SURABAYA (Suaramuslim.net) – Pada hari yang penuh makna ini, di tengah proses transisi yang terjadi di pemerintahan, saya merasa terpanggil untuk menulis artikel ini. Sebagai Ketua ICMI Jawa Timur dan seorang akademisi yang memiliki pengalaman cukup mendalam dalam dunia pendidikan tinggi, serta sebagai mantan wakil rektor dan rektor beberapa periode, saya merasa penting untuk berbicara tentang arah dan harapan besar terhadap pendidikan tinggi kita.
Terlebih lagi, ini adalah saat yang tepat, di hari pelantikan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi yang baru, Prof. Brian Yuliarto, agar tulisan ini dapat menjadi bahan refleksi bagi kita semua. Beliau masih berada pada waktu yang tepat—belum terlalu sibuk dengan agenda politik—untuk mendengarkan harapan dan masukan dari berbagai elemen masyarakat, khususnya dari dunia pendidikan.
Menjembatani harapan besar
Pelantikan Prof. Brian Yuliarto sebagai Menteri Ristek Dikti yang baru memunculkan harapan besar bagi seluruh lapisan dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam pandangan saya sebagai akademisi dan salah satu unsur pimpinan ICMI, pendidikan tinggi harus dipandang lebih dari sekedar mesin pencetak ijazah untuk memasukkan lulusan ke dalam dunia kerja.
Kampus seharusnya menjadi pusat pengembangan bagi generasi muda, terutama Generasi Z, yang harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan besar di masa depan. Saya berbicara bukan hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai seorang yang melihat betapa pentingnya pendidikan tinggi dalam membentuk karakter bangsa.
Tantangan terbesar pendidikan tinggi saat ini adalah bagaimana menjadikan kampus sebagai tempat yang tidak hanya mencetak individu yang siap bekerja, tetapi juga individu yang siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Kampus harus menjadi lembaga yang aktif menciptakan inovasi, pemikiran kritis, dan solusi nyata untuk masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang kita hadapi, bahkan untuk masalah yang mungkin timbul 10 atau 50 tahun ke depan.
Kampus pusat riset dan inovasi untuk masa depan
Salah satu tugas utama yang harus diemban oleh kementerian ini adalah mengubah kampus menjadi pusat riset yang produktif dan relevan dengan kebutuhan bangsa. Saat ini, riset di kampus sering kali terkesan terpisah dari kebutuhan praktis masyarakat. Inovasi yang dihasilkan harus langsung mengarah pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh rakyat Indonesia, mulai dari ketahanan pangan, energi terbarukan, hingga teknologi yang berkelanjutan.
Kampus tidak boleh hanya menjadi tempat untuk belajar teori, tetapi harus mampu menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.
Sebagai contoh, riset yang berkaitan dengan perubahan iklim atau teknologi pertanian harus dikembangkan agar dapat memberikan solusi yang konkret dan praktis bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu, salah satu tugas besar yang dihadapi Menteri Brian Yuliarto adalah menghubungkan dunia akademik dengan kebutuhan masyarakat.
Kampus dan kebebasan akademik
Tidak kalah penting, kampus harus diberikan kebebasan akademik yang tinggi. Pendidikan tinggi di Indonesia tidak akan berkembang jika kampus tidak diberi ruang untuk berpikir kritis, berinovasi, dan melakukan riset tanpa batasan yang menghambat. Otonomi kampus harus dijaga agar perguruan tinggi dapat terus berkembang sesuai dengan nilai-nilai akademik dan kebebasan berpikir.
Di sinilah pentingnya peran Menteri Ristek Dikti untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil bukan hanya sekadar mengikuti tren politik, apalagi sekedar kesibukan administratif, tetapi juga mempertimbangkan masa depan pendidikan yang bebas dari pengaruh politik manapun.
Kampus seharusnya menjadi tempat yang aman untuk menumbuhkan ide-ide baru dan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dengan cara yang konstruktif. Mahasiswa, dosen, dan civitas akademika lainnya harus diberi kebebasan untuk berbicara dan berperan aktif dalam perubahan sosial tanpa merasa terancam.
Kampus dan industri
Tak hanya itu, ada juga tantangan besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan tinggi dalam menjembatani kesenjangan antara lulusan kampus dan kebutuhan industri. Di satu sisi, industri membutuhkan tenaga kerja yang terampil, sementara di sisi lain, kampus seringkali dianggap tidak mampu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
Oleh karena itu, hubungan antara kampus dan industri perlu diperkuat, dengan cara memastikan bahwa kurikulum yang diajarkan relevan dan up-to-date dengan kebutuhan pasar kerja.
Namun, saya juga berharap agar industri tidak hanya melihat lulusan kampus dengan pandangan sempit, yang mengutamakan keahlian teknis semata, tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai karakter dan moral yang dimiliki oleh para lulusan.
Dunia industri harus mau menerima lulusan kampus dengan segala kekuatan intelektual, keterampilan dan karakter moral yang dimiliki, meskipun harus ada penyesuaian dalam pelatihan atau pengembangan keterampilan tertentu.
Pendidikan tinggi untuk masa depan yang cerah
Sebagai Ketua ICMI Jatim, saya berharap Menteri Brian Yuliarto dapat membawa angin segar bagi dunia pendidikan tinggi Indonesia. Pendidikan tinggi tidak boleh hanya berfungsi sebagai penghasil lulusan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini, tetapi harus mampu mencetak generasi penerus bangsa yang mampu berpikir kritis, inovatif, dan berintegritas tinggi.
Kampus harus menjadi tempat di mana generasi muda dibentuk untuk siap menghadapi masa depan dengan nilai moral dan etika yang kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Menteri Brian Yuliarto memiliki kesempatan besar untuk mengarahkan pendidikan tinggi Indonesia ke arah yang lebih baik. Saya berharap, melalui kerja sama antara pemerintah, kampus, dan industri, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih relevan, inklusif, dan berdaya saing tinggi di kancah global.
Ulul Albab
Ketua ICMI Jatim, Akademisi, dan Mantan Rektor Unitomo