Suaramuslim.net – Pernah mendengar istilah sandwich generation? Atau belum pernah sama sekali? Bagi kebanyakan orang, mungkin istilah ini belum familiar.
Sandwich generation adalah istilah bagi generasi yang terhimpit secara finansial untuk mencukupi kebutuhan pihak atas (orang tua) dan pihak bawah (anak-anaknya). Kenapa disebut sandwich? Karena posisinya berada di tengah-tengah dan terhimpit layaknya sandwich.
“Mereka bertanggungjawab menghidupi orang tua serta keluarganya sendiri. Berat tantangannya bagi generasi milenial karena zaman saat ini kan telah berubah, kebutuhan di masa kini semakin banyak serta persaingan semakin ketat.” Ujar Bunda Irawati, Psikolog di Lembaga Pendidikan At-Taqwa dalam progam Mozaik Suara Muslim Radio Network, Rabu (1/9/2021).
Ada beberapa kategori sandwich generation.
Pertama, traditional sandwich generation yaitu mereka yang usianya antara 40-60 tahun dan masih harus menanggung kebutuhan anak-anaknya yang sudah usia produktif tetapi belum mandiri secara finansial. Di sisi lain, mereka juga bertanggungjawab atas orang tuanya yang sudah lanjut usia.
Kedua, club sandwich generation usia 30-40 tahun yang memiliki anak-anak yang masih kecil sekaligus merawat orang tua dan kakek neneknya.
Selanjutnya, ada open-faced sandwich generation Tipe ini mengacu pada individu yang terlibat aktif merawat lansia. Sebut saja, perawat di panti jompo maupun perawat khusus lansia di rumah.
Fenomena ini terjadi karena adanya tuntutan, faktor usia orang tua yang panjang sehingga sang anak harus bertanggungjawab untuk merawatnya hingga lanjut usia dan kurangnya persiapan financial.
“Sebagai sandwich generation tidaklah mudah. Adanya tuntutan yang wajib dilaksanakan dapat membuat kita merasa tertekan, stres, dan bisa mempengaruhi sisi psikologis. Hal ini bisa dihindari dengan cara mengatur financial planner sejak dini dan matang,” ujar Founder Griya Terapi Nairdza itu.
Bunda Ira juga menyebutkan, peran serta komunikasi pada keluarga salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir beban dan tanggung jawab sandwich generation.
Menanamkan kepada anak-anak untuk hidup mandiri secara finansial juga penting karena akan berguna untuk masa depannya. Dengan hal ini mereka akan mengerti proses dalam mencari uang itu tidak mudah.
“Semua ini tergantung dari manajemen keuangan kita masing-masing. Jadi yang harus kita lakukan adalah menanamkan kepada anak-anak untuk belajar saving keuangan. Misalnya pos-pos pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kebutuhan diri sendiri dan yang paling penting adalah sedekah,” jelas Bunda Ira.
Selain mengatur finansial, jangan lupa kita sisihkan untuk bersedekah karena janji Allah itu sudah pasti.
Hal itu harus kita tanamkan, memiliki keyakinan bahwa Allah itu Maha Kaya. Serta kita juga harus percaya akan potensi-potensi diri kita untuk mengumpulkan rezeki yang diberikan oleh Allah.