Suaramuslim.net – Tau dong sama landak, masa ga tahu? Sungguh terlalu kalau tidak tahu, saya saja yang belum pernah ketemu tahu, masa yang dah biasa main di kebun binatang kagak tahu?
Hehehe… Maaf, ya. Belum apa-apa dah ngajak ribut.
Kalau landak tahu, tahukah kamu apa itu hidup melandak? Bukan, bukan berjalan sambil bawa duri kemana-mana seperti landak. Bukan juga makan-makanan landak. Maksud saya, hidup melandak adalah mengambil hikmah dari cara hidup seekor landak.
Apa sih hikmah dari seekor landak? Hewan banyak duri gitu! Kan bisa nyakitin orang lain. Justru itu, kita bisa ambil pelajaran dari sana.
Tahukah kamu bahwa sesama landak tidak mungkin saling merapat satu dengan lainnya? Ya iyalah! Banyak duri begitu. Duri-duri tajam yg mengitari tubuhnya adalah penghalang utama mereka untuk melakukan hal itu. Bahkan kepada anak kandung atau induknya sendiri. Apanya yang baru coba? Sabar ya, Mas. Anda bernama Dimas? Kalau bukan ya Mas aja berarti.
Saat musim dingin tiba, membawa hembusan angin salju yang susul-menyusul dengan udara dingin yg menggigit tulang, dengan bulir-bulir es menerpa badan, tanpa mantel dan sarung tangan di bawah siksaan alam yang terkadang begitu kejam, maka dalam kondisi kritis seperti itulah kehidupan para landak itu diuji. Mereka terpaksa saling merapat satu dengan lainnya, demi menghangatkan tubuh meski mereka harus berjuang menahan perih dan sakitnya duri-duri landak lain yg menusuk, melukai tubuh mereka.
Jika sekawanan landak itu telah merasakan sedikit kehangatan, segeralah mereka saling menjauh, namun jika rasa dingin kembali merasuk ke dalam tubuh mereka, mereka akan segera merapat lagi, demikian seterusnya.
Sepanjang malam, landak-landak itu disibukan oleh kegiatan saling menjauh dan saling mendekat agar tubuh mereka tetap hangat. Merapat terlalu lama akan membuat tubuh mereka perih penuh luka, sementara jika mereka saling berjauhan dalam waktu yang lama juga, bisa saja udara dingin menewaskan mereka.
Cara bertahan hidup yang unik bukan? Sebenarnya kita pun demikian.
Sebagai makhluk yang Allah swt. ciptakan dalam aneka perbedaan, kita manusia terkadang butuh belajar hidup dari landak dalam berinteraksi antar sesama kita. Tentu kita sepakat bahwa tak seorangpun dari kita yang terbebas dari duri-duri (kesalahan/kekeliruan) yang mengitari diri, demikian halnya orang lain di sekitar kita. Maka jika kita enggan menerima dan memaafkan kesalahan orang lain, maka pahit kesendirian dan dinginnya kesepian yang akan menemani kita.
Oleh karena itu, ingat pesan lawas ini! Siapa pun yg hendak mencari kawan tanpa cela, niscaya ia akan hidup sebatang kara, siapa yg ingin mencari pendamping hidup sempurna tanpa kekurangan, niscaya ia akan hidup selamanya sendirian, siapa yg berusaha mencari saudara tanpa permasalahan, pastilah ia akan hidup dalam pencarian tanpa henti.
Jika setiap kesalahan yang membuat kita sakit harus kita pendam dalam hati, maka selamanya hidup kita hanya akan terisi dengan permusuhan dan sakit hati. Semakin hari, dunia terasa semakin sempit, padahal bumi dan langit Allah swt. tak berkurang secenti pun. Sungguh badai penderitaan yang berkepanjangan harus kita tanggung hanya karena satu atau dua duri menusuk hati kita.
Maka, bersabarlah menanggung perihnya kesalahan orang lain, agar kita dapat menjaga dan memperbaiki harmoni hidup di sekitar kita.
Satu pesan lagi, jika engkau ingin hidup bahagia, tak perlu kau tafsirkan segala sesuatu, jangan pula terlalu kritis pada segala hal, serta jangan terlalu jeli meneliti apa pun yang kau temukan. Sebab saat seseorang terlalu jeli meneliti asal-usul berlian, ia akan menemukan ternyata berlian itu berasal dari bongkahan batu hitam.
Pesan Imam As Syafii, biarkan hari-hari itu melakukan apa pun yang diinginkan, dan jadilah pribadi yang wangi lagi baik saat qadha menetapkan.
Hidup melandak bukan hidup dalam kepalsuan, namun berusaha menjadi wangi lagi baik bagaimanapun takdir memutuskan.
Editor: Oki Aryono