Suaramuslim.net – Teman adalah seseorang yang berguna dalam pergaulan. Dan anak butuh teman dalam aplikasi dari pergaulannya. Dia bisa bergerak kemana seja dengan teman yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Baik untuk sekadar kenal maupun saling mempengaruhi. Seorang teman dalam kehidupan seorang anak tempat dia untuk berkembang. Sehingga dalam perkembangan selama ini, seorang teman bisa menjadi orang tua kedua tentu setelah orang tua sendiri.
Memilihkan teman kepada anak membuat anak tidak bisa mendapat kebebasan. Kebebasan dalam memilih teman sebenarnya proses dia mencari jati dirinya. Teman yang sangat setiapun akan memberikan pelajaran akan proses ini.
Pemilihan teman tidak tepat karena anak sebenarnya sudah tahu mana yang tepat untuk dirinya maupun untuk orang lain. Sehingga tidak perlu diharpakan apakah anak tersebut memang akan menjadi apa atau menjadi tidak ada apa-apa sama sekali.
Berikan kebebasan kepada anak untuk kreatif dalam berteman. Sehingga dalam lingkungan pertemanan ini membuat anak bisa berkembang dengan baik. Dan tentu saja mereka akan menjadi lebih baik untuk berteman dengan semua orang. Semua orang yang berteman dengan orang lain yang akan mendapatkan pengaruh baik dia bisa dimengerti ataupun tidak akan dimengerti. Ini yang menyebabkan kenapa dalam sekian waktu orang bisa kelabakan dalam memberikan pengaruh kenapa orang bisa mendapatkan pengaruh itu sama sekali tidak tahu.
Teman yang baik akan membentuk anak kita baik. Dan tentu saja sebaliknya. Sehingga teman yang baik akan menjadi teman yang utuh dan teman yang utuh ini yang bisa memberikan pencerahan.
Orang tua tidak mungkin mengajarkan kepada anak-anaknya dengan “misuh”. Tapi anak akan bisa berkata demikian jika beberapa temannya mempunyai kebiasaan demikian. Dan ini tidak baik bagi perkembangan akhlak. Maka orang tua selalu mengarahkan dalam bergaul kepada anak-anaknya, mengajak agar bisa menjadi motoris dalam lingkungan. Ini bisa terjadi jika ada pendampingan secara kontinyuitas kepada orang yang hidup dalam perkembangan selama ini.
Ketika orang tua bisa mendekatkan diri dengan anak yang mereka telah mencapai umur setelah masa emasnya maka dia akan mudah untuk meniru apapun. Sehingga bekal yang mapan akan memberikan imunisasi yang baik untuk sang anak. Sehingga tidak bisa dipungkiri jika selama ini orang tua yang anaknya berubah menjadi nakal karena dia telah terpengaruh dengan teman-teman yang baik dan orang tua tidak serius melakukan pendampingan kepada anak. Jika selama ini anak hanya bisa bergerak dengan serius maka anak bisa berkunjung dengan orang tua yang sangat protektif.
Semua anak terlahir sebagai muslim (bertauhid) dan hanya orang tua dan lingkungan yang membentuk dengan agama non tauhid. Marak juga keadaan demikian. Anak hanya mengikuti apa yang menjadi kenyataan dalam lingkungannya. Sehingga anak menjadi peniru yang luar biasa.
Selama ini anak hanya berkembang untuk belajar. Mengajarinya untuk berpikir membuat anak akan terus tumbuh dan menjadi lebih baik daripada yang lainnya. Kalau selama ini anak bisa berubah dengan memberikan kemampuan yang kurang bagus maka dia menjadi kurangg selaras dengan keadaan masyarakatnya.
Agama seseorang bisa dilihat dari temannya. Dan teman ini bisa dilihat dari mana saja. kalau begitu sama dengan keadaan anak. Jika dia berkumpul dengan penghafal Al Quran maka dia akan berkumpul dengan penghafal Al Quran dan akan bisa menjadi penghafal. Jika berkumpul dengan anak yang senang musik maka dia akan menjadi musisi. Maka tidak heran jika selama ini anak hanya menjadi tidak ringan kandungan dalam keadaan demikian.
Pengasuhan dari orang tua kepada anaknya akan memberikan dampak yang tidak sepele. Jika selama ini anak menjadi tidak terkendali karena memang anak hanya akan memberikan respon yang tidak kecil. Jika selama ini anak hanya bisa berkumpul dalam kesempatan ini maka dia menjadi kenyataan jika selama ini anak menjadi tidak bisa berkumpul.
Orang tua yang selalu sibuk dengan urusan sendiri maka anaknya akan menjadi keteteran dan ini fakta yang ada. Jika selama ini anak hanya mengandalkan keadaan orang tua yang miskin maka dengan keadaan demikian maka orang tua hanya berpikir bagaimana anak bisa menjadi atau terbiayai. Kenapa dalam selama ini anak menjadi tidak bisa cerdas karena memang anak hanya bisa mendapatkan dari orang lain.
Orang yang rindu dengan keadaan yang selama ini merupakan keadaan yang memungkinkan dirinya akan kembali dengan baik maka dia akan menjadi kurang baik juga. Selama ini memang keadaan orang tua hanya menjadikan dirinya menjadi tidak berguna dan akan terus menerus tidak berguna dan hanya akan menjadi terpuruk sedikit demi sedikit. Selama ini memang demikian keadaan orang tua yang sibuk sendiri.
Pertumbuhan anak juga perlu diperhatikan dengan jeli agar tidak luput dari pengamatan kita jika selama ini anak yang tidak luput dalam pengamatan ini akan memberikan dampak yang tidak kecil dalam kehidupan si anak. Maka dengan demikian anak yang tidak bisa besar.
Anak dengan instingnya akan mencari teman sesuai dengan kegemarannya dan lingkungannya. Dan kita (sebagai orang tua) akan menjadi teman atau sahabat bagi anak ketika kita memang telah menjadikan anak kita teman. Bahasa begini, orang tua bisa menjadi sahabat yang bijak untuk anaknya. Dan ini dimulai dengan orang tua yakni suami bersahabat dengan istrinya. Pasangan kita bisa menjadi sahabat dalam perkembangan untuk menjadi dirinya sendiri.
Menurut ayah Edy, pakar parenting, 3 resep agar bisa menjadi sahabat bagi anak. Pertama, menjadi sahabat pasangan kita. Kedua, mengubah pola asuh anak. Ketiga, mengerti dan memahami karakter anak.
Menjadi sahabat pasangan kita, merupakan pengantar agar kita bisa memberikan kesepakatan untuk bentuk persahabstan dengan anak. Dan tentu saja jika kita dengan pasangan tidak bersahabat maka bagaimana kita bisa bersahabat dengan anak kita?
Mengubah pola asuh anak. Pola asuh yang cenderung otoriter akan membuat anak menjadi tertutup. Konsep persahabatan adalah keterbukaan dan tidak ada keterpaksaan. Maka ketika salah satu tertutup bagaimana mungkin menjalin persahabatan dengan anak? Mustahil akan berhasil. Yang ada bukan persahabatan tapi atasan dan bawahan.
Mengerti dan memahami anak. Anak yang koleris jangan diperlakukan sama dengan anak yang melankolis. Jika “antem kromo” maka akan terjadi kesalahan dalam pengasuhan anak. Dan anak akan menjadi defense kepada orang tua. Anak mau bersahabat dengan orang tuanya karena anak bisa dimengerti keadaannya. Anak yang koleris cenderung menjadi pemimpin dan akan menjadi pemimpin jika saran-saran dan pandangan anaknya bisa didengar orang tuanya. Jika anak yang tidak kuat dengan perlakuan teman-temanya maka anak bisa menjadi mengadukan kepada “teman yang bijak” yang tak lain orang tuanya. Jika selama ini anak menjadi pemurung maka kemungkinan besar dia sedang bermasalah dengan orang tua. Dan orang tua bisa mendekati dengan lembut dan memberikan waktu untk mendengarkan keluh kesahnya dan memberikan solusi kepada anak tersebut.