Kenangan Toriq Bayasut, pemain bola voli Al Irsyad tempo doeloe

Suaramuslim.net – Selain vooder, dalam permainan bola voli ada juga pemain yang posisinya sebagai smasher dan juga menerima passing. Masing-masing posisi tersebut harus menyatu dan kompak menerjemahkan strategi yang diinginkan oleh pelatih, sehingga permainan menjadi efektif yang muaranya adalah kemenangan.

Tentunya dalam pertandingan pasti diperlukan improvisasi, bergantung pada strategi yang dimainkan oleh lawan.

Ada beberapa teknik dasar yang harus dipahami dalam permainan bola voli, di antaranya adalah:

1. Seorang vooder, harus paham permintaan smasher. Bola diupayakan lurus dan tenang agar sang smaher mudah melakukan smash ke daerah lawan.

2. Passing yang menerima bola pertama, harus mengarahkan bola kepada vooder, untuk selanjutnya diteruskan kepada smasher. Kalau passingnya mengarah ke vooder tidak pas, maka akan menyulitkan vooder. Namun demikian Toriq tetap berusaha dengan tenang untuk mengumpan bola kepada smasher dan perpindahan bola maksimal tiga kali, selanjutnya harus dipindah ke permainan lawan.

3. Service dari lawan harus bisa diterima atau passing mengarah ke vooder, agar vooder dapat mengarahkan bola ke smasher dan sebisa mungkin harus bisa di-smash, agar poin dapat diraih. Akan tetapi kebalikannya, jika gagal dilakukan smash, maka kemungkinan besar poin akan diperoleh pihak lawan.

Pengalaman menjadi pemain bola voli Al Irsyad

Lebih lanjut penulis bertanya kepada Toriq, apa kesan dan pengalamannya selama menjadi pemain bola voli, khususnya di klub Al Irsyad Surabaya tempo doeloe ?

“Sangat menyenangkan. Sehabis pulang kuliah, istirahat sebentar. Begitu Ashar, saya segera sholat. Selesai sholat sebelum ke Al Irsyad sambil menatap langit untuk melihat cuaca, terang atau mendung. Kalau terang, saya segera berangkat ke Al Irsyad dengan rasa gembira untuk latihan bola voli,” kenang Toriq.

Ia melanjutkan, suasana di Al Irsyad saat itu selalu penuh dengan penonton. Selain latihan voli, tenis meja, bulu tangkis, yuyitshu yang dilatih oleh Pak Nashir, yang sehari harinya berdinas di TNI AL, juga ada perpustakaan.

“Hal menarik dari klub Bola Voli Al Irsyad Surabaya adalah, pemainnya tidak hanya pelajar dan Pemuda Al Irsyad Surabaya saja. Tetapi juga mengundang orang lain untuk bergabung menjadi pemain klub,” demikian yang disampaikan oleh Amang Yamani.

Pemain tersebut adalah ayah dan anak yaitu Tuan Faiz (ayah), Bashir (anak) yang berkebangsaan Pakistan.

Meskipun Tuan Faiz sudah berumur, namun masih berlatih di Al Irsyad Surabaya. Tuan Faiz memiliki toko yang menjual parfum dan obat tradisional di Jl. Panggung Surabaya, sedang Bashir memiliki toko olahraga yang bernama Toko Depauw di Jl. Gemblongan (depan kantor PLN) Surabaya.

Bermain voli lalu masuk Islam

Ada juga bagian pengambil bola yang keluar dari lapangan, yaitu Agustinus Pati yang punya nama panggilan Panuso.

“Dia keturunan Ambon. Alhamdulillah seiring perjalanan waktu, akhirnya menjadi muallaf. Selepas bergabung dari klub Bola Voli Al Irsyad Surabaya, Agustinus Pati (Panuso) bergabung dengan klub sepak bola Asy-Syabaab Surabaya. Pernah cuaca hujan, kita tidak jadi latihan voli, tetapi berlatih tenis meja di teras aula, sambil menunggu hujan reda. Jadi suasana persahabatan tetap terjalin,” ujar Amang Yamani.

Ia menambahkan ceritanya, dulu sebelum perpustakaan, tempat itu bernama Bibliotek. Ruangan ini di sebelah pintu gerbang Al Irsyad Jl. Danakarya No. 46 Surabaya. Ruangan ini dibagi dua: bagian depan menghadap barat, difungsikan untuk perpustakaan. Sedangkan ruangan bagian belakang (timur) dengan pintu menghadap lapangan bola voli difungsikan untuk tempat penyimpanan perlengkapan voli, antara lain: bola, tiang, dan net.

Ada hal yang berkesan dalam diri Amang Yamani, “Satu hari kalau tidak ke Al Irsyad, ada yang kurang dalam hidup ini,” ungkapnya.

Hal menarik lainnya adalah, pada saat latihan, perpindahan bola dalam suatu permainan sangat lama dan seru.

“Artinya bola berpindah dari satu pemain ke pemain lainnya cukup lama. Mungkin ada satu pemain yang merasa capek, maka dia membuat trik, ketika bola mengarah kepadanya, dia pura-pura jatuh dan akhirnya bola mati. Melihat itu, pemain senior marah dan mengejarnya sampai ke luar lapangan sambil diomeli,” demikian yang disampaikan Moestofa Bazargan, mengenang kejadian itu sambil tertawa.

Berprestasi di tengah keterbatasan

Ada-ada saja, itulah keunikan tim bola voli Al Irsyad Surabaya tempo doeloe. Kondisi klub waktu itu pas-pasan, bolanya sangat terbatas.

Menurut Toriq, mereka dulu pernah memakai bola yang terbuat dari karet. Alhamdulillah sambil jalan, akhirnya dapat memakai bola dari kulit.

Bagaimana cara mendapatkan bola? Toriq menjawab, “Alhamdulillah sumbangan dari warga Al Irsyad yang cinta bola voli. Tentang merk bola voli pada saat itu beragam, di antaranya terbuat dari karet adalah Void, sedang yang bagus terbuat dari kulit bermerk Tachicara made in Japan dan juga ada yang merk Mikasa.

Meskipun dengan peralatan terbatas, namun tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk berlatih lebih serius, bahkan bisa menunjukkan prestasi yang membanggakan.

“Sekali lagi terima kasih kepada warga Al Irsyad atas dukungan dan partisipasinya,” ungkap Toriq.

Menjaga kecintaan terhadap bola voli

Tahun 1980, setelah lulus dari Fakultas Hukum Unair Surabaya, Toriq bekerja di kantor Setneg (Sekretariat Negara) Jakarta. Walaupun demikian kecintaannya terhadap bola voli tetap dipelihara dan disalurkan.

Di sela-sela istirahat bekerja Toriq tetap berlatih permainan voli di lapangan belakang komplek Sekretariat Negara Jakarta. Semasa berkarier di Setneg Toriq juga sebagai pemain voli tim Setneg dan mengikuti kejuaraan nasional antar lembaga sekretariat tertinggi dan tinggi negara (Lemsettina) yang berlangsung di Hall Basket Senayan, Desember 1981 dan dibuka oleh Menteri Sekretaris Negara waktu itu, Sudharmono.

Di antara tim yang bertanding adalah dari Setneg, MPR, DPR, BPK, DPA (Dewan Pertimbangan Agung) dll. Alhamdulillah tim Setneg menjadi juara I dengan official tim Setneg adalah Yunus Yamani. Selain itu di Jakarta Toriq Bayasut dan Yunus Yamani juga main voli di klub Aviantara dan juga main voli dengan pemain Kejaksaan Agung di lapangan Bulungan.

Mengakhiri perbincangan, penulis bertanya, apa harapannya untuk generasi muda saat ini?

“Harapannya olahraga adalah suatu kebutuhan, karena untuk menyalurkan minat dan bakat serta bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu olahraga juga sarana mencegah generasi muda dari perbuatan negatif. Pendidikan tetap menjadi yang utama, tetapi harus diimbangi dengan kegiatan lainnya, salah satunya adalah olahraga,” ungkap Toriq.

Toriq berharap olahraga yang dikembangkan disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Selain itu bola voli di Al Irsyad Surabaya tempo doeloe merupakan icon, sehingga merupakan kebanggaan tersendiri kalau menjadi pemain Al Irsyad.

Akhir tahun 1989, Toriq resign dari Setneg, kemudian bekerja di P.T. SIER Surabaya dari tahun 1990-2010. Alhamdulillah, sekarang Toriq masih nampak sehat dan optimis di usianya yang sudah 69 tahun, itu salah satunya karena rajin olahraga. Ia sekarang aktif di Yayasan Masjid Al Falah Surabaya, bidang wakaf. Itulah perjalanan Toriq Bayasut dari sekolah, aktif di bola voli, bekerja dan sekarang aktif dalam kegiatan sosial.

Dari perbincangan dengan narasumber (Toriq Bayasut, Amang Yamani, Moestofa Bazargan), banyak pelajaran yang dapat diambil. Setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Maka sebaiknya kita memfasilitasi tumbuh kembangnya minat dan bakat tersebut, sehingga menjadi bekal masa depan. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada ketiga narasumber yang telah berbagi pengalaman. Semoga cerita ini menginspirasi kita semua khususnya generasi muda harapan bangsa. Aamiin.

Ditulis oleh: Washil Bahalwan
Narasumber: Toriq Bayasut, Amang Yamani dan Moestofa Bazargan
Editor: Muhammad Nashir

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.