَاۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰ بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ٢٤
Sungguh, perempuan itu benar-benar telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Yusuf pun berkehendak kepadanya sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami memalingkan darinya keburukan dan kekejian. Sesungguhnya dia (Yusuf) termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.
Bagaimana caranya ikhlas? Paksa menerima dan ridha dengan ujian hidup serta meyakini bahwa akan ada kebaikan setelah ujian. Kuatkan keyakinan akan kuasa dan takdir Allah kepada manusia, dengan hal sebagai berikut;
1. Meyakini musibah itu sebagai pelebur dosa atau ujian untuk naik kelas.
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala tanpa batas. (Az-Zumar ayat 10).
2. Yakin bahwa musibah yang menimpanya itu adalah sebagian musibah yang kecil. Karena semua musibah yang ada di dunia itu kecil selama bukan musibah agama dan di akhirat.
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الأدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الأكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (As-Sajadah ayat 21).
Sayidina Umar pernah berkata;
“Tidak ada musibah yang menimpaku kecuali aku melihat di dalam musibah tersebut tiga manfaat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untukku. Pertama, selama musibah tersebut tidak menimpa agamaku, maka aku anggap sebagai musibah yang kecil. Namun jika agamaku yang tertimpa musibah maka hal itu merupakan musibah besar bagiku karena dapat merugikan seseorang di dunia maupun akhirat. Kedua, musibah ini kecil bagiku karena masih ada lagi musibah yang lebih besar dari ini. Karena di atas musibah yang aku alami masih ada lagi musibah yang lebih besar darinya. Ketiga, melalui musibah yang kualami, Allah memberikanku kesabaran dan kesempatan untuk mengintropeksi diri karena kedua hal ini merupakan pengaman diriku yang meringankan musibah yang datang.”
Buah kesabaran
1. Selalu dibersamai Allah dalam semua kondisi kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan bersabarlah! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal ayat 46).
2. Akan ditolong Allah
إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آَلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ () بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آَلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
“Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (Ali Imran ayat 125).
3. Dihapus segala dosa
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَاهَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tiadalah seorang muslim yang ditimpa kepayahan, sakit (yang berkepanjangan/lama), kecemasan (gundah), kesedihan, kesakitan, dan dukacita hingga (ditimpa musibah) tertusuk duri, kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya.” (Hadis riwayat al-Bukhari, No. 5642 dan Muslim).
4. Diselimuti rahmat dan selalu mendapat arahan dan bimbingan Allah
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya (yaitu, Allah Subhanahu wata’ala) dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (al-Baqarah ayat 157).
So, dalam hal tertentu ketika berkaitan dengan semangat beramal sholeh dan berjihad untuk meninggalkan maksiat maka tidak ada batas untuk tetap sabar. Namun jika menyangkut bahaya maka tidak boleh membiarkannya harus dicegah. Inilah batas kesabaran! Wallohu A’lam.
M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
7 Agustus 2025/13 Shafar 1447