Suaramuslim.net – Perlawanan terhadap dakwah Nabi Muhammad di Makkah terus berlanjut hingga di Madinah. Ka’ab bin Asyraf merupakan salah satu tokoh dan pembesar Madinah yang sangat benci terhadap Nabi dan para sahabat.
Pasca kekalahan kafir Quraisy saat perang Badar, Ka’ab bin Asyraf terus melakukan politik kebencian itu. Bahkan dia datang kepada ke Makkah untuk melakukan provokasi dan mengagungkan agama Quraisy serta mendukung balas dendam atas kekalahan yang pernah dialami.
Sikap dan perilaku Ka’ab bin Asyraf ini benar-benar menggelisahkan hati Nabi sehingga menawarkan kepada para sahabatnya untuk menghabisi tokoh munafik ini. Muhammad bin Maslamah berhasil melakukan tugas dari Nabi dan berhasil membunuh Ka’ab bin Asyraf di bentengnya yang kokoh.
Ka’ab dan kebenciannya pada Nabi
Ka’ab bin Asyraf merupakan tokoh dan pembesar Yahudi yang memiliki kebencian mendalam terhadap diutusnya Nabi Muhammad. Ibu kandungnya dari keturunan Bani Israil, darah Yahudi inilah yang membuatnya ta’ashub (fanatik kelompok) hingga membenci Arab yang luar biasa.
Kebenciannya pada Nabi Muhammad karena bukan berasal dari Bani Israil tetapi bangsa Arab. Ketidaksukaan pada Arab inilah yang mendorong dirinya untuk terus melakukan perlawanan dan kebencian pada Islam.
Kekalahan Kafir-Quraisy saat perang Badar menjadi momentum untuk mendorong bangsa Quraisy untuk melampiaskan dendamnya.
Ka’ab bin Asyraf pun memanfaatkan momentum itu dengan membuat bait syair yang mendorong kafir Quraisy untuk tetap percaya diri sebagai penganut agama yang benar dan dirinya sangat bersimpati bila mau membalas sakit hatinya. Bahkan dia menyatakan bahwa Muhammad menganut agama yang salah, sementara Quraisy memiliki agama di atas petunjuk.
Ketika dia ditanya agama siapa yang lebih baik, apakah agama Quraisy atau agamanya Muhammad? Maka Ka’ab bin Asyraf menyatakan bahwa agama Quraisy lebih baik dan lebih dia sukai.
Hal ini berdasarkan kisah, ketika dia pergi ke Quraisy dan bertemu dengan Al-Muthalib bin Abi Wada’ah As-Sahmi. Dia datang dengan membawa syair yang membuat hati orang Quraisy tersayat atas kekalahan dalam perang Badar. Dia pun membaca syair dan tak lupa menangis. Wujud empatinya atas kekalahan yang dialami kaum musyrikin Arab. Maka ketika ditanya agama mana yang disukai, Ka’ab mengatakan bahwa agama orang Quraisy lebih baik dan merupakan jalan yang benar.
Ucapan dia tidak lain untuk mendapatkan simpati dari orang Quraisy. Sikap Ka’ab bin Asyraf yang demikian ini, direspons Al-Qur’an sebagaimana ayat-Nya:
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡجِبۡتِ وَٱلطَّٰغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ هَٰٓؤُلَآءِ أَهۡدَىٰ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ سَبِيلًا ٥١ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَمَن يَلۡعَنِ ٱللَّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ نَصِيرًا ٥٢
“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada Jibt dan Taghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah. Dan barang siapa dilaknat Allah, niscaya engkau tidak akan mendapatkan penolong baginya.” (An-Nisa: 51-52).
Ka’ab bukan hanya membenci Nabi tetapi juga suka mencaci maki para sahabat, sehingga sikapnya itu membuat Nabi marah dan menawarkan kepada para sahabatnya untuk mengeksekusi.
Ketika disampaikan keinginan itu, seorang sahabat Nabi yang bernama Muhammad bin Maslamah meresponsnya. Dia langsung siap memenuhi keinginan Nabi guna mengeksekusi mati Ka’ab bin Asyraf.
Sikap sombong dan akhir kehidupan Ka’ab
Ka’ab bin Asyraf merupakah tokoh pembesar yang hidup mewah, dengan berbagai fasilitas yang serba ada, dan hidupnya mapan. Bahkan dia seorang yang tampan dan bergelimang dengan kemewahan diri yang membuat siapapun kagum. Penampilannya menarik simpati orang dengan pakaian yang bagus serta minyak wangi yang sangat harum dan mahal. Kesukaannya pada wanita selalu terpenuhi karena penampilan dan kehidupannya yang serba ada.
Untuk membunuh Ka’ab tidaklah mudah, karena dia hidup dalam benteng yang kokoh dengan pengawalan yang berlapis. Muhammad bin Maslamah sudah meminta izin kepada Nabi untuk berpura-pura benci dengan Nabi di hadapan Ka’ab bin Asyraf. Nabi pun menyetujui sebagai sebuah strategi.
Muhammad bin Maslamah mulai menyusun strategi dengan mengatakan bahwa dirinya kurang nyaman dengan keberadaan Muhammad. Hal ini disebabkan Muhammad selalu meminta sedekah. Maka Ka’ab menimpali bahwa Muhammad memang membosankan.
Saat itulah Muhammad bin Maslamah meminjam satu atau dua kilo makanan untuk diberikan kepada Muhammad. Maka Ka’ab setuju namun dengan jaminan. Ketika ditanya apa jaminannya, Ka’ab menjawab jaminannya, istri Muhammad bin Maslamah. Serta merta Muhammad bin Maslamah sangat heran dan menolaknya.
Lalu Ka’ab bin Asyraf minta anak Muhammad bin Maslamah sebagai jaminan. Maka untuk kedua kalinya ditolak. Ketika ditawari senjata sebaga jaminan, maka Ka’ab mengiyakan.
Keesokan hari Muhammad bin Maslamah datang lagi dengan senjata untuk menyampaikannya sebagai jaminan, serta membawa beberapa sahabat. Saat datang ke rumah Ka’ab itu, Muhammad bin Maslamah bersama Abu Nailah.
Abu Nailah sebagai pendamping mengajak Ka’ab berjalan di tengah malam untuk berbicara santai dan ngobrol. Hal ini sebagai upaya menjauhkan Ka’ab dari penjagaan para pengikutnya.
Ketika sudah menjauh, maka Abu Nailah mulai menyusun siasat dengan minta izin mencium kepalanya karena bau rambut yang sangat harum. Setelah diizinkan untuk mencium yang kedua kalinya, Abu Nailah memberi isyarat, maka Muhammad bin Maslamah langsung membunuh Ka’ab.
Tidak ada perlawanan atau pembelaan dari para penjaganya, sehingga berakhirlah salah seorang yang mengelisahkan Nabi Muhammad karena Ka’ab merupakan sosok yang selalu mengganggu Nabi dan membenci para sahabatnya.
Surabaya, 9 Maret 2022