JAKARTA (Suaramuslim.net) – Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) H. M. Jusuf Kalla (JK) disertai pimpinan organisasi itu bersilaturahim dengan sejumlah duta besar dan perwakilan negara-negara sahabat di ruang pertemuan Pimpinan Pusat DMI di Jakarta, Rabu (22/06/22).
Dalam sambutannya yang berjudul “Peace Message from the Indonesian Mosques to the World” untuk menandai Milad DMI ke-50, JK mengatakan ia ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana memimpin DMI yang merupakan organisasi payung dari lebih 800.000 masjid di seluruh Indonesia.
Silaturahim bertujuan selain untuk lebih memperkenalkan DMI juga untuk membuka jalan meningkatkan kerjasama bagi kemakmuran masjid di seluruh dunia.
PP DMI telah bekerja mempromosikan peran masjid memperbaiki sosio-ekonomi komunitas dengan visi “Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid.”
Lebih jauh Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, mengatakan Raja Salman dari Arab Saudi, yang pernah berkunjung ke Indonesia pada Maret 2018, terkejut mendengar kabar tentang jumlah masjid yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan jumlah yang besar, JK mengimbau kehadiran ribuan masjid dapat mendorong masyarakat agar menjadi lebih baik.
Menurut JK, di Indonesia berlaku lima hari kerja mulai Senin hingga Jumat dan dua hari libur yakni Sabtu dan Ahad.
“Dampaknya shalat Jumat berlangsung pada hari kerja. Konsekuensinya masjid ada di mana-mana, di kantor, di sekolah, di SPBU. Ini berbeda dari negara-negara Islam lainnya yang pada setiap Jumat sebagai hari libur kerja,” ujarnya.
Selain itu 90 persen masjid di Indonesia milik masyarakat sehingga independen. Hanya 10 persen yang jadi milik pemerintah. Masjid-masjid itu menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti pelatihan bagi para juru dakwah (dai) dan para jamaahnya.
JK mengajak masjid-masjid untuk dijadikan pusat pendidikan di samping pusat dakwah seperti Masjid Al Azhar di Kebayoran, Jakarta Selatan.
Di Jakarta sendiri terdapat 6.000 masjid. Suara adzan dari masjid-masjid itu berkumandang pada saat bersamaan. Menurut JK, suara adzan dari masjid-masjid yang berdekatan harus diatur sedemikian rupa agar terdengar indah, syahdu dan tidak saling bertabrakan.
“Perlu ada aturan tentang penataan speaker masjid yang baik,” ujarnya.
Terkait dengan program DMI, dia mengatakan organisasi ini memiliki program-program unggulan mulai dari penanganan sound system masjid, program bersih masjid, program kesehatan berbasis masjid, program khusus untuk membuat arsitektur masjid.
“DMI menggandeng sejumlah pihak untuk mewujudkan masjid bersih dan sehat, bekerja sama dengan konsultan arsitektur masjid yang baik,” jelasnya.
Terkait dengan akustik masjid, JK mengatakan 70 persen kegiatan umat di masjid ialah mendengarkan khutbah, ceramah, pengumuman penting. Jadi akustik masjid-masjid penting.
Pada bagian lain dia mengatakan banyak imam masjid asal Indonesia saat ini bekerja di negara-negara Arab dan di kawasan Timur Tengah. Di masa lalu banyak imam dari negara-negara Arab, yang berdakwah untuk menyiarkan Islam di Indonesia. Negara-negara Arab dan Timteng memiliki hubungan erat dengan umat Islam di Indonesia.
Rabithah al-Alam al-Islami saat ini sedang bekerja sama dengan DMI untuk membangun museum sejarah Nabi Muhammad SAW dan membangun Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang menyediakan beasiswa bagi mahasiswa dari berbagai negara untuk kuliah di perguruan tinggi itu.
Untuk mengatasi dampak globalisasi dan pandemi COVID-19, JK juga mendorong para pengurus masjid memainkan peran dengan menggalakkan wakaf dan zakat untuk memajukan ekonomi umat.
Wakaf dan zakat penting bagi kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi dan madrasah atau sekolah untuk pencerahan sosio-kultural.
“Kami akan membangun kolaborasi sinergi untuk melaksanakan tiga hal yakni masjid, wakaf dan madrasah untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran umat. Mari kita makmurkan masjid dan dimakmurkan masjid,” tutup JK.