Suaramuslim.net – Mitra muslim pernahkah melihat pasangan tiba-tiba meminta si kecil untuk tidak bermain gawai dengan suara yang cukup melengking? Padahal tanpa sengaja kita sendiri juga sedang memegang gawai, entah untuk membuka pesan penting atau membuat status.
Ayah dan bunda tanpa sadar memberikan serta menerapkan aturan yang berbeda-beda. Ini akan membuat si kecil bingung harus mengikuti aturan yang mana. Pada akhirnya, ia akan memihak salah satu orang tua yang selalu mengikuti keinginannya, lho.
Dan perbedaan dalam menerapkan aturan bisa juga menjadi pencetus ketegangan hubungan suami istri dan menyebabkan nada-nada tinggi mewarnai keharmonisan rumah tangga.
Orang tua sejak jaman dahulu sampai saat ini memang tidak ada bentuk bakunya, tidak ada istilah benar dan salah, tidak bisa digaris semata-mata seperti kita bermain puzzle. Tetapi justru setiap keluarga masing-masing mempunyai cara penyesuaiannya sendiri-sendiri. Mempunyai pilihan akan dibawa ke mana keluarga kita, termasuk di dalamnya bagaimana pola komunikasi suami dan istri, orang tua dan anak, pola pengasuhan dan sebagainya.
Nah, di sini kita harus melihat dulu. Ketika kita menikah, kita dari dua keluarga yang berbeda dan dengan latar belakang masing-masing.
Ada orang-orang yang mungkin dibesarkan dengan cara ketika salah tidak langsung dimarahi. Ada juga yang ketika salah langsung dimarahi. Bahkan ada yang menggunakan kekerasan fisik seperti dicubit. Atau malah diabaikan.
Nah, ketika menikah, orang tua adalah cermin anaknya. Ketika dibesarkan dengan cara kekerasan, terbiasa dengan pola asuh seperti itu, ketika mereka menjadi orang tua ada kemungkinan-kemungkinan dan faktor risiko akan melakukan hal yang sama.
Tapi tidak semuanya akan seperti itu. Karena semua akan berjalan bagaimana lingkungan dan cara pola pikir mereka ketika mereka tumbuh dewasa.
Ada juga orang tua yang memiliki pengalaman di masa kecilnya buruk tapi karena keadaan lingkungan seperti sudah mulai mengenal ilmu parenting, tahu bahwa tidak semua pola kekerasan itu cocok, dan akhirnya semakin hari semakin berkurang.
Jadi efek kekerasan itu macam-macam. Ada yang merasa sangat takut, ada juga rasa benci dan amarah yang membuat si anak tidak bisa dekat dengan orang tuanya. Pengaruh-pengaruh itu akan selalu ada.
Jadi, untuk para bunda mungkin bisa membicarakan pola asuh anak dengan cara mengajak ngobrol santai dengan suami sambil melihat-lihat buku atau instagram tentang parenting. Karena beberapa suami ada yang tidak suka istrinya langsung menyalahkan. Dengan sama-sama belajar, sama-sama baca, seolah yang menasihati itu dari orang lain, dari ahlinya.
Artikel ini dikutip dari siaran Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM pada hari Selasa, 18 Februari 2020 pukul 13.00-14.00 bersama Bunda Asteria Ratnawati Saroinsong – Psikolog Layanan Psikologi Bijaksana, Wakil Ketua Yayasan Advokasi Sadar Autisme, Narasumber di Bidang Psikologi Perkembangan & Pengembangan Diri.