Suaramuslim.net – Sering kita mendapatkan undangan temu alumni ini dan itu yang biasanya disebut dengan silaturahim. Atau sering juga kita mendengar kalimat; “Saya mau silaturahim ke tetangga” dan sebagainya. Betulkah demikian?
Mari kita lihat firman Allah dan mencoba mendalami untuk mengambil motivasinya, yaitu An Nisa ayat 1:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Di ayat itu perintah menjaga (takwa) agama Allah disetarakan dengan perintah memelihara hubungan silaturahim dengan arham (kerabat-kerabat), arham jamak dari rahim.
Cara menjaga arham (kerabat) adalah memberikan haknya dengan baik sebagaimana Q.S. Ar-Rum ayat 38:
فَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ ذَلِكَ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.”
Dari dua ayat itulah yang sering kita jadikan sebagai dalil untuk semangat bersilaturahim, temu kangen alumni, temu teman di cafe, bahkan temu fans bintang Korea disebutnya dengan istilah silaturahim pula. Benarkah?
Apa makna silaturahim?
Istilah silaturahim (dalam bahasa hadis) maupun silaturahmi (dalam istilah Indonesia), kalau yang dimaksud adalah sama yaitu menjalin hubungan kekerabatan atau sanak keluarga, maka hal tersebut tidak perlu dipersoalkan.
Berdasarkan kaidah ulama;
لا مشاحة فى الاصطلاح
“Tidak ada perdebatan dalam peristilahan (jika yang dimaksud sama).”
Apalagi dalam kamus Bahasa Arab, keduanya bisa digunakan, baik rahim atau rahmi.
So, yang harus diperhatikan adalah arti dari ‘rahim/rahmi’ itu dan jika diawali dengan kata silah sehingga menjadi silaturahim.
Silaturahim terbentuk dari 2 kata; صلة silah (hubungan), dan الرحم rahim (kerabat).
Adapun makna rahim, semua ulama mengartikan dengan kerabat atau yang ada hubungan kekerabatan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Atsir;
تكرر في الحديث ذكر صلة الرحم: وهي كناية عن الإحسان إلى الأقربين من ذوي النسب، والأصهار، والتعطف عليهم، والرفق بهم، والرعاية لأحوالهم، وكذلك إن بَعُدُوا أو أساءوا, وقطعُ الرحم ضِدُّ ذلك كله
“Banyak hadits yang menyebutkan tentang silaturahim. Silaturahim adalah istilah untuk perbuatan baik kepada karib-kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena hubungan pernikahan, serta berlemah-lembut, kasih sayang kepada mereka, memperhatikan keadaan mereka. Demikian juga andai mereka menjauhkan diri atau suka mengganggu. Dan memutus silaturahim adalah kebalikan dari hal itu semua.” (An Nihayah fi Gharibil Hadits, 5/191-192, dinukil dari Shilatul Arham, 5).
So… Semua ayat dan hadis yang membicarakan keutamaan silaturahim yang dimaksud adalah menjalin hubungan dengan kekerabatan bukan yang lainnya.
Adapun menjalin hubungan baik dengan teman kantor, teman kuliah, teman seperjuangan, teman sebangsa dan senegara, maka istilahnya bukan di silaturahim, tapi di ukhuwwah (persaudaraan), yang biasa kita sebut dengan ukhuwwah islamiyyah ini bagi persaudaraan yang diikat oleh kesamaan iman dan islam. Adapun jika diikat oleh kesamaan sebagai warga bangsa Indonesia biasanya disebut dengan ukhuwwah wathoniyah atau basyariyah.
Meskipun demikian ada ulama yang menolerir pembagian rahim itu dengan:
Rahim khusus, yaitu kekerabatan yang terkait nasab, seperti bapak, ibu, adik dll)
Rahim umum, yaitu kekerabatan yang berdasar keimanan, karena orang beriman itu adalah saudara. (Q.S. Al Hujurat 12-13).
Ini sebagian pendapat, namun kalau melihat pendapat mayoritas ulama, maka istilah silaturahim yang diperbincangkan di ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad adalah menjalin hubungan yang ada kesamaan rahim atau kekerabatan.
Keutamaan silaturahim
Silaturahim penting dan baru dianggap telah memperoleh keutamaannya yang tinggi jika menjalin hubungan yang terputus sebagaimana hadis Nabi Muhammad.
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Seseorang yang menyambung silaturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan misalnya. Akan tetapi seorang yang menyambung silaturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (Al-Bukhari).
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah SWT berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutuskan, niscaya Aku akan memutuskan dirinya.” (Ahmad)
Diperkuat pula dengan sebuah hadis;
” صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَأَعْرِضْ عَمَّنْ ظَلَمَكَ “
“Sambunglah orang yang memutuskan (hubungan dengan)mu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan berpalinglah dari orang yang berbuat zalim kepadamu.” (Ahmad)
Karena keutamaan silaturrahim sungguh luar biasa jika terwujud dan di antaranya adalah di dunia akan dapat menambah rezeki dan panjang umur.
من أحب أن يبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره فليصل رحمه
“Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi.” (Al-Bukhari – Muslim).
Di akhirat orang yang gemar silaturahim dengan kerabatnya sungguh sebagai ahli surga;
لا يدخلُ الجنةَ قاطعُ رحمٍ
“Tidak masuk surga orang yang memutus silaturahmi.” (Al-Bukhari – Muslim).
Cara silaturahim
Adapun cara bersilaturahim adalah dengan langkah berikut:
- Saling mengunjungi
- Saling memberi hadiah
- Berbuat kebajikan solidaritas
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Imam An Nawawi;
وَأَمَّا صِلَةُ الرَّحِمِ فَهِيَ الْإِحْسَانُ إِلَى الْأَقَارِبِ عَلَى حَسَبِ حَالِ الْوَاصِلِ وَالْمَوْصُولِ فَتَارَةً تَكُونُ بِالْمَالِ وَتَارَةً بِالْخِدْمَةِ وَتَارَةً بِالزِّيَارَةِ وَالسَّلَامِ وَغَيْرِ ذَلِكَ
“Adapun silaturahim, ia adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga, terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 2/201).
So… kembali ke pertanyaan di atas, apakah temu alumni itu silaturrahim? Apakah temu tetangga itu silaturrahim?
Jika kembali kepada pendapat mayoritas ulama maka acara itu lebih pas menggunakan dengan istilah “temu sa’duluran” atau “halal bi halal” atau “unjung unjung” dan lainnya.
Namun jika istilah silaturahim itu sudah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki arti pertemuan antara saudara dan teman secara umum, maka hal itu boleh karena masuk pada sifat yang umum.
So… yang penting motivasi utamanya adalah menjaga hubungan baik dengan kerabat, jangan sampai sering silaturahim sama teman, namun dengan saudara atau kerabat sendiri sulit menjalin hubungan!