Suaramuslim.net – Warisan Islam sejak dahulu kala adalah kelembutan dan kasih sayang antar sesama manusia. Satu contoh diantaranya adalah Islam mengarahkan umat berdakwah dengan hikmat dan memberi nasihat dengan cara yang baik, santun dan bijaksana. Bahkan untuk setiap masalah yang terjadi, Islam menyarankan dilakukan dialog yang baik dan tidak menyakiti siapapun.
Islam yang indah dan damai itu selalu nampak dalam kepribadian Nabi Muhammad SAW. Saat perang pun, setiap Muslim diajarkan cara-cara menghormati musuh dan dilarang menyakiti anak-anak, wanita dan orang tua.
Semua itu adalah cerminan bahwa cara-cara kekerasan itu bukan Islam. Apalagi tindakan itu menimbulkan korban jiwa. Jadi tak ada hubungan Islam dengan aksi-aksi terorisme. Karena sesungguhnya Islam mengajarkan konsep rahmatan li al-‘alamin atau rahmat bagi alam semesta. Inilah inti ajaran Islam.
Oleh karena itu, muslim Indonesia mesti memperkuat pemahaman tentang makna Islam yang sebenarnya. Itu bisa dilakukan dengan belajar dari ulama, baik melalui pesantren atau lembaga pendidikan yang ada, terutama bagi generasi muda.
Pemahaman makna Islam dinilai sangat penting, agar tidak ada yang terjebak dan terpengaruh oleh propaganda paham radikal. Salah satunya disebabkan oleh mispersepsi tentang definisi jihad. Jihad perjuangan positif-konstruktif dalam memajukan dan mendorong kemlasahatan umat.
Perlu aktualisasi makna jihad yakni sebagai konsep perjuangan mengisi kemerdekaan dan mengentaskan kemiskinan, sehingga Indonesia bisa menjadi negara yang aman, damai, makmur, dan sejahtera.
Oleh sebab itu, mari kita berusaha menjadi muslim paripurna dengan kewajiban total menerapkan ajaran Islam dan tidak memilah-milahnya. Seperti diungkapkan hadits, “Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata, dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraclius, Raja Romawi, bismillah al- rahman al-rahim, keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk. Peluklah masuklah ke dalam Islam, niscaya Allah akan melimpahkan ganjaran yang berlipat ganda. Jika berpaling, maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah wahai Ahli Kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tak ada perselisihan antara kita, bahwa kita tak menyembah kecuali Allah dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah, saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah (QS. Ali Imran: 64)”. (HR Al-Bukhari)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits ini, satu, makna seruan Islam adalah kalimat syahadat. Yang artinya setiap pemeluk agama lain diajak untuk mengucapkan dua kalimat ini.
Dua, pahala ganda atau dua kali adalah pahala yang berlipat bagi orang yang mengikutinya untuk masuk Islam.
Tiga, kaum Arisiyin adalah para pengikut dari kalangan keluarga Kerajaan Romawi. Dosa Arisiyin ditanggung oleh Heraclius. Karena posisi Heraclius sebagai pemimpin, sehingga diikuti anggota kerajaannya, termasuk dalam beragama.
Empat, bagi yang sudah memeluk Islam wajib memegang erat-erat seluruh syariatnya tanpa memilah dan memilih.
Lima, sangat tidak pantas orang yang berprinsip “Apa yang disukai dikerjakan dan yang bertentangan dengan hawa nafsu ditinggalkan”.
Tema hadits ini berkaitan dengan Al-Quran, di mana Allah SWT secara tegas memerintahkan orang-orang yang beriman agar memeluk Islam secara sempurna.
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia merupakan musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 208).
Inilah ayat yang memerintahkan umat Islam agar menjadi Muslim yang paripurna. Pemeluk agama yang total menghayati dan menjalankan rukun Islam: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. *
Prof. Dr. Achmad Satori Ismail, MA
Anggota BAZNAS
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net