JAKARTA (Suaramuslim.net) – Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) menyatakan, tidak ada lagi materi tentang perang dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di madrasah.
Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Ustaz Fahmi Salim mempertanyakan rencana Kemenag yang akan mengimplementasikan kebijakan penghapusan pada tahun ajaran 2020 ini.
Ustaz Salim menanyakan, apakah kejayaan umat Islam pada zaman dahulu hanya didukung oleh iptek dan ekonomi tanpa adanya kekuatan dari militer.
“Apakah kejayaan Islam bisa diraih hanya dengan penguasaan iptek dan kemakmuran ekonomi dan perdagangan di dunia Islam tanpa ada kekuatan militer yang melindungi umat Islam dan capaian-capaiannya dari agresi dan gangguan negara-negara kafir?” katanya dalam rilis kepada redaksi Suaramuslim.net, Senin (16/9).
Salim menegaskan, semua bangsa dan peradaban di dunia bangga dengan kekuatan militernya dalam menghadapi ancaman-ancaman terhadap kedaulatan mereka.
“Ini kok malah mau menghapus materi sejarah penaklukan Islam? Di mana dan bagaimana bisa masa kejayaan Islam itu dapat dihadirkan secara utuh kepada peserta didik?” Tanyanya.
“Apakah rela bangsa Indonesia menghapus sejarah perjuangan dan revolusi perang untuk mengusir penjajah asing dari negeri ini selama berabad-abad? Di mana kah kejayaan Indonesia dan nusantara mau diletakkan?” Tanyanya lagi.
Jika pemerintah dan Kemenag ingin menghapus kesan minor dan pandangan negatif terhadap perang jihad dalam sejarah Islam, menurut Salim, maka bantahlah pandangan khas ala orientalis dengan membuat narasi cerdas tentang tujuan perang jihad dan praktiknya.
“Bagaimana bisa Kemenag berani mencerabut sejarah Islam dari akarnya seperti dipraktikkan oleh para sahabat dan salafus saleh? Ketika Saad bin Abi Waqqash ra berkata, kami dahulu mengajarkan kepada anak-anak kami sejarah peperangan Nabi seperti kami mengajarkan mereka bacaan Qur’an,” ungkapnya.
“Sungguh lancang dan biadab jika para ulama membiarkan ini terjadi di dalam rumah kita, NKRI yang tegak akibat perang-perang jihad para pahlawan nasional yang terdiri dari para ulama, zuama dan kaum santri nasionalis,” tegas Ustaz Salim.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir