Mencermati Strategi Meredam Spirit Jihad

Mencermati Strategi Meredam Spirit Jihad

Mencermati Strategi Meredam Spirit Jihad
Ilustrasi tumpukan buku.

Suaramuslim.net – Kementerian Agama (Kemenag) akan hapus materi perang dari kurikulum Madrasah. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran bertoleransi. Dasar pemikirannya bahwa materi tentang perang dianggap sebagai bibit adanya sikap atau tindakan intoleran, hingga muncul aksi-aksi radikal. Dengan menghapus materi perang dari kurikulum Madrasah diharapkan bisa menumbuhkan sikap toleransi pada umat kelompok non-muslim sehingga hilang rasa kebencian terhadap pemeluk agama lain, dan hilang tindakan-tindakan radikal.

Asumsi ini bukan saja salah dalam memahami spirit perang tetapi gagal dalam memahami hakikat sejarah dalam perjuangan Nabi dalam menyebarkan Islam. Jihad dalam Islam merupakan salah satu dari pilar Islam untuk menegakkan Islam di tengah masyarakat. Apa yang dilakukan Kemenag, yang akan menghapus materi perang dalam kurikulum Madrasah, tidak lebih sebagai babak lanjutan dari pihak-pihak yang fobia terhadap Islam untuk melumpuhkan Islam. Ketika spirit jihad dihilangkan maka secara langsung maupun tidak langsung akan memporak-porandakan sendi-sendi Islam.

Upaya Sistematis Melemahkan Islam

Sendi-sendi Islam terus mengalami goncangan. Kalau sebelumnya wacana tegaknya Islam dengan khilafah berhasil dipatahkan. Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai pengusung gagasan khilafah dinyatakan terlarang dan berbagai personelnya terus dipersoalkan. Hal ini disebabkan khilafah dianggap sebagai ancaman ideologi negara. Pasca khilafah kemudian muncul wacana penghapusan kata-kata kafir. Kata-kata ini dianggap mengandung kekerasan teologis sehingga berpotensi besar disintegrasi antar anak bangsa. Meski memperoleh perlawanan, maka wacana itu sempat membuat umat Islam tertuduh sebagai pihak yang menyulut sulitnya integrasi antar anak bangsa.

Polemik tentang Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasaan Seksual (RUU P-KS) juga mengemuka. RUU P-KS ini menginginkan bahwa pergaulan bebas yang dilandasi oleh suka sama suka tidak masuk kategori kekerasan seksual. Hal ini jelas merusak sendi Islam yang mengarah pada bolehnya pergaulan bebas. Tidak lama setelah itu, muncul gagasan untuk menghapus pendidikan agama dan tak perlu diajarkan di sekolah. Agama cukup diajarkan orang tua masing-masing atau lewat guru agama di luar sekolah. Ini jelas sebagai upaya sistematis untuk menghancurkan sendi-sendi Islam.

Oleh karena itu, rencana untuk menghapus materi perang dari kurikulum Madrasah tidak lebih dari kelanjutan untuk menghancurkan sendi-sendi Islam. Betapa tidak, dengan menghapus sejarah perang dalam Islam, sama halnya menghapus sejarah perjuangan Nabi dalam melawan berbagai taktik dan strategi untuk meredupkan Islam di bumi Makkah dan Madinah.

Dalam sejarah awal kemunculannya, Islam senantiasa mengalami tekanan dan selalu diperangi, dan Nabi tidak pernah melawan karena belum memiliki kekuatan yang signifikan. Apa yang dilakukan Nabi sehingga diperangi karena menegakkan kalimat tauhid dan orang-orang kafir berupaya dengan sekuat tenaga untuk memadamkan cahaya Islam.

Demikian pula ketika Islam tegak di Madinah, maka Nabi terus berupaya untuk menegakkan kalimat tauhid. Namun musuh-musuh Islam terus berupaya untuk melemahkan dan mengadakan perlawanan. Apa yang dilakukan oleh sekelompok orang Yahudi dari kalangan Bani Nadhir, Bani Quraidhah, dan Bani Qunaiqa’ terus berupaya mengganggu Nabi hingga berupaya membunuhnya. Bahkan mereka melakukan pengkhianatan guna melemahkan Islam, sehingga Nabi mengadakan perlawanan dan menumpasnya. Perang yang dilakukan oleh nabi tidak lain adalah memerangi kaum yang culas, khianat dan terus menerus merongrong Islam sehingga diperangi Nabi.

Runtuhnya kekuasaan Persia dan Romawi di tangan Islam sepeninggal Nabi telah membawa dendam membara bagi mereka. Dendam inilah yang menggerakkan dua bangsa itu untuk meruntuhkan Islam dan terus berupaya untuk ingin melemahkan dengan berbagai strategi. Kalau masa lalu, perang secara berhadap-hadapan secara fisik dan menggunakan senjata, maka saat ini perang menggunakan budaya dan merusak pemikiran.

Menghancurkan pemikiran dengan melumpuhkan wacana khilafah, memboleh peredaran minuman keras secara bebas, membebaskan zina, dan penghapusan pelajaran agama di sekolah. Demikian pula rencana penghapusan materi perang dalam kurikulum Madrasah juga sebagai upaya sistematis dari pihak-pihak yang phobia terhadap Islam akan tegaknya nilai-nilai Islam di tengah masyarakat.

Tegaknya Islam dan Perlawanan

Menghapus materi perang dalam kurikulum Madrasah jelas sebagai genderang perang terhadap Islam. Menghapus materi perang merupakan cara perlawanan untuk meredupkan Islam. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Mirza Ghulam Ahmad yang direkayasa oleh pemerintahan Inggris yang mengalami kesulitan dalam menghadapi perlawanan kaum muslimin di India. Maka Mirza menyebarkan sebuah ajaran baru yang menyatakan bahwa jihad tidak ada dalam Islam. Upaya ini cukup efektif sehingga bisa mengurangi perlawanan terhadap koloni Inggris meski tidak mempengaruhi sebagian besarnya kaum muslimin.

Di dalam sejarah telah terbukti bahwa Islam tidak bisa ditundukkan ketika spirit jihad sudah digelorakan. Apa yang dilakukan Nabi ketika perang Badar, perang Uhud atau perang-perang yang lainnya didorong oleh spirit jihad. Spirit jihad yang digelorakan Nabi tertanam dengan kuat sehingga para sahabat ikhlas mengikuti perintah Nabi. Nabi menjanjikan bahwa dengan berjihad, maka akan mendapatkan keagungan di dunia atau mati syahid yang ganjarannya surga.

Wacana untuk menghapus materi perang dari kurikulum Madrasah tidak lain sebagai upaya untuk meniadakan spirit jihad. Ketika spirit jihad sudah redup dan tidak lagi ada dalam hati sanubari kaum muslimin, maka itulah awal redupnya Islam. Dengan kondisi ini, maka musuh-musuh Islam begitu mudah menundukkan dan meredupkan Islam. Inilah awal kehancuran Islam ketika spirit Islam sudah hilang.

Rencana penghapusan materi perang dari kurikulum Madrasah hanyalah test of the water. Ketika umat Islam diam maka penghapusan kurikulum akan dilakukan. Namun ketika umat Islam mereaksi dan mengkritik dengan keras maka rencana itu akan mengalami pembiaran dan menghilang sayup-sayup.*

Surabaya, 17 September 2019

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment