Suaramuslim.net – Di dalam Al-Qur’an kata ‘hamba’ biasanya diungkap dengan diksi “ عبد (‘abdun) “. Dan diksi ‘abdun’ di berbagai ayat Al-Qur’an jamaknya (pluralnya) itu ada dua diksi; yaitu عبيد (‘abiid) dan عباد (‘ibaad) yang semuanya berarti ‘hamba-hamba’.
Namun di kedua diksi itu baik ‘abiid maupun ‘ibaad ternyata penggunaannya di Al-Qur’an memiliki perbedaan. Ini menurut pakar tafsir Prof. Dr. Qurasy Shihab.
Beliau menguraikan diksi ‘abiid digunakan untuk menunjuk kepada hamba-hamba Allah yang bergelimang dosa dan enggan bertaubat.
Seperti di QS Ali Imran ayat 182, Al Anfal ayat 51, dan juga Al Fushilat ayat 46.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖۙ وَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ ٤٦
Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat, maka (akibatnya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).
Berbeda dengan kata ‘ibaad di beberapa ayat menunjuk kepada hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya atau mereka yang bergelimang dosa dan telah menyadari dosanya. Lihat Al-Baqarah ayat 186 (hamba-hamba yang gemar berdoa), Al-Maidah ayat 118 (permohonan Nabi Isa supaya hamba-hamba Allah tidak diadzab), Al-Fajr ayat 29 (hamba-hamba yang diridhoi) dan ayat yang hendak kita kaji Al-Furqon 63-68. Ayat yang berbicara tentang ‘ibaad ar-Rahmaan yaitu ciri-ciri hamba Ar-Rahman.
Makna ‘ibaadur Rahmaan dalam Q.S. Al Furqon ayat 63-68
{وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (66) وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (67) }
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kehinaan yang kekal.” Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir; dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Ibad (عباد) pada ayat di atas di-idhofahkan (disandarkan) kepada Nama Allah “Ar-Rahman” yang memiliki arti Maha Pengasih. Dimaksudkan agar hamba-hamba-Nya memiliki rasa kasih sayang kepada sesamanya.
Karena ketika seseorang hamba bersifat dengan sifat Ar-Rahman maka akan menjadikannya memercikkan rahmat dan kasih sayang kepada hamba lainnya.
Langkah menjadi ibaadur Rahman
Jadilah pribadi Ibad Sang Pengasih dengan mengikuti cara-Nya yaitu;
1. Lemah lembut dan rendah hati
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا
Orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. (Al-Furqan: 63).
Tidak sombong, dan angkuh ketika berjalan, di jalan raya yang macet, atau di gang-gang kampung. Selalu menyapa lebih dulu, sebagaimana ayat lainnya;
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra: 37).
2. Santun dan menghormati orang yang nggak paham terhadap ilmu dengan cara memberikan bimbingan dan pencerahan yang menyejukkan dan menyatukan (damai/salama) dengan penuh kesabaran
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Al-Furqan: 63).
3. Malam hari berdiri lama dalam sholat dengan tilawah Al-Qur’an & sujud yang lama untuk mendekatkan diri kepada Allah, bertahajjud
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (Al-Furqan: 64).
Lihat ayat yang lain;
كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالأسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). (Az-Zariyat: 17-18).
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat.
4. Takut terhadap adzab Allah, ini jadi modal berhati-hati dalam melewati kemaksiatan; Seraya terus berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar diajuhkan dari maksiat
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” (Al-Furqan: 65).
5. Tidak berlebihan dalam berinfak hingga tidak punya apa-apa, di lain sisi juga tidak kikir
Mereka membelanjakan hartanya dengan pembelanjaan yang seimbang dan selektif serta pertengahan. Sebaik-baik perkara ialah yang dilakukan secara pertengahan, yakni tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir.
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir. (Al-Furqan: 67).
Ternyata dari semua karakter ibaadur Rahmaan, hamba-hamba Sang Pengasih, kebanyakan adalah memberikan “pengasihan” atau kasih sayang kepada hamba lainnya. Dan ini begitu serasinya dengan kata yang digunakan antara ‘Ibaad dan Ar-Rahmaan.
Benarlah pula yang dikatakan oleh Nabi Muhammad bahwa amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada hamba-Nya.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (Riwayat Ath-Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 13280, 12: 453).
Wallohu Alam
M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
10 juli 2025/14 Muharram 1447