Suaramuslim.net – Sudah dijelaskan pada edisi sebelumnya bahwa ibadah puasa Ramadhan pada intinya berfungsi untuk tazkiyah (mensucikan) nafsu yang kotor sehingga berubah menjadi nafsu yang suci.
Konsep Nafsu
Banyak konsep atau teori tentang nafsu dari beberapa pakar. Nafsu diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai jiwa. Dalam Al Quran nafsu berfungsi sebagai penggerak tingkah laku manusia (lihat QS. Ar Ra’d: 11) dan dapat menampung hal-hal yang baik maupun buruk (lihat QS. Al Syams: 8) bisa berpengaruh terhadap kefasikan dan ketaqwaan (lihat QS. Al Naziat: 40).
Nafsu bisa kotor karena dorongan syahwat dan hawa nafsu serta bisa disucikan kembali (lihat QS. Al Syams: 9-10 ). Kualitas nafsu berpengaruh terhadap baik buruknya perbuatan manusia. Tazkiyah (pensucian) nafsu salah satunya bisa dilakukan dengan model pembelajaran puasa Ramadhan (lihat QS. Al A’la: 14). Dengan syarat pelaksanaan ibadah puasa dilakukan seperti SOP yang diteladankan Rasul.
Rasul mengingatkan banyak orang puasa hanya memperoleh lapar dan dahaga semata, karena mereka tidak paham ilmu dan metodenya.
Pensucian nafsu juga bisa dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:
• Mengeluarkan zakat (QS. At Taubah: 103)
• Pergaulan yang terhormat (QS. An Nur: 28 dan 30)
• Pendidikan (kajian) atau tadarrus Al Quran (QS. Al Baqarah: 129 & 152), (QS. Ali Imran: 164) dan (Al Jumu’ah; 2).
Motivasi pensucian nafsu dinilai sebagai perbuatan terpuji (QS. Thaha: 75-76) dan (QS. Al Lail: 18). Dengan demikian sangat relevan jika niat dan perbaikan nafsu sebagai indikator input puasa Ramadhan.
Macam-Macam Nafsu
Di dalam Al Quran nafsu dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Nafsu ammarah
Jiwa yang dimiliki setiap orang yang mendorong manusia memenuhi kehendak di segala bidang kehidupan (lihat QS. Yusuf: 53). Contoh takabbur, loba, tamak, kikir, senang menyakiti orang lain. Kesenangan terhadap harta, seks dan jabatan atau kekuasaan.
2. Nafsu lawwamah
Jiwa yang cacat dan tercela. Kadang bertakwa kadang maksiat. Nafsu yang belum istiqomah. Terkadang seperti binatang, di lain waktu seperti manusia. Ketika terjerumus dalam dosa selalu menyesal. (QS. Al Qiyamah: 2).
3. Nafsu Muthmainnah
Jiwa yang tenang damai dan tenteram. Jiwa yang suci, jiwa yang mencapai iman. (Lihat QS. Al Fajr: 27-30).
Kesimpulan
Berdasarkan tadarus beberapa ayat Al Quran di atas, maka ibadah puasa merupakan model tazkiyah (pensucian) jiwa menuju nafsu yg muthmainnah. Jadi input sistem proses ibadah puasa itu dimulai dari niat, kualitas nafsu untuk diproses menjadi nafsu yang lebih baik.