Suaramuslim.net – Kita semua akan selalu mencari kebahagiaan. Kita akan berterimakasih, memuji, berusaha membalas kebaikannya, dan mendoakan dengan tulus agar Allah subhanahu wa ta’ala, membalas orang yang telah membahagiakan kita.
Bila satu orang saja yang dibahagiakan akan membalas dengan senyum dan doa tulus, lantas bagaimana bila ada lebih banyak lagi orang-orang yang kita bahagiakan? Bagaimana bila kebahagiaan itu kita sebarkan? Lalu bagaimana bila menebar kebahagiaan itu menjadi sebuah komitmen hidup bagi kita. Ya hasilnya, kita akan menjadi orang yang paling bahagia. Bahkan melebihi kebahagiaan orang yang kita bahagiakan.
Imam Baihaqi memasukkan akhlak membahagiakan saudara yang mukmin sebagai cabang dari 77 cabang iman. Sehingga makin sering membahagiakan orang lain, makin tampak pembuktian iman kita di hadapan Allah. Dan bila Allah telah melihat bukti keimanan kita, maka hanya Allah sajalah sebaik-baik pemberi balasan kebahagiaan. Sebagaimana firman Allah: ”Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”. (QS. Ar-Ra’du :29)
Dakwah islam telah merubah orientasi hidup sahabat Anshor sepenuhnya. Pertikaian tak berujung antar suku yang terjadi pra dakwah islam, berubah menjadi persaudaraan yang teguh. Menjadi saling menjaga dan membela kehormatan saudaranya. Dari persahabatan duniawi menuju persahabatan akhirat dan tendensi yang dilandasi kecintaan dunia menuju keikhlasan karena mencintai akhirat.
Maka hasilnya bisa kita lihat, persaudaraan itu jauh dari kepura-puraan, pamrih, pamer, dan tidak ada iri dengki. Dimana penyakit-penyakit tersebut, akan sangat mudah kita temui dalam persaudaraan-persaudaraan yang hanya diikat oleh dunia, bahkan terikat oleh darah sekalipun. Mereka saling berlomba-lomba memberikan kebahagiaan untuk saudaranya.
Inilah persaudaraan yang ditegakkan oleh pondasi yang paling kokoh yaitu keimanan kepada Allah. Mereka saling menghormati, mencintai, menolong dan berkorban jiwa dan harta karena mengharap ridho Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan, kepada sahabat-sahabat Anshor (penolong), Allah ta’ala memberi jaminan bahwa, hati mereka bersih dari pamrih ketika melakukan pengorbanan untuk saudaranya. Ikhlas karena Allah semata.
”Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Q.S al-Hasr : 9)
Kontributor: Santy Nur Fajarviana*
Editor: Oki Aryono
*Pengajar di MIT Bakti Ibu Kota Madiun