Suaramuslim.net – Iman adalah pintu kemuliaan bagi seseorang. Iman pulalah yang membedakan antara dua benteng besar kehidupan dunia akhirat, Islam dan kafir.
Kalimat persaksian keimanan berupa kalimat syahadat merupakan penjamin keamanan kehidupan di dunia sekaligus kunci pembuka pintu surga di akhirat. Seorang yang telah mengucapkan kalimat syahadat maka dia telah dinyatakan aman dan terjaga dari kezaliman saudaranya muslim, terhalang dan haram menumpahkan darahnya, hartanya dan jiwanya. Karena keimanan telah melindungi dirinya. Sebagaimana disampaikan oleh nabi saw:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah’, maka mereka mengucapkan, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah’, maka sungguh mereka telah menjaga harta dan jiwanya dari (seranganku) kecuali disebabkan hak Islam. Dan hisab mereka diserahkan kepada Allah. Kemudian beliau membaca: ‘Sesungguhnya kamu (hanyalah) pemberi peringatan. Kamu sekali-kali tidak mempunyai kekuasaan atas mereka.” (Muslim).
Demikian pula keimanan dengan ucapan kalimat syahadat ini menjamin seseorang masuk surga. Sebagaimana diriwayatkan dari nabi saw:
مَنْ كَانَ آخِرُ قَوْلِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّة
“Barangsiapa yang akhir ucapannya (di dunia) kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH, niscaya ia akan masuk surga.” (At-Tirmidzi).
Karenanya Rasulullah benar-benar menegaskan agar menjaga kehormatan seorang muslim dari kezaliman muslim lainnya. Hingga Rasullah pernah memarahi Usamah bin Zaid karena telah membunuh Mirdas bin Nuhaik dalam insiden penaklukan benteng Khaibar.
Kala itu Mirdas (seorang musyrikin) berhasil membunuh banyak kaum muslimin. Dan Usamah bin Zaid mengejarnya hingga mendapati Mirdas di hadapannya dalam posisi terjepit. Dalam kondisi itu Mirdas mengucapkan kalimat syahadat. Namun Usamah tetap saja membunuhnya karena Usamah meragukan keimanannya.
Mendengar kabar demikian, Rasulullah marah besar, “Kenapa tidak kau belah saja hati orang itu sehingga kau tahu apakah hatinya mengucapkan kalimat syahadat atau tidak?” Kata Rasulullah kepada Usamah dengan wajah memerah karena marah.
Demikianlah harga keimanan seseorang begitu mulia dan tinggi dalam kehidupan. Itulah kalimat persaksian keimanan yang akan menjamin keselamatan hidup seseorang dunia dan akhirat. Sehingga menjadi tidak layak bagi seorang muslim merendahkan kaum muslim lainnya. Dan tentulah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk menjaga kehormatan diri muslim lainnya.
Salah satu cara menjaga kehormatan seorang muslim adalah dengan menjaga aib saudaranya, membantu dan menolong sesama muslim termasuk lebih mengutamakannya dalam kepemimpinan dan pertemanan sebagaimana dianjurkan Allah dalam surat Al-Maidah ayat 51.
Kalaupun sekiranya dihadapkan pada sebuah pilihan antara seorang kafir yang baik dan muslim yang tidak baik dalam sebuah pilihan kepemimpinan, maka tentunya tetaplah seorang muslim yang harus lebih kita dahulukan, hal itu sebab keimanannya.
Namun pertanyaannya adalah apakah benar dari sekian juta kaum muslimin di sebuah negeri tidak ada satupun seorang muslim yang baik akhlaknya, kepribadiannya, amanahnya dan manajerialnya serta kepemimpinannya? Sehingga kita harus memilih ataupun memperbolehkan memilih pemimpin dari kalangan di luar umat Islam (kafir).
20 Agustus 2020
Informasi yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis, pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net