Suaramuslim.net – Di tengah zaman yang penuh dengan tantangan dan perubahan pesat ini, kita, sebagai cendekiawan Muslim, memiliki peran besar dalam memberikan kontribusi nyata untuk umat. Sebuah kontribusi yang bukan hanya terbatas pada bidang akademik, tetapi juga pada pengabdian sosial yang dapat memberikan manfaat berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.
Salah satu tokoh yang memberikan teladan luar biasa dalam hal ini adalah Abdurrahman bin Auf, sahabat Nabi Muhammad ﷺ, yang perjalanan hidupnya dapat menjadi cermin bagi kita dalam menunaikan tugas sosial yang penuh berkah.
Abdurrahman bin Auf: Dari kekayaan ke pengabdian
Abdurrahman bin Auf adalah seorang sahabat yang dikenal dengan kekayaannya di Mekkah. Namun, ketika ia hijrah ke Madinah, segala harta bendanya disita oleh kaum kafir Quraisy, dan ia datang ke Madinah tanpa membawa apa-apa. Meski demikian, ia tidak merasa putus asa.
Ketika sahabat-sahabat Anshor menawarkan bantuan berupa harta atau istri, Abdurrahman bin Auf tidak memilih itu. Ia meminta diberikan akses ke pasar, tempat di mana ia bisa membangun kembali kehidupannya dengan berdagang dan berusaha.
Namun, kisah Abdurrahman bin Auf tidak berhenti di situ. Dengan semangat juang yang tinggi, ia berhasil membangun kembali bisnisnya dan bahkan menjadi salah satu konglomerat terkemuka di Madinah. Kekayaannya tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya, tetapi juga untuk mendukung perjuangan Islam.
Ia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan, menyumbangkan hartanya untuk membiayai perang dan membangun infrastruktur untuk umat Islam.
Apa yang bisa kita petik dari sikap Abdurrahman bin Auf?
Dalam konteks sekarang, pasar yang diminta oleh Abdurrahman bisa kita maknai sebagai faktor produksi yang memungkinkan seseorang untuk tumbuh dan berkembang, yaitu akses dan kesempatan.
ICMI, sebagai organisasi yang kita cintai ini, merupakan “pasar” tersebut; sebuah platform yang menyediakan tempat bagi cendekiawan Muslim untuk mengembangkan gagasan, berbagi ilmu, dan menggerakkan perubahan sosial.
Namun, ICMI bukan hanya sekadar tempat untuk berkumpul. Lebih dari itu, ICMI adalah wadah yang memfasilitasi pengembangan ide-ide cemerlang yang dapat membawa pencerahan bagi umat.
Legasi Abdurrahman bin Auf yang membangun kembali kekayaannya dan berkontribusi pada umat melalui kekayaan dan pengabdiannya adalah contoh nyata bagaimana seseorang bisa membangun legasi yang tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga akhirat.
ICMI sebagai faktor produksi ide dan pencerahan
Sebagaimana Abdurrahman bin Auf menggunakan kesempatan yang diberikan untuk berkembang, kita sebagai cendekiawan Muslim juga harus memanfaatkan ICMI sebagai tempat untuk berkolaborasi dan menghasilkan gagasan-gagasan besar.
ICMI bukan hanya sebuah organisasi, melainkan “tanah” atau “bangunan” yang menjadi modal dasar dalam memproduksi ide-ide inovatif untuk menginspirasi umat.
Dalam konteks ini, kita sebagai pengurus dan anggota ICMI memiliki peran penting untuk memastikan bahwa kita tidak hanya sibuk dengan urusan pribadi atau akademik masing-masing, tetapi juga aktif berkontribusi dalam pencerahan sosial. Tugas kita adalah membangun legasi, legasi yang tidak hanya berbentuk teori dan ilmu, tetapi juga tindakan nyata untuk kebaikan umat.
ICMI bukan hanya sebuah “rumah” atau “bangunan” yang sekadar tempat berkumpul. ICMI adalah sebuah rumah yang memiliki latar sejarah mulia yang patut kita jaga dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
ICMI lahir dari perjuangan panjang para pendirinya yang memiliki visi besar untuk umat Islam di Indonesia, dan telah mencetak banyak pemikir dan aktivis yang turut berkontribusi pada pergerakan bangsa. Maka, sangat disayangkan jika generasi penerusnya, para cendekiawan Muslim, tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
Para pendiri ICMI telah meletakkan dasar yang sangat kuat. Mereka telah memperjuangkan agar organisasi ini bisa menjadi wadah bagi intelektual Muslim untuk memberikan kontribusi nyata kepada umat. Namun, jika generasi cendekiawan sekarang tidak peduli atau tidak terlibat, legasi para pendiri ini bisa hilang.
Tugas kita sebagai generasi penerus adalah melanjutkan dan memperkuat perjuangan mereka, serta memastikan bahwa ICMI tetap menjadi rumah yang dapat menghasilkan gagasan-gagasan besar untuk umat.
Dengan berkontribusi aktif dalam ICMI, kita bukan hanya menjaga legasi mereka, tetapi juga membangun legasi kita sendiri. Ini adalah bagian dari amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir sepanjang masa, meskipun kita sudah tiada.
Menyebarkan ilmu dan berinfak untuk kebaikan umat
Pesan yang paling penting yang dapat kita ambil dari kisah Abdurrahman bin Auf adalah pentingnya menggunakan kesempatan dan akses untuk berkarya. Seperti beliau yang tidak memilih kemewahan dunia, tetapi memilih untuk berjuang di jalan Allah, kita pun harus memilih untuk memanfaatkan waktu dan ilmu kita untuk membangun legasi yang bermanfaat.
Saat ini, ICMI sebagai wadah intelektual dan sosial memiliki kekuatan untuk menjadi faktor produksi gagasan. Namun, agar ide-ide ini dapat diimplementasikan dengan lebih luas, kita membutuhkan modal yang bukan hanya berupa uang, tetapi juga komitmen dan semangat bersama.
Infak dan zakat yang kita sumbangkan bisa menjadi modal utama dalam mewujudkan program-program pencerahan yang lebih luas. Selain itu, kita bisa melibatkan pengusaha Muslim melalui CSR mereka untuk mendukung kegiatan ICMI, memperkuat kolaborasi antara sektor akademik, sosial, dan ekonomi.
Saat ini, tidak ada lagi alasan untuk menunda bertindak. Dunia bergerak sangat cepat dan berubah setiap saat. Tantangan umat Islam semakin kompleks dan membutuhkan solusi yang cepat dan efektif.
Dengan situasi global yang penuh ketidakpastian, termasuk kebangkitan populisme dan kebijakan luar negeri yang keras terhadap dunia Islam, kita sebagai cendekiawan Muslim harus mengambil peran yang lebih besar dalam menciptakan perubahan.
Pemerintahan Donald Trump yang kembali terpilih sebagai presiden Amerika Serikat pada periode keduanya membawa tantangan tersendiri bagi dunia Islam, terutama dalam konteks hubungan internasional, ekonomi, dan politik. Jika kita tidak berperan aktif dalam mencerahkan umat, kita mungkin akan tertinggal dalam peran besar yang bisa kita ambil dalam mewarnai peradaban dunia.
Sekarang adalah waktunya untuk berkolaborasi dan bertindak, agar kita bisa menjadi bagian dari perubahan yang lebih baik. ICMI adalah tempat yang tepat untuk memulai langkah besar tersebut.
Dengan memanfaatkan ICMI sebagai wadah untuk mengembangkan gagasan dan kolaborasi, kita bisa berkontribusi langsung dalam mencerahkan dan menginspirasi umat. Semua ini adalah bagian dari membangun legasi bersama yang akan memberi dampak positif bagi umat, bangsa, dan dunia.
Ulul Albab
Ketua ICMI Jawa Timur
Artikel menjelang Silakwil ICMI Jatim
15 Februari 2025 Kampus UB Malang