SURABAYA (Suaramuslim.net) – Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla mengajak 800 mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) untuk menjadi generasi rahmatan lil alamin yang berjiwa pembelajar dan penggerak bagi bangsa dan umat manusia melalui Gerakan 45.
Gerakan 45 merupakan bentuk dari rukun Islam yang ke-4 (zakat) dan ke-5 (haji). Gerakan ini akan menjadikan mahasiswa menjadi generasi pembelajar dan penggerak yang sejati.
Berzakat dapat melatih mahasiswa untuk ikhlas. Jika dilakukan dengan ikhlas dan tanpa paksaan, zakat bermanfaat untuk melatih kita menjadi pribadi yang ikhlas dan tulus melakukan kebajikan bagi orang lain. Inilah hikmah zakat yang akan membawa banyak keselamatan bagi manusia.
“Zakat juga bermanfaat mendatangkan kebaikan-kebaikan dalam hidup. Rezeki dilancarkan, kualitas hidup meningkat, hati terasa tenang, dan kehidupan juga terasa lebih tentram karena kebaikan yang telah dilakukan,” ungkapnya di Auditorium lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Sabtu (12/11/2022).
Pria yang menjabat wakil presiden dengan dua presiden berbeda ini menambahkan, zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak kepada penyediaan kebutuhan dasar kehidupan.
Kebutuhan dasar kehidupan itu berupa makanan, sandang, tempat tinggal (papan), terbayarnya utang-utang, memulangkan orang-orang yang tidak bisa pulang ke negara mereka, membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang ditetapkan dalam Islam.
“Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam mendorong gerak roda perekonomian Islam dan mengembangkannya. Karena pertumbuhan harta individu pembayar zakat memberikan kekuatan dan kemajuan bagi ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Selain rukun Islam yang ke-4, Jusuf Kalla juga mengajak mahasiswa untuk merencanakan dan meniatkan untuk berhaji.
Ibadah haji memiliki dampak-dampak positif dan kemanfaatan yang banyak baik bagi individu yang melaksanakan ibadah haji maupun masyarakat pada umumnya. Bagi yang melaksanakan ibadah haji, akan terpancar kebaikan dan kesalihan dari pribadinya.
“Ini merupakan bentuk utama menjadi sosok penggerak kehidupan. Dalam ibadah haji, semua orang diminta menanggalkan pakaian, perhiasan yang seringkali menandai perbedaan daerah, kelas sosial dan sebagainya. Sebagai gantinya, semua memakai pakaian sederhana yang lebih mirip dengan kain kafan. Ketika berthawaf dan berwukuf di Arafah, tidak terlihat kefakiran dan kekayaan seseorang. Melalui gerakan 45, insyaallah mahasiswa Unusa akan bisa menjadi generasi generasi rahmatan lil alamin yang berjiwa pembelajar dan penggerak bagi bangsa dan umat manusia,” ungkapnya.