Suaramuslim.net – Katanya, “MBG bukan bisnis, ini wujud kecintaan Prabowo pada anak-anak Indonesia.
Lucu juga sih. Lha wong di Mesir aja, saat acara mendamaikan Israel–Palestina, Pak Subi sempat-sempatnya berbisnis dengan Trump, apalagi di proyek makan siang gratis.
Tapi ya begitulah, kalau sudah kebiasaan bohong, mulutnya ringan banget kalau ngomong.
Kalau memang bukan bisnis, kenapa sistemnya dibuat berlapis-lapis dengan begitu banyak “SPPG”, vendor, dan subkontraktor?
Kenapa bukan sekolah yang langsung mengelola makanannya, biar guru bisa memastikan anak didiknya benar-benar makan bergizi, bukan makan sisa tender?
Atau kenapa bukan orang tua yang langsung diberikan anggaran per bulan agar bisa setiap hari membuatkan makanan bergizi untuk anaknya, karena orang tualah yang paling tahu lauk pauk dan sayuran kesukaan anaknya.
Jawabannya sederhana: karena yang diincar bukan gizinya, tapi rantainya.
Rantai rente, dari dapur ke dinas, dari dinas ke pejabat, dari pejabat ke pusat.
Dan setiap mata rantai itu dapat jatah. Itulah bentuk “kecintaan” yang sebenarnya; bukan pada anak-anak, tapi pada sistem bagi-bagi.
Tapi jangan salah: MBG bukan cuma bisnis, ini juga alat politik paling efektif yang sedang dibangun.
Dibungkus dengan narasi “sayang anak-anak”, padahal yang disayang adalah kursi kekuasaan.
Program ini menumbuhkan mitos pemimpin “paternalistik” — yang memberi makan rakyatnya seperti bapak memberi makan anak-anaknya.
Rakyat digiring untuk berterima kasih, bukan untuk berpikir logis. Bantuan diubah jadi alat cetak loyalitas, bukan solusi kemiskinan.
Di balik dapur MBG juga tersimpan sistem patronase: siapa yang dapat proyek, siapa yang jadi vendor, siapa yang dicoret.
Itu bukan nilai dan kebijakan sosial, tapi jaringan kekuasaan. Jangan lupa, di era digitalisasi, setiap anak penerima MBG otomatis terdata lengkap. Profil sosial, lokasi sekolah, dan data keluarganya semua masuk sistem.
Itu bukan cuma logistik makanan, tapi juga logistik politik.
Jadi, benar, MBG memang bukan sekadar bisnis.
Ia, MBG lebih berbahaya dari bisnis!!!
Ia adalah proyek tiga serangkai: bisnis untuk kroni, citra untuk penguasa, dan kontrol untuk masa depan kekuasaan.
Semua itu dikemas rapi dalam kalimat manis: “Wujud cinta Prabowo pada anak-anak Indonesia.”
Cinta macam apa yang membuat anak-anak keracunan, sementara pejabatnya kenyang dan tepuk tangan?
Cak Bonang
Aktivis. Srawungan AKAS. Arek Kampung Suroboyo
Jumat berkah, 17 Oktober 2025
Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan, dapat memberikan hak jawabnya. Redaksi Suara Muslim akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

