Suaramuslim.net – Dalam Islam, kejahatan paling besar dan dampaknya luas adalah kekafiran. Dikatakan kejahatan besar karena melawan risalah yang dibawa utusan Allah guna menyampaikan nasihat dari Pencipta alam semesta.
Dengan kata lain, orang kafir merupakan representasi manusia yang melakukan kejahatan profetik.
Kekayaan dan kejahatan
Al-Qur’an mengajak umat Islam untuk mengeksplorasi dan menganalisa hancurnya umat terdahulu. Mereka memiliki jumlah banyak, kekayaan yang melimpah, serta kekuatan fisik yang tertandingi. Dengan tiga modal itu, mereka melahirkan peradaban yang tinggi dan kokoh.
Peradaban mereka yang tinggi dan kokoh mempengaruhi dunia, dan masyarakat lain berkiblat padanya. Namun masyarakat seperti ini pada akhirnya hancur dan binasa. Al-Qur’an mendorong umat Islam memperhatikan faktor apa yang menyebabkan hancur dan binasanya peradaban ini sebagaimana firman-Nya:
اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَ رْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَا نَ عَا قِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ كَا نُوْۤا اَكْثَرَ مِنْهُمْ وَاَ شَدَّ قُوَّةً وَّ اٰثَا رًا فِى الْاَ رْضِ فَمَاۤ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi, lalu mereka memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu lebih banyak dan lebih hebat kekuatannya serta (lebih banyak) peninggalan-peninggalan peradabannya di bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka.” (Q.S. Ghafir: 82).
Allah menunjukkan bahwa jumlah pengikut yang banyak dan loyal, kekayaan yang melimpah, dan kekuatan fisik yang tak tertandingi membuat mereka berbuat melampaui batas.
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَا دِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَ رْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۗ اِنَّهٗ بِعِبَا دِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
“Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syura: 27).
Pengikut yang banyak dan loyal senantiasa membenarkan apa saja yang diperintahkan pemimpinnya. Kepemimpinan yang kejam dan zalim berlangsung lama karena ditopang oleh pendukungnya yang mendukung secara totalitas.
Kekayaan yang melimpah membuat mereka berbuat menghalalkan secara cara. Mereka menghambur-hamburkan kekayaannya sesuai dengan kehendaknya. Perilaku suap dan korupsi berlangsung sistematis, penindasan terhadap orang-orang miskin, serta hidup bermewah-mewah menjadi roda kehidupan.
Kekuatan fisik mereka tak tertandingi. Mereka berbadan tinggi, dan sangat kuat sehingga menghasilkan peradaban berupa bangunan fisik yang agung dan kokoh. Mereka memiliki istana dan rumah yang sangat megah lengkap dengan berbagai fasilitasnya.
Kehancuran penjahat profetik
Peradaban yang kokoh dan kuat serta kehidupan mewah itu digoncang oleh kedatangan seorang Nabi. Utusan Allah itu mengingatkan mereka untuk bersyukur kepada Allah atas berbagai kenikmatan yang mereka peroleh. Nabi juga menjelaskan perbuatan-perbuatan menyimpang dari nilai-nilai keadilan hingga menyebabkan rusaknya sendi-sendi kehidupan.
Ajakan untuk menyembah hanya kepada Allah dengan berbagai penjelasan yang bisa mereka terima, namun penjelasan ini tidak membuat mereka patuh dan tunduk. Mereka justru ingin mempertahankan pola kehidupan yang selama ini berjalan dan mengolok-olok Nabi dan berusaha melawannya.
فَلَمَّا جَآءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِا لْبَيِّنٰتِ فَرِحُوْا بِمَا عِنْدَهُمْ مِّنَ الْعِلْمِ وَحَا قَ بِهِمْ مَّا كَا نُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
“Maka ketika para rasul datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka merasa senang dengan ilmu yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka memperolok-olokkannya.” (Q.S. Ghafir: 83).
Atas olok-olok kepada rasul-Nya, Allah pun menghancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya. Di saat hancur itulah, kesadaran mereka bangun dan membenarkan apa yang dibawa utusan Allah. Hal itu dilakukan setelah seluruh aset dan kekayaannya musnah dan hampir binasa. Hal ini terjadi sebagaimana Fira’un yang tenggelam dan berkeinginan mempercayai dakwah Nabi Musa.
Bahkan digambarkan keimanan mereka baru bangkit setelah melihat apa-apa yang dahulu mereka tantang. Dahulu mereka melawan rasul dan minta disegerakan azab. Saat itu, mereka melihatnya secara kasat baru dan berjanji mengikuti ajaran rasul itu. Di situlah kerugian mereka rasakan, sebagaimana paparan Al-Qur’an sebagai berikut:
فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ اِيْمَا نُهُمْ لَمَّا رَاَ وْا بَأْسَنَا ۗ سُنَّتَ اللّٰهِ الَّتِيْ قَدْ خَلَتْ فِيْ عِبَا دِهٖ ۚ وَخَسِرَ هُنَا لِكَ الْكٰفِرُوْنَ
“Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah (ketentuan) Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir.” (Q.S. Ghafir: 85).
Ketika kejahatan profetik mereka nampak dan siksaan di depan mata, maka mereka menyatakan beriman dan mengingkari apa yang selama ini mereka sembah dan agung-agungkan. Hal ini sebagaimana narasi Al-Qur’an berikut:
فَلَمَّا رَاَ وْا بَأْسَنَا قَا لُوْۤا اٰمَنَّا بِا للّٰهِ وَحْدَهٗ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهٖ مُشْرِكِيْنَ
“Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami sekutukan dengan Allah.” (Q.S. Ghafir: 27).
Itulah akhir kehidupan para penjahat profetik setelah mereka melihat siksaan yang bakal menimpanya. Apa yang mereka miliki dan kumpulkan berupa harta kekayaan, pengikut yang banyak, dan kekuatan fisik tidak ada gunanya.
17 April 2023