Suaramuslim.net – Ada teman jurnalis nanya, berapa anggaran yang dibutuhkan oleh ICMI Jatim untuk penyelenggaraan silakwil 11-12 Maret 2023 nanti? Bagaimana cara penggalian dananya?
Sambil tertawa saya jawab secara berkelakar; “Anda ini nanyanya kayak penyidik KPK saja… Hahaha…”
Kenapa nggak sekalian ditanyakan, “Berapa kebutuhan angaran operasional bulanan ICMI Jatim, dan diperoleh dari mana saja?” Hahahahaha…
Akhirnya secara spotan kami tertawa bersama.
Saya tidak akan menulis cerita selanjutnya tentang obrolan gayeng saya dengan teman-teman jurnalis yang usianya rata-rata jauh di bawah saya itu, yang pastinya lebih kritis, dinamis, dan “nakal” dibanding saya yang sudah tergolong kolonial. Tapi saya akan sedikit mengupas tentang skenario pendanaan ICMI, terutama ICMI Jatim.
Jujur, dari pertanyaan guyonan teman jurnalis tadi saya akhirnya jadi serius menengok dapur ICMI Jatim. Menengok lebih dalam isi perut ICMI Jatim. Juga melihat angka rekening bank ICMI Jatim yang dipegang bendahara.
Anda ingin tahu? Nggak usahlah. Yang penting, kabar gembiranya adalah insyaAllah aman. Setidaknya menurut saya, aman terkendali, dan insyaAllah dijamin “halalan thoyyiban mubarokan.”
Bagaimana sumber pendanaan ICMI berasal?
Dalam AD/ART ICMI dikatakan bahwa “kekayaan dan keuangan ICMI diperoleh dari: (1). Uang pangkal dan iuran anggota; (2). Zakat, infaq, sadaqah, hibah, dan wakaf; (3). Usaha-usaha yang dikelola ICMI; (4). Sumbangan-sumbangan lain yang halal, tidak mengikat dan tidak melanggar hukum.”
Berdasarkan amanah AD/ART ICMI tersebut dapatlah dipastikan bahwa ICMI nggak bakalan kekurangan pendanaan. Setidaknya karena sumber pendanaannya banyak. Dari uang pangkal dan iuran anggota saja sudah dapat dihitung berapa duit yang bisa dikelola.
Misalkan saja di ICMI Jatim, yang jumlah pengurus di tingkat wilayah saja sudah mencapai 150 orang. Belum termasuk jumlah anggotanya.
Anggaplah secara minimalis jumlah pengurus dan anggota ICMI Jatim 1.000 orang saja. Bila uang pangkalnya 100 ribu rupiah dan iuran bulanannya 100 ribu rupiah, maka dana yang masuk dalam setahun sudah 1,3 M. Ini baru dari uang pangkal dan iuran anggota saja. Belum dari sumber lain.
Dari sumber kedua, yaitu zakat, infaq, shodaqoh, hibah, dan wakaf; bila benar-benar digali dan diatur dengan baik, maka tidak mustahil bisa dihimpun dana dengan jumlah minimal sama dengan yang diperoleh dari sumber pertama tadi, yaitu dari uang pangkal dan iuran anggota.
Dari sumber ketiga; yaitu usaha-usaha yang dikelola ICMI, bisa juga ditargetkan minimal sama dengan yang diperoleh dari sumber pertama maupun sumber kedua. Kok bisa? Ya bisa. Karena memang di ICMI banyak terhimpun pakar ekonomi bisnis, baik pakar secara akademik maupun secara praktis.
Di ICMI Jatim banyak sekali pelaku bisnis yang sukses. Banyak sekali.
Ada yang di bidang properti, perbankan, perhotelan, rumah makan, rumah sakit, sekolahan, minuman dalam kemasan, oleh-oleh haji dan umroh, travel umroh dan haji dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kalau saja kekuatan dan potensi luar biasa itu dikelola secara baik dalam bingkai rumah besar (holding) ICMI, maka tidak mustahil usaha-usaha ICMI akan bisa menghimpun dana dua atau tiga kali lipat dari yang diperoleh dari sumber pertama maupun kedua.
Terakhir, yaitu sumber keempat. ICMI dibolehkan untuk menghimpun “sumbangan-sumbangan lain yang halal, tidak mengikat dan tidak melanggar hukum.” Ini pun jika ditangani secara sungguh-sungguh dengan manajemen yang baik, maka akan bisa menambah besaran dana dan kekayaan ICMI.
Itu artinya ICMI akan menjadi organisasi civil society yang kuat dan mandiri, dalam menjalankan visi-misi-tujuan dan targetnya. Ikhtiar-ikhtiar membangun dan menebar kemanfaatan serta kemaslahatan publik benar-benar bisa dilakukan secara mandiri, terbuka, akuntable, dan tentu saja (harus) dapat diaudit oleh akuntan publik dengan hasil WTP.
Merombak struktur untuk meningkatkan kinerja
Topik bahasan inilah yang nanti dalam silakwil akan saya ajukan sebagai bahasan utama. Di mana ke depan ICMI Jatim harus lebih serius lagi dalam memperbaiki sistem dan administrasi organisasi. Lebih serius lagi dalam memilih dan menempatkan tenaga yang “The Right Man on The Right Place.” Dalam konsep Islam adalah “menyerahkan urusan tugas pekerjaan (amanah) kepada ahlinya.” Artinya, akan ada program restrukturisasi dan juga penambahan tenaga baru yang lebih hebat untuk menopang tenaga yang sudah ada.
Salah saru skenarionya adalah merombak struktur dengan menambalsulamkan bagian yang diberi tugas untuk menambah kewibawaan serta keberjasaan ICMI, yaitu dengan cara menguati ICMI dengan:
Pertama; Perancang, perencana, dan pengembangan manajemen penggalian dana yang profesional sesuai amanat AD/ART.
Dibutuhkan pakar manajemen keuangan yang handal. Dan ini di ICMI Jatim bukan sesuatu yang sulit. Karena sedikitnya di kepengurusan ICMI Jatim saat ini ada minimal 10 rektor dari PTN maupun PTS, yang dari akses mereka ICMI Jatim bisa mendapatkan tenaga dengan kualifikasi tersebut.
Belum lagi puluhan guru besar dan praktisi bisnis. Yang dari mereka juga bisa diperoleh akses untuk bisa menemukan tenaga profesional yang dibutuhkan. Tentu saja mereka semua harus dari kalangan ICMI atau setidaknya menjadi anggota ICMI.
Kedua; Perancang sistem administrasi dan organisasi berbasis digital.
Kualifikasi yang dibutuhkan adalah tenaga yang pakar dalam bidang administrasi dan manajemen yang juga memiliki keahlian dalam bidang sistem IT (informatika). Atau gabungan dari beberapa orang dari dua kepakaran tersebut.
Kinerja yang diharapkan dari bagian ini adalah tumbuhnya jumlah keanggotaan, disertai dengan tumbuhnya dana yang bisa dihimpun secara jujur, terbuka, dan akuntable.
Ketiga; Reorientasi dan Revitalisasi struktur organisasi dan diskripsi jabatan dalam kepengurusan.
Tupoksi bendahara tidak boleh lagi hanya sebagai pencatat dan pengelola keluar masuknya uang. Tetapi harus lebih agresif berusaha menumbuhkan perolehan pendanaan untuk mendukung program-program kerja dalam berbagai bidang yang dibutuhkan masyarakat sesuai visi-misi-tujuan ICMI.
Demikian juga tupoksi bidang-bidang lain harus dirumuskan lebih serius dan detail sampai menemukan kualifikasi tenaga yang tepat.
Keempat; Mulai tahun 2023/2024 ini ICMI perlu merancang dibukanya unit usaha. Baik secara mandiri, maupun berkolaborasi, bersinergi dan kerjasama dengan unit usaha lain yang sudah mapan. Paling tidak untuk awal-awalnya dibuatlah bidang usaha dengan pola kerja sama kemitraan.
Mewujudkan masyarakat madani
Di bagian penutup tulisan ini ingin saya tegaskan bahwa ICMI adalah ladang beramal untuk dipanen di akhirat. Dalam sambutan saat pengukuhan di kantor Gubernuran tahun lalu, saya mengajak semua jajaran di kepengurusan ICMI untuk menjadikan ICMI sebagai Mazro’atul Akhiroh.
“Mari kita jadikan ICMI sebagai Mazro’atul Akhiroh, ladang beramal untuk dipanen di akhirat.” Begitu kira-kira penggalan dari pidato saya yang masih saya ingat.
Karena itu, ketika kita sudah berbulat tekad berkhidmat di ICMI untuk menebar kemanfaatan dan kemaslahatan kepada sebanyak-banyaknya umat dan bangsa, ketika itu sesungguhnya kita berjanji kepada Allah SWT bahwa kita siap berjihad di jalan Allah, baik dengan tenaga, waktu, maupun dengan harta. Sesuai perintah Allah, “Wajahiduu Fii Sabilillahi Biamwaalikum wa Anfusikum.”
Saya yakin dan percaya, bahwa sebagian besar teman-teman yang aktif di ICMI, adalah orang-orang hebat, hamba-hamba pilihan Allah, yang berkomitmen tinggi untuk secara totalitas mendarmabaktikan kecendekiawanannya untuk kemanfaatan dan kemaslahatan umat.
Mereka ini bergabung di ICMI bukan untuk mencari penghasilan tambahan, bukan untuk gagah-gagahan, bukan karena diajak teman, juga bukan untuk sekadar meningkatkan popularitas dan elektabilitas untuk persiapan ikut pemilu tahun 2024 mendatang.
Bahwa ada tokoh ICMI yang ikut maju sebagai kandidat dalam kontestasi pemilu 2024, baik sebagai capres-cawapres, cagub-cawagub, cabup-cawabup, cawali-cawawali, atau caleg. Saya pastikan bahwa itu dikarenakan bangsa ini memanggil orang-orang baik, orang-orang jujur, orang-orang yang berkomitmen tinggi untuk benar-benar membangun negeri. Bahkan sebagai organisasi kader, ICMI akan mereferensikan, merekomendasikan, dan mendorong tokoh-tokohnya yang hebat, yang luar biasa, untuk maju mengisi format kepemimpinan formal.
Itu artinya, bahwa ICMI mengembangkan organisasi secara profesional di ruang yang penuh nilai, penuh misi. Bukan ruang hampa yang bebas nilai.
Misi utama ICMI adalah “mewujudkan masyarakat madani yang diridhoi Allah.” Konsentrasi kegiatan ICMI adalah membangun SDM unggul, yaitu SDM yang beriman, bertaqwa, cendekia, berakhlaq mulia, mengabdi untuk kemaslahatan bangsa, dan tentu saja menyintai Indonesia.
Semoga kita termasuk hamba yang dipangil Allah dengan sebutan mesra: “Yaa Ayyatuhan-Nafsul Muthma’innah, Irji’i ilaa Robbiki Roodhiyatan Mardhiyah. Fadkhuli fii ‘ibadii, wadkhuli Jannati.”