Suaramuslim.net – Dalam bekerja kita tentu berharap mendapatkan rezeki untuk kita berikan dan nafkahkan kepada keluarga dan anak-anak. Sahabat, ingatlah apa yang kita nafkahkan pada keluarga, ia akan menjadi darah yang mengalir ke seluruh anggota tubuh dan mengerakkan seluruh pikiran dan sikap dalam keseharian.
Jika yang kita berikan berdasarkan dari makanan hasil kerja yang tidak baik (syubhat, makruh ataupun haram) tentu darah yang mengalir dalam tubuh keluarga kita adalah haram, sehingga jangan salahkan kalau jika akhirnya kita selalu digoda oleh istri kita, anak-anak kita, harta kita dan sebagainya.
Untuk itulah kita harus bekerja keras agar apa yang kita upayakan dalam kerja selalu benar dan berada dalam batas-batas kebaikan dan kebenaran sehingga hasil yang didapatkan, rezeki atau pun gaji, menjadi harta yang halal. Di sinilah kenapa kita perlu bekerja dengan berdasarkan pada hati nurani, dengan menjadikan setiap langkah kita dalam pekerjaan selalu ditimbang dan dikonsultasikan pada hati yang bersih penuh cahaya, serta selalu mendengarkan panduan bisikan suara-suara kebenaran, nilai-nilai kesucian.
Bekerja dengan hati nurani akan membawa pada keberkahan harta atau rezeki yang kita dapatkan. Kita dapat melihat seseorang yang mungkin pendapatannya kecil namun keluarga harmonis, anak tidak pernah sakit, suasana keluarga tenang, taat beribadah, selalu merasa cukup, dapat bersyukur dengan apa yang ada, atau bahkan sering mendapatkan rezeki yang tak terduga. (Ar rizqi min haitsu laa yahtasib).
Namun seringkali kita juga jumpai, terdapat teman yang dari sisi pendapatan sama atau bahkan lebih, namun ketenangan yang diperoleh berbeda, ada saja masalah-masalah yang muncul dari anak-anak (kenakalan, anak sakit), digoda dengan istri (sering menuntut, rumah tangga tidak harmonis, sering cekcok), atau oleh harta itu sendiri, harta habis tidak diketahui ke mana dan untuk apa dikeluarkan, hilang, dicopet, banyak pengeluaran yang tidak jelas, utang di mana-mana, selalu merasa kurang dengan apa yang dimiliki. Jangan-jangan apa yang dialaminya adalah akibat dari ketidakberkahan harta yang didapatkannya sehingga mengurangi nilai keberkahan harta itu sendiri.
Lalu bagaimana menciptakan keberkahan harta itu? Keberkahan sebuah rezeki dapat diformulasikan dalam rumus berikut:
Berkah adalah hasil dari totalitas niat yang ikhlas (N), mujahadah atau sungguh-sungguh (M), rasa dan sikap syukur yang tinggi dan prestatif (S) dan refleksi dari sikap takwa atau tanggung jawab akan amanah yang diembannya (T).
Untuk itulah syarat utama dari sebuah nilai keberkahan rezeki terdiri antara lain:
- Bekerjalah dengan niat untuk mendapatkan rida dan pahala dari Allah
- Bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab
- Banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan sekecil apapun
- Mewujudkan sikap takwa dalam bekerja dengan selalu menghadirkan Allah dalam setiap langkah pekerjaan yang dilakukan
Jika hal-hal ini mampu dilakukan dalam dunia kerja kita maka Allah akan memenuhi janji-Nya; dalam Q.S. Ath Thalaq 65: 2-3:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Bertawakal kepada Allah berarti mendayagunakan seluruh potensi diri untuk memikirkan cara-cara yang benar dan tepat dalam melakukan pekerjaan. Proses kerja dimulai dengan bertawakal kepada Allah dan bersandar kepada-Nya dipadukan dengan tujuan, niatan dan proses kerja, cara melakukan kerja, akan mengantarkan Anda pada keberkahan dari apa yang dihasilkan dari pekerjaan yang Anda upayakan.
2 Agustus 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net