Suaramuslim.net – Belakangan ini, media sosial, khususnya TikTok, diramaikan oleh konten-konten tentang “intermittent fasting”— sebuah metode puasa ala Barat yang diklaim membawa banyak manfaat kesehatan. Video-video ini seringkali menampilkan gaya hidup modern, tubuh ideal, dan narasi ilmiah yang membuat banyak orang terpukau.
Namun yang menjadi soal adalah ketika sebagian narasi ini secara halus mulai membandingkan, bahkan merendahkan praktik puasa dalam Islam, seolah-olah puasa Ramadhan sudah tidak relevan dengan zaman.
Sebagai ketua ICMI Jawa Timur, saya merasa perlu meluruskan persepsi ini melalui pendekatan ilmiah, agar umat tidak terjebak dalam tren yang menyesatkan atau bahkan mendelegitimasi syariat. Sebab puasa Ramadhan bukan hanya warisan spiritual yang sakral, tapi juga terbukti memiliki manfaat kesehatan yang sangat luar biasa, bahkan jika ditinjau dari kacamata medis dan riset modern sekalipun.
Apa itu Intermittent Fasting (IF)?
Intermittent fasting atau IF adalah metode pola makan yang membatasi waktu makan hanya pada jam-jam tertentu. Bentuk paling populer adalah 16/8, yakni puasa selama 16 jam dan makan hanya dalam jendela waktu 8 jam. Ada juga versi 5:2 (makan normal 5 hari, membatasi kalori 2 hari), atau Alternate-Day Fasting (puasa selang-seling).
Tujuan utamanya bukan spiritual, melainkan kesehatan fisik: mengurangi berat badan, meningkatkan metabolisme, mengatur gula darah, dan memperbaiki kesehatan jantung.
Puasa Ramadhan dalam perspektif kesehatan
Puasa Ramadhan, yang dilaksanakan dari fajar hingga Maghrib selama 29-30 hari, memiliki aturan yang sangat jelas dalam syariat. Meskipun motivasi utamanya adalah ibadah, para ilmuwan dan dokter di berbagai negara telah meneliti manfaat medis dari puasa ini.
Berikut beberapa hasil temuan ilmiah dari jurnal internasional:
1. Menyeimbangkan gula darah dan sensitivitas insulin
Studi dalam Journal of Nutritional Biochemistry menunjukkan bahwa puasa meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan risiko diabetes tipe 2 (Horne et al., 2015).
2. Menurunkan berat badan dan lemak tubuh
Puasa Ramadhan menyebabkan perubahan signifikan dalam metabolisme lemak, membantu penurunan berat badan tanpa memengaruhi massa otot (Klempel et al., 2012).
3. Meningkatkan fungsi otak dan kesehatan mental
Puasa mendorong produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF) yang mendukung fungsi kognitif dan melindungi dari Alzheimer dan depresi (Mattson et al., 2018).
4. Meningkatkan imunitas dan detoksifikasi
Menurut riset terbaru, puasa juga dapat merangsang regenerasi sistem imun dan memperkuat respons antibodi (Budiningsari, 2023).
5. Kesehatan jantung dan pembuluh darah
Puasa Ramadhan terbukti menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), trigliserida, dan tekanan darah; faktor risiko utama penyakit jantung (Fairuz et al., 2024).
IF vs Puasa Ramadhan: Sama-sama bermanfaat, tapi tak sama nilainya
Jika hanya menimbang dari sisi medis, baik IF maupun puasa Ramadhan menunjukkan manfaat yang serupa. Namun yang perlu digarisbawahi: tujuan, landasan, dan dampaknya tidaklah identik.
Puasa dalam Islam bersifat holistik, ia menyentuh aspek fisik, spiritual, emosional, dan sosial sekaligus. Niatnya adalah ibadah, pengendalian diri, dan pendekatan kepada Tuhan. Sedangkan IF bersifat sekular dan utilitarian, fokusnya terbatas pada manfaat fisik dan penampilan tubuh.
Perbedaan lain yang sangat krusial adalah waktu pelaksanaan dan fleksibilitasnya. IF bersifat opsional dan bisa disesuaikan kapan pun, sementara puasa Ramadhan adalah ibadah yang dilaksanakan pada waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Artinya, puasa Ramadhan punya dimensi ketaatan, bukan sekadar preferensi gaya hidup.
Mana yang lebih sesuai dengan fitrah manusia dan ilmu kesehatan?
Intermittent fasting (IF) adalah pola makan yang saat ini tengah populer di kalangan banyak orang karena diviralkan oleh orang-orang tertentu, mungkin dengan maksud tertentu juga. Yaitu puasa malam, yang dimulai dari sore hari hingga pagi hari. Dalam pola ini, makan pagi dianggap tidak sesuai dengan ritme tubuh, padahal dalam ajaran Islam makan sahur sebelum Subuh sangat dianjurkan.
Seperti diketahui bahwa dalam Islam, umat dianjurkan untuk makan sahur sebelum subuh dan berbuka saat Maghrib. Pendekatan ini lebih terintegrasi dengan ritme tubuh manusia yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Sahur tidak hanya memenuhi tuntutan ibadah, tetapi juga mendukung metabolisme tubuh, sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai studi ilmiah.
Penelitian oleh Jakubowicz et al. (2017) dalam Obesity Reviews menemukan bahwa makan pagi (sahur) memiliki manfaat kesehatan yang tidak bisa diabaikan.
Makan pagi dapat meningkatkan metabolisme tubuh, menstabilkan kadar gula darah, dan mengurangi risiko penyakit metabolik. Sebaliknya, puasa malam yang dimulai dari sore hingga pagi hari justru mengganggu ritme sirkadian tubuh, karena tubuh manusia secara alami memerlukan energi di pagi hari untuk beraktivitas.
Narasi yang beredar dalam beberapa konten IF viral bahwa makan pagi itu menyesatkan dan bertentangan dengan sirkadian tubuh adalah klaim yang perlu dicermati secara lebih mendalam. Faktanya, sains justru mengakui pentingnya makan pagi untuk mendukung fungsi metabolisme tubuh. Penelitian dalam Journal of Nutritional Biochemistry (Horne et al., 2015) menjelaskan bahwa puasa yang melibatkan makan pagi (sahur) justru lebih baik untuk kontrol berat badan dan kesehatan jantung.
Puasa Islam sesuai dengan fitrah manusia
Intermittent fasting memang memiliki manfaatnya sendiri, namun puasa Islam dengan waktu sahur dan berbuka yang telah ditetapkan ternyata jauh lebih selaras dengan ritme biologis tubuh manusia dan telah terbukti memiliki manfaat kesehatan yang sangat baik.
Sebagai umat Islam, kita perlu bersyukur bahwa syariat yang kita jalankan sejak 14 abad lalu ternyata telah membawa hikmah dan manfaat luar biasa yang kini baru mulai disadari oleh ilmu modern.
Jangan sampai kita tergoda membanding-bandingkan atau bahkan meragukan syariat sendiri hanya karena sebuah tren media sosial yang terkemas menarik namun kosong makna spiritual.
Puasa Ramadhan bukan hanya menyehatkan tubuh, tapi juga membersihkan jiwa dan menguatkan relasi kita dengan Allah SWT. Inilah yang tak bisa diberikan oleh puasa manapun selain puasa yang ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta.
Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur