Suaramuslim.net – Allah Ta’ala berfirman:
ﺃَﻟَﻢْ ﺗَﺮَ ﻛَﻴْﻒَ ﺿَﺮَﺏَ ٱﻟﻠَّﻪُ ﻣَﺜَﻼً ﻛَﻠِﻤَﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﻛَﺸَﺠَﺮَﺓٍ ﻃَﻴِّﺒَﺔٍ ﺃَﺻْﻠُﻬَﺎ ﺛَﺎﺑِﺖٌ ﻭَﻓَﺮْﻋُﻬَﺎ ﻓِﻰ ٱﻟﺴَّﻤَﺎٓءِ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,”
ﺗُﺆْﺗِﻰٓ ﺃُﻛُﻠَﻬَﺎ ﻛُﻞَّ ﺣِﻴﻦٍۭ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺭَﺑِّﻬَﺎ ۗ ﻭَﻳَﻀْﺮِﺏُ ٱﻟﻠَّﻪُ ٱﻷْﻣْﺜَﺎﻝَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﺘَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ
“…pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Terjemah QS Ibrahim [14]: 24-25)
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Terjemah QS Ibrahim [14]: 27)
Tadabbur Ayat:
- Pendahuluan
Kalimat tauhid atau disebut juga kalimat syahadat adalah kalimah thoyyibah (kalimat yang baik). Kalimat yang baik ini mengandung Lafdzu Jalalah (lafadz keagungan) dan nama manusia yang paling agung, sehingga kalimat ini adalah kalimat yang agung. Kalimat yang baik ini adalah salah satu syi’ar (simbol) Islam.
Kalimat yang baik ini diperumpamakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagaikan pohon yang baik, dalam hal ini adalah pohon kurma (HR Bukhari), yang mana akarnya tertanam kokoh, cabangnya menjulang tinggi ke langit, dan buahnya berbuah di setiap musim.
Pohon iman akarnya tertanam kokoh di kalbu orang beriman baik berupa ilmu maupun keyakinan. Cabangnya berupa ucapan, amal, akhlak dan adab yang baik (Tafsir Ibnu As-Sa’dy, Tafsir Ibnu Katsir).
- Faedah Kalimat Tauhid
Berkat kalimat yang baik ini cabang Pohon Iman “menjulang tinggi ke langit”, yakni terus-menerus dinaikkan ke langit di setiap waktu (Tafsir Ibnu As-Sa’dy, Tafsir Ibnu Katsir).
Pohon Iman menghasilkan buah berupa berkah dan pahala yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan setiap waktu (Tafsir Jalalayn). Berkah ini adalah kehidupan yang baik di dunia berupa rezeki yang cukup, halal dan baik. Juga berupa kemudahan dalam beribadah, sifat syukur dan qona’ah (lihat QS An Nahl:97).
Dengan demikian orang-orang beriman –sejak memulai hidup atau sejak memeluk agama Islam bagi mualaf hingga menutup hidup dengan Kalimat yang Baik ini– selain melakukan amal perbuatan yang baik (amal saleh) (lihat antara lain QS Al Baqarah:25, 82, 277) dan menjadi orang baik (saleh) (lihat QS Ali Imran:114, 29:9) juga menjadi perubah ke arah kebaikan (muslih) bagi diri, keluarga dan masyarakatnya (lihat QS Al Baqarah:220, 182, An-Nisaa’:114, 128, Al A’raaf:170, Hud:117, Hujurat:9-10).
Karena selama hidupnya memegang erat dan mengaplikasikan Kalimat yang Baik ini maka Allah subhanahu wa ta’ala meneguhkan kehidupan orang-orang beriman di dunia ketika menghadapi ujian syubhat dengan mendapatkan hidayah menuju keyakinan, dan ketika menghadapi ujian syahwat mampu mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah subhanahu wa ta’ala dari pada hawa nafsu mereka (Tafsir As-Sa’dy QS Ibrahim: 27).
Adapun di akhir kehidupan mereka, amal dan iman dalam keadaan baik, sebelum meninggal mereka mengucapkan ucapan yang baik yakni Kalimat yang Baik ini, serta meninggal dengan cara dan proses yang baik, atau dengan kata lain meraih predikat husnul khatimah (Tafsir As-Sa’dy QS Ibrahim: 27).
Selain itu ketika didudukkan oleh malaikat di liang lahat Allah subhanahu wa ta’ala memberi mereka keteguhan sehingga bisa menjawab dengan baik dan benar pertanyaan yang diajukan dua malaikat tentang Rabb, agama dan nabi mereka, lalu selanjutnya selamat dari azab kubur (Tafsir As-Sa’dy QS Ibrahim: 27). Dan di akhirat mereka masuk ke dalam Husnu Maab (tempat kembali yang baik), yakni surga (lihat QS Ar Ra’d: 29, Shaad: 49).
Kalimat yang Baik – yang merupakan bagian dari ayat-ayat Al Quran -ini ketika dibaca menambah iman orang-orang beriman (lihat QS Al Anfaal:2). Kalimat yang Baik -yang mengandung nama Allah- ini ketika disebut membuat hati mereka gemetar (lihat QS Al Anfaal: 2). Kalimat yang Baik -yang merupakan bacaan dzikir untuk mengingat Allah- ini menjadikan hati mereka tenang dan tenteram (lihat QS Ar Ra’d: 28, Az Zumar: 23). Sebaliknya, Kalimat yang Baik -yang mengandung nama Allah- ini ketika disebut dalam bentuk ucapan dan tulisan membuat kesal hati orang-orang yang tidak beriman (lihat QS Az Zumar: 45).
- Ghirah Islamiyah vs Ghirah Syaithoniyah
Mengingat keagungan dan faedah kalimat tauhid ini maka orang-orang beriman yang mempunyai ghirah Islamiyah memuliakan syi’ar Islam ini (lihat QS Al Hajj: 32). Sebaliknya, orang-orang kafir dan munafik yang memiliki ghirah syaithoniyah mendiskreditkannya (lihat QS Az Z: 67). Upaya-upaya pendiskreditan ini bisa jadi ada yang termasuk “jihad” mereka di jalan thagut (lihat QS An Nisaa’:76).
Dalam menyikapi upaya-upaya tersebut orang-orang beriman yang mempunyai ghirah Islamiyah memberikan reaksi positif yang didasari oleh niat lillahi ta’ala. Reaksi yang mereka berikan merupakan jihad di jalan Allah (lihat QS An Nisaa’:76, Muhammad:7, Hujurat:15). Sebaliknya, dalam menyikapi jihad di jalan Allah ini orang-orang munafik yang memiliki ghirah syaithoniyah memberikan reaksi negatif (lihat QS Ali Imran:167-168).
Wallahu a’lam
Kontributor: Abdullah al-Mustofa*
Editor: Oki Aryono