Suaramuslim.net – Entah apa yang menjadi latar belakang, tiba-tiba seseorang mengatakan : “Demi Allah, mulai saat ini aku tidak akan menasihati kamu sampai hari kiamat.”
Bisa jadi, orang ini merasa putus asa hingga terucap kata-kata yang demikian. Kemungkinan keputusasaan ini dikarenakan melihat temannya sulit dinasihati atau justru menjengkelkan ketika diberi nasihat. Sepintas sepertinya benar ketika kita melihat seseorang yang sulit menerima nasihat kemudian mengatakan tak akan menasihatinya lagi. Padahal Allah mengajarkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya untu menyampaikan nasihat tanpa berhenti atau berputus asa.
Keutamaan Nasihat
Nasihat memiliki sejumlah keutamaan, dan Allah melarang kepada hamba-Nya berhenti memberi nasihat. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan bagi seorang hamba untuk berniat tidak memberi nasihat kepada orang lain. Allah saja memerintahkan Musa untuk menasihati Firaun. Padahal Firaun adalah manusia yang angkuh dan sombong, dan hampir diyakini bahwa Firaun tidak akan menyambut nasihat yang bertentangan dengan pandangannya.
Bahkan Musa juga mengetahui bahwa Firaun adalah manusia yang paling keras perlawanannya terhadap kebenaran. Karena Musa pernah tinggal serumah dengan Firaun sejak kecil hingga dewasa. Namun oleh Allah, Musa masih diperintahkan untuk mendatangi dan menasihati Firaun. Tidak hanya itu, Musa diperintahkan untuk menyampaikan nasihat dengan lemah lembut, padahal Firaun adalah makhluk yang memiliki watak keras kepala dan menghukum siapa saja yang menyelisihi perintahnya. Kondisi yang demikian, Allah masih memerintahkan Musa untuk memberi nasihat sebagaimana Firman-Nya:
“Pergilah engkau (Musa) kepada Firaun. Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat besar, tetapi Firaun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling serta berusaha menantang.” (QS An Nazi’at : 17-21)
Musa hanya diperintahkan untuk menyampaikan, meskipun pada akhirnya Firaun tetap bersikukuh menolak dan menentangnya. Bahkan Firaun mengadakan perlawanan dengan menyatakan dirinya sebagai tuhan serta mengerahkan kekuasannya untuk memusnahkan Musa beserta ajaran dan pengikutnya.
Allah juga menunjukkan kisah Yunus sebagai contoh tidak bolehnya menghentikan memberi nasihat kepada orang lain. Allah menegur Yunus karena putus asa dan tidak mau menasihati, bahkan meninggalkan kaumnya. Allah menegur langsung dengan memasukkannya ke dalam perut ikan. Hal ini sebagaimana Firman-Nya:
“Dan (ingatlah kisah) Zunnun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia dalam keadaan yang sangat gelap : Tidak ada Tuhan selain Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al-Anbiya : 87)
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika berdoa dengan hati sedih.” (QS Al-Qalam : 48)
Allah ingin menunjukkan tidak bolehnya berhenti berbuat kebaikan, dalam hal ini menasihati orang lain. Karena nasihat merupakan cara untuk mengajak ke jalan yang benar.
Kisah Abu Bakar yang ingin menghentikan pemberian sedekah kepada Mistha, seseorang yang terlibat ikut menyebarkan fitnah terhadap Aisyah (anak perempuan Abu Bakar). Mistha yang diberi sedekah oleh Abu Bakar ternyata terlibat dalam penyebaran berita bahwa Aisyah terlibat perzinahan dengan seorang pemuda. Berita fitnah ini sengaja dirancang oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafik. Ketika Nabi Muhammad mendengar niat Abu Bakar untuk menghentikan peemberian sedekah pada Mistha, maka Rasulullah menegurnya, sehingga Abu Bakar menyadari kesalahannya dan kembali memberi sedekah pada Mistha.
Kisah di atas menunjukkan bahwa bersumpahuntuk menghentikan berbuat kebaikan, seperti menasihati orang lain, merupakan kesalahan. Menasihati orang lain merupakan perkara penting dan tidak boleh bersumpah untuk menghentikannya.