Suaramuslim.net – Istikharah adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilakukan ketika hendak menginginkan sesuatu yang mubah; sementara dirinya masih bingung apakah ada sisi kebaikan yang terkandung di dalamnya atau tidak.
Sayyid Sabiq dalam “Fiqh al-Sunnah” (1977: I/211-212) menerangkan bahwa orang yang mengalami itu bisa melaksanakan shalat dua rakaat baik di waktu malam atau siang (bebas). Setelah membaca al-Fatihah sebagaimana shalat biasa, dibolehkan membaca surat apa saja sesuai kemampuan orang yang beristikharah.
Selanjutnya memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu memanjatkan doa sebagaimana riwayat Bukhari berikut: “Apabila salah seorang diantara kalian hendak melakukan sesuatu (yang membingungkan), maka lakukanlah shalat (sunnah) dua rakaat -selain shalat wajib-, kemudian bacalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk memutuskan urusanku dan mengatasinya) dengan Kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu kebaikan dari karunia-Mu yang agung, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui bahwa urusan ini (hendaknya disebutkan urusannya) lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akheratku atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: …..duniaku dan akhiratku-, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah untukku. Akan tetapi apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui urusan ini berdampak buruk bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akhiratku, atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:….duniaku atau akhiratku-, maka jauhkan urusan tersebut dariku, dan jauhkan aku darinya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengan takdir tersebut.”
Ketika pada lafal “Hādza al-Amra” dibolehkan mengucapkan keperluan atau hajat yang hendak diminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Terkait dengan istikharah juga, ada catatan menarik dari Imam An-Nawawi terkait istikharah. Kata beliau, “Seharusnya –orang yang telah beristikharah—mengerjakan apa yang membuat lapang (jiwanya). Jadi sejak sebelum istikharah, dirinya tidak boleh condong dengan keinginan pribadinya (hawa nafsunya). Jadi, semua keinginannya dihilangkan dulu, difokuskan kepada kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.”
Meski shalat dan doa istikharah tidak hanya terkhusus masalah jodoh, namun istikharah cukup efektif dalam menemukan jodoh asalkan orang yang beristikharah bersungguh-sungguh meminta kepada Allah.
Suatu ketika, penulis perempuan (yang karyanya sudah 23 buku) bernama Nurul F. Huda –asal Batam—sedang merasa bingung dengan urusan jodoh. Dalam perjalanan hidupnya, ada salah seorang fans yang diam-diam tertarik dengannya, namanya Purwanto.
Alkisah, Purwanto meminta ustaznya dicarikan jodoh seorang penulis seperti Nurul. Kemudian proses berlangsung, sampai akhirnya sang ustaz menjodohkan Purwanto dengan Nurul. Saat Nurul mengetahui itu, dirinya bimbang karena belum mengerti banyak hal tentang Purwanto.
Singkat cerita, ia beristikharah secara intensif dan hatinya lapang menerima Purwanto sebagai suaminya. Selain kelapangan hati, tanda lainnya adalah ayahnya pernah bermimpi putrinya melangsungkan pernikahan. Akhirnya, Nurul dan Purwanto pun menikah dan dikaruniai dua orang anak (itu pada sekitar tahun 2004). Kisah ini bisa dibaca dalam buku “Dahsyatnya Istikharah: Rahasia Memilih Cepat dan Tepat” (2004: 119-125) karya Ayi Yunus Rusyana.
Dari kisah itu, yakinlah bahwa ketika seseorang beriktiar untuk menemukan jodoh melalui istikharah, insyaallah akan dimudahkan oleh-Nya. Namun, yang menjadi catatan penting, selain mencari yang terbaik, jangan lupa bahwa pilihan Allahlah yang terbaik, bukan hawa nafsu.
Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono