BOJONEGORO (Suaramuslim.net) – Bojonegoro merupakan daerah yang saat kemarau potensi kekeringannya cukup tinggi. Hal tersebut sudah menjadi musibah rutin yang harus dialami sebagian warga di Bojonegoro setiap tahunnya. Pada 2019 lalu berdasarkan data yang dihimpun BPBD Bojonegoro, tercatat 17 Kecamatan di daerah ini mengalami kekeringan.
Salah satu yang merasakan dampak kekeringan setiap tahunnya adalah pesantren Al-Fajar, yang terletak di desa Kapas, kecamatan Kapas, kabupaten Bojonegoro Jawa Timur yang setiap kali kemarau mengalami krisis air.
Hal itu karena sumber air dari sumur dangkal peninggalan Belanda yang biasa digunakan untuk mencukupi kebutuhan air pesantren mengering, sehingga guna mencukupi kebutuhan air setiap harinya, para santri mengandalkan bantuan air dari masyarakat.
“Sampai saat ini kita masih menggunakan sumur dangkal peninggalan Belanda, jadi kalau kemarau sering surut,” ucap Ustaz Sa’idi selaku Kepala Pondok Al-Fajar.
“Rata-rata sumur di sini memiliki kedalaman 13-20 meter, sementara sumur ini hanya sedalam 7 meter,” imbuhnya.
Pengurus Pondok Pesantren Al-Fajar menuturkan bahwa pihaknya belum memiliki biaya yang cukup untuk membuat sumur yang lebih dalam, dan pihaknya juga tidak menggunakan layanan PDAM lantaran biaya yang terlampau mahal.
“Kalau kedalaman segitu otomatis harus menggunakan sumur bor, dan itu lumayan mahal bagi kami. Dan kalau pakai PDAM biaya operasionalnya tiap bulan bisa sampai lima kali lipat lebih mahal,” tuturnya.
Menyikapi hal tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jatim pada Jumat (10/7) lalu mengimplementasikan program Sumur Wakaf yang diharapkan bisa menjadi solusi krisis air yang dialami para santri sehingga tidak lagi mengandalkan bantuan dari masyarakat setiap harinya.
“Kami berterima kasih atas bantuan Sumur Wakaf ini, mengingat dalam waktu dekat para santri akan kembali lagi ke pesantren, terlebih saat ini kita akan menghadapi musim kemarau, dan ini akan sangat bermanfaat bagi kami.” Pungkas Sa’idi.
Melalui tim program ACT Jatim, Mashudi menyebutkan bahwa banyak wilayah di Jawa Timur yang berpotensi mengalami kekeringan. Untuk itu Mashudi mengajak masyarakat terus ambil peran dalam program kemanusiaan Sumur Wakaf ini.
“Tentu apabila semakin banyak dermawan, maka akan semakin banyak masyarakat yang terbantu,” ungkap tim program ACT Jatim ini.