Suaramuslim.net – Hari ini, 9 Dzulhijjah (5 Juni 2025) adalah hari Arafah. Hari Arafah adalah salah satu hari paling agung dalam Islam. Tdak hanya menjadi inti dari ibadah haji (melalui wukuf di padang Arafah) tetapi juga menjadi momentum spiritual yang dapat dirasakan oleh seluruh umat Islam di penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi)
Doa di Hari Arafah dipercaya sebagai salah satu doa paling mustajab sepanjang tahun. Maka tak heran, setiap datang tanggal 9 Dzulhijjah, banyak umat Islam bertanya: kapan waktu terbaik berdoa di Hari Arafah, khususnya bagi kita yang tidak sedang berhaji dan tinggal di Indonesia?
Ikut waktu wukuf di Arafah atau waktu lokal?
Dalam praktiknya, terdapat dua pendekatan di kalangan ulama dan masyarakat dalam berijtihad menentukan waktu terbaik di hari Arafah:
Mengikuti waktu wukuf di Arafah: Wukuf di Arafah dilakukan mulai Zuhur hingga Maghrib waktu setempat di Mekah. Bila dikonversi ke Waktu Indonesia Barat (WIB), maka waktu tersebut jatuh sekitar pukul 16.00 WIB hingga 22.00 WIB.
Pendekatan ini berdasarkan prinsip bahwa kemuliaan Hari Arafah secara spiritual berpuncak pada saat wukuf dilakukan di Arafah, sehingga waktu itulah yang diyakini sebagai saat paling mustajab untuk berdoa, meskipun kita tidak sedang berada di sana.
Mengikuti waktu lokal (9 Dzulhijjah di Indonesia): Sebagian ulama dan masyarakat juga berpegang bahwa keutamaan Hari Arafah dapat diraih di waktu siang hari tanggal 9 Dzulhijjah di negara masing-masing, termasuk Indonesia. Maka, berdoa dari pagi hingga petang di waktu lokal juga sangat dianjurkan, terutama saat Dhuha, setelah Zuhur, dan menjelang Maghrib.
Rekomendasi praktis: Gabungkan keduanya
Daripada terjebak dalam perdebatan, umat Islam di Indonesia bisa mengambil pendekatan yang bijak: memperbanyak doa sepanjang hari Arafah (9 Dzulhijjah waktu lokal), dan memaksimalkan doa saat waktu wukuf berlangsung (16.00–22.00 WIB).
Ini adalah bentuk ikhtiar spiritual yang insya Allah tak akan sia-sia. Bukankah Nabi Muhammad SAW sendiri mencontohkan agar kita bersungguh-sungguh dalam berdoa dan memohon pada saat-saat mustajab?
Puasa Arafah: Amalan istimewa bagi yang tidak berhaji
Bagi yang tidak sedang melaksanakan haji, Rasulullah SAW juga menganjurkan berpuasa pada Hari Arafah: “Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah, menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (Riwayat Muslim).
Selain berpuasa, kita juga bisa memperbanyak:
- Dzikir dan istighfar
- Tahlil, tahmid, takbir
- Doa untuk keluarga, guru, bangsa, dan umat Islam seluruh dunia
- Sedekah dan kebaikan sosial
Hadirkan Arafah di hati kita
Meskipun secara fisik kita jauh dari padang Arafah, bukan berarti kita tak bisa “hadir” di sana secara spiritual. Dengan niat yang tulus, hati yang khusyuk, dan lidah yang basah oleh doa, kita semua dapat menjadi bagian dari gelombang rahmat yang Allah curahkan di hari yang mulia ini.
Mari kita sambut Hari Arafah dengan penuh kesungguhan. Jadikan sore hingga malam hari tanggal 9 Dzulhijjah, antara pukul 16.00 hingga 22.00 WIB, sebagai waktu khusus untuk berdoa, bertafakur, dan bermunajat.
Semoga Allah SWT menerima doa-doa kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan mempertemukan kita suatu hari nanti untuk merasakan langsung wukuf di padang Arafah.
Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur