Manajemen spiritual untuk mitigasi FOBO

Suaramuslim.net – Rasa takut adalah fitrah, bahkan seorang Nabi yang gagah perkasa seperti Nabi Musa as, juga memiliki rasa takut, “Allah menguatkan hati Nabi Musa dengan firman-Nya:”Janganlah kamu berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua; Aku mendengar dan melihat.”(Terjemah Q.S. Thaha: 46).

Rasa takut secara psikologis memberikan kemampuan pada manusia untuk bertahan hidup dan menjauhkan dari bahaya. Bayangkan bila tidak memiliki rasa takut seperti halnya balita yang tidak memiliki rasa takut, memegang api, berjalan di jalan raya berhadapan dengan hewan buas dll.

Namun Iblis menggandakan rasa takut tersebut menjadikan rasa was-was, terutama takut miskin,

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan (kefakiran) dan menyuruh kamu berbuat kekejian; sedangkan Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Terjemah Q.S. Al-Baqarah: 268).

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Terjemah Q.S. Ali Imran: 175).

Sehingga rasa takut yang berbahaya adalah rasa takut yang berlebihan menjadi sebuah gangguan psikologis seperti fobia, stres pascatrauma (PTSD), hingga gangguan kecemasan. 

Manusia yang dewasa adalah yang mampu mengantisipasi risiko yang menjadikan ia takut dan berusaha melakukan mitigasi rasa takut tersebut.

Salah satu ketakutan yang muncul sejak 2024, hasil identifikasi World Economic Forum adalah FOBO. Istilah ini dimunculkan baik di majalah Forbes maupun HBR tahun 2025.

Hasil survei kepada pekerja menunjukkan bahwa akibat teknologi berkembang dengan bantuan AI, maka 42% pekerja yakin bahwa keterampilan inti mereka harus berubah di tahun 2027.

FOBO, or fear of becoming obsolete, is the workplace anxiety gripping employees who worry that AI, automation, and shifting job expectations are outpacing their skills. A Gallup poll found that employees increasingly fear their roles will become irrelevant due to technology, and many aren’t sure how to prepare for the shift.

FOBO, atau takut menjadi usang, adalah kecemasan di tempat kerja yang melanda karyawan karena khawatir AI, otomatisasi, dan perubahan ekspektasi pekerjaan akan melampaui kemampuan mereka. Sebuah jajak pendapat Gallup menemukan bahwa karyawan semakin takut peran mereka akan menjadi tidak relevan karena teknologi, dan banyak yang tidak yakin bagaimana mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut.

Jawaban Islam terhadap fenomena FOBO ini

  1. Meminta keamanan dari Allah. Lihat Surat Al-Quraisy ayat 4. Waamanahum min khauf. Allah memberikan rasa aman kepada mereka dari ketakutan.
  2. Rasa takut harus dicarikan solusi dan mitigasinya. Mitigasi risiko adalah serangkaian langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi dampak atau kemungkinan terjadinya risiko yang dapat memengaruhi tujuan suatu organisasi. Sederhananya, mitigasi risiko adalah upaya proaktif untuk meminimalisir potensi kerugian atau kegagalan yang dapat terjadi dalam bisnis. Kata khauf dalam bahasa Arab merujuk pada perasaan takut yang bersifat umum, yaitu menghindar atau merasa khawatir terhadap sesuatu yang bisa terjadi. Dalam agama Islam ketika kita takut masuk neraka, maka harus mencari cara menjauhi neraka dan mendekati surga.
  3. Belajar hal baru. Mempelajari sesuatu yang baru menyebabkan otak membangun koneksi antar neuron, mengganti beberapa yang hilang seiring berjalannya waktu. Neuroplastisitas mengacu pada kemampuan otak untuk membentuk koneksi saraf baru, yang berdampak pada fungsi dan adaptasi otak. Neuroplastisitas menggambarkan kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi. Otak adalah organ yang sangat mudah dibentuk. Saat kita tumbuh dan belajar, pengalaman kita bertambah banyak, dan sel-sel otak kita berevolusi.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu.”

“Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu” – Socrates

Maka karyawan masa depan harus dilatih untuk kehidupan masa depan.

Artikel Prof. Dr. Gancar Candra Premananto, SE., MSi., CDM., QCRO., AIBIZ., untuk talkshow Dimensi Suara Muslim Radio Network, Senin 08 September 2025.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.