Suaramuslim.net – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri akan mendorong Korea Selatan dan Korea Utara segera bersatu. Megawati menawarkan konsep Pancasila kepada kedua negara sebagai jalan mewujudkan perdamaian. Hal ini ia sampaikan di Lotte Hotel, Seoul, Korea Selatan, Rabu (28/8/2019) lalu.
Wow ini cita-cita yang mulia untuk mempersatukan dua negara yang dulunya pernah bersatu. Sehingga dibutuhkan berpikir serius untuk mewujudkannya, bukan sekadar wacana atau bahkan lip service. Berpikir serius diawali dengan berpikir sesuatu, kemudian dilanjut dengan berpikir untuk merealisasikan sesuatu tersebut, ini adalah rangkaian yang tidak bisa dipisah. Intinya, keseriusan itu adanya maksud/tujuan dan bagaimana merealisasikan maksud/tujuan tersebut.
Berkaitan dengan apa yang dikatakan bu Mega, maka gambaran geografis dan sejarah tentang Korea hingga dia terbelah dua haruslah didapat. Pembagian wilayah ini kepada “siapa” ini juga harus diketahui. Selain itu identitas, karakter, latar belakang “siapa” ini juga jangan dinegasikan.
Korea dengan sejarah panjangnya ternyata tidak habis sampai sekarang. Posisi semenanjungnya diapit oleh Tiongkok, Rusia dan Jepang. Wajar lah dalam sejarahnya, Tiongkok dan Jepang ini saling berlomba menjajah Korea. Singkat cerita akhirnya Jepang berhasil menguasai semenanjung Korea. Penjajahan Jepang ini berakhir dengan kekalahan Jepang pada Perang Dunia II tahun 1945, Korea dibagi menjadi dua wilayah berdasarkan garis 38 derajat lintang utara sesuai dengan perjanjian yang diadakan oleh PBB.
Uni Soviet di bagian utara dan Amerika Serikat di bagian selatan. Uni Soviet dan Amerika Serikat tidak berhasil mencapai kesepakatan mengenai implementasi penyatuan Korea. Hal ini mengakibatkan pembentukan pemerintahan yang terpisah dengan masing-masing pemerintah mengklaim memiliki wilayah resmi atas seluruh Korea.
Kemudian meletuslah perang karena Korea Utara menyerang Korea Selatan. Korut didukung penuh oleh Tiongkok dan Uni Soviet. Sedang Korsel didukung AS. Pada tanggal 25 Juli 1953, persetujuan gencatan senjata ditandatangani, walaupun Korea Selatan yang menginginkan pertempuran terus dilanjutkan untuk merebut seluruh semenanjung, menolak menandatanganinya.
Kedua pihak juga gagal menyetujui hubungan untuk berdamai. Gencatan senjata yang ditandatangani tersebut membentuk Zona Demiliterisasi Korea (sebuah perbatasan baru antara kedua negara secara de facto), memberlakukan gencatan senjata, dan pemulangan tawanan perang. Zona Demiliterisasi berada tidak jauh dari paralel 38, yang memisahkan Korea Utara dan Selatan sebelum perang.
Pertempuran dihentikan dengan gencatan senjata, tetapi kedua Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang. Baik Korea Utara maupun Selatan menandatangani Deklarasi Gabungan Utara-Selatan 15 Juni 2000, ketika kedua pihak berjanji mengupayakan penyatuan kembali dengan cara damai.
Selain itu pada 4 Oktober 2007, para pemimpin dari Utara dan Selatan bergandengan tangan untuk mengadakan rapat puncak yang membicarakan pernyataan penghentian perang secara resmi dan mengukuhkan kembali prinsip non-agresi. Fakta menunjukan hingga detik ini keduanya belum berdamai apalagi reunifikasi, justru ketegangan masih terjadi.
Membaca sejarah, kedua negara ini menginginkan penyatuan dan mereka sudah saling melakukan, hanya saja otomatis ideologi negara baru nantinya mengikut kepada yang “menang.” Korut yang condong pada komunis berusaha menguasai Korsel otomatis akan menjadikan negara berazas komunis. Begitu pula Korsel ketika menginginkan Korut masuk kekuasaannya maka harus tunduk dengan ideologi kapitalis.
Akibatnya, penyatuan itu sulit terjadi, terlebih background negara besar sebagai teman kedua negara itu sesuai dengan ideologi masing-masing negara. Korut berteman dengan Rusia dan Tiongkok, Korsel dengan AS. Walhasil pertarungan Korea Utara dan Korea Selatan ini adalah pertarungan ideologi. Ini menunjukkan bahwa watak asli ideologi adalah berusaha untuk disebarkan sehingga diadopsi agar bisa seiring sejalan menjalani kehidupan.
Dengan ciri-ciri ideologi yang berbeda ini dan penolakan dari tiap negara atas negara lainnya karena latar belakang ideologi dan juga ikatan nasionalisme yang pada tiap penduduk membuat kedua negara ini “seri.”
Ketika ada wacana untuk menyatukan maka wacana ini sulit terwujud karena tiap negara tetap mempertahankan apa yang ada pada dirinya. Wajar yang bisa dilakukan hanya sebatas perjanjian gencatan senjata atau perdamaian saja.
Hadirnya negara ketiga sebagai inisiator berlanjut pada fasilitator penyatuan apakah mungkin? Maka kita perlu lihat apa ideologi negara ketiga ini. Apabila dia berideologi seperti salah satu dari kedua ideologi dua negara itu rasanya cukup alot karena pastinya dia condong pada negara yang memiliki ideologi sama. Sedang teman dari negara lawan ini pastinya juga tidak akan membiarkan teman Koreanya ini jatuh pada ideologi lawannya.
Misal Indonesia, dengan ideologinya pasti lebih condong pada Korea yang seideologi dengannya dan akan ditolak mentah-mentah oleh ideologi lawan beserta kroninya. Terlebih lagi negara Koreanya tahu track negara ketiga ini punya pengalaman disintegrasi, kira-kira apa bisa dipercaya untuk menyatukan mereka dengan ideologi yang dia bawa?
Hakikat ideologi adalah cara pandang menyeluruh terhadap kehidupan yang melahirkan aturan untuk mengatur kehidupan tersebut. Di dunia ini ada 3 ideologi yang eksis yaitu kapitalis, sosialis komunis dan Islam. Ketiga ideologi ini memiliki karakter tersendiri walau watak ketiganya sama yaitu ingin berkuasa sekalipun hal melatarbelakangi watak ini berbeda.
Kedua ideologi pertama merupakan ideologi buatan manusia-makhluk, sedang Islam ideologi buatan Allah Pencipta alam raya. Bisa dipastikan ideologi yang kompetibel buat manusia adalah yang dari Allah karena Allah yang tahu hakekat makhluknya, yaitu sifat fitrah manusia, potensi akalnya, ketentraman hatinya. Artinya, Islam adalah ideologi yang benar dan akan melahirkan aturan kehidupan yang benar dan berkeadilan.
Dari sejarah Korea sendiri penyatuan dua Korea ini apakah oleh berideologi komunis atau kapitalis potensinya kecil untuk terwujud. Sehingga hal sia-sia mengulang langkah ini. Mengapa tidak dicoba menyatukan kedua Korea ini dengan ideologi Islam. Mungkinkah? Sangat mungkin! Sejarah membuktikan. Salah satu contoh adalah bersatunya suku Aus dan Khazraj di Madinah/Yastrib. Mereka dua suku besar dan berpengaruh di Madinah yang selalu saling berperang.
Dengan berperang itu yang diharapkan terjadi penyatuan dengan tunduknya pihak yang kalah kepada sistem pengaturan yang menang. Hanya saja mereka “seri.” Tapi mereka menginginkan berakhir perang dan mereka bersaudara kembali. Cita-cita ini mereka bawa ke mana pun mereka pergi.
Hingga suatu saat suku Khazraj menerima dakwah Islam. Kemudian diikuti oleh suku Aus. Mereka berdua berlatar belakang ideologi jahiliyah, buatan manusia, ketika mereka menerima Islam mereka bersaudara kembali. Hingga keduanya menyadari ajaran Islam ini bukan sekadar ajaran ruhani semata, tapi ajaran yang paripurna yang menyelamatkan manusia di dunia akhirat, yang melahirkan keadilan, kesejahteran dan ketentraman.
Sebagai pengikut Rasul, dengan semangat menyatukan dua Korea dengan Islam dan dakwah semoga kaum muslimin mendapat kebaikan mahkota kewajiban yaitu hadirnya kembali tatanan Islam bagi semesta alam, aamiin.
Hana Salamah (Pegiat Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)