Suaramuslim.net – Munafiq, itu orang sakit jiwa lho..!
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَما هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَما يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنْفُسَهُمْ وَما يَشْعُرُونَ (9)
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,’ padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar.”
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan bagi mereka azab yang pedih disebabkan mereka berdusta.”(QS. Al-Baqarah 2: 8-10).
Dalam awal surat Al-Baqarah ini, 4 awal surat membahas tentang ciri orang beriman, kemudian disambung 2 ayat yang berbicara tentang ciri orang kafir. Dan 13 ayat, ayat ke 8 hingga ke 20 (waow, banyak banget), berbicara tentang orang munafiq.
Selain itu juga dalam surat Ali-Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubah, Huud, Al-Ahzab, surat Muhammad, Al-Fath, Al-Hadid, Al-Hasyr, Al-Munafiqun dan At-Tahrim. Sungguh sangat lebih banyak dibandingkan dengan penjelasan ayat tentang orang beriman dan orang kafir.
So, kemunafikan lebih berbahaya daripada kekafiran. Karena kemunafikan itu penyakit jiwa yang mengerikan. Mereka membuat pencitraan seolah sebagai muslim yang baik lagi banyak melakukan kebaikan kepada orang lain, padahal sesungguhnya itu penipuan yang murahan. Dan, banyak juga umat Islam yang tertipu, itu bahayanya.
So, munafiq itu orangnya, adapun perbuatannya adalah nifaq.
Apa itu nifaq (kemunafikan)? Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Katsir;
هو إظهار الخير وإسرار الشر
“Nifaq adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan” (Ibn Katsir 1/47)
Adapun Ibnu Juraij mengatakan;
المنافق يخالف قوله فعله، وسره علانيته، ومدخله مخرجه، ومشهده مغيبه.
“Orang munafik ialah orang yang omongannya menyelisihi tindak-tanduknya, batinnya menyelisihi lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi tempat keluarnya, dan kehadirannya menyelisihi ketidakadaannya” (‘Umdah At-Tafsir I/78).
Nifaq itu penyakit yang sangat berbahaya, kalau tidak disembuhkan akan semakin akut dan berbahaya.
Nifaq itu ada dua macam
Kalau meminjam istilah Ibn Qoyyim, ada nifaq ashghor (kecil) yang tidak menyebabkan pelakunya kekal di Neraka dan ada nifaq akbar, nifaq besar. Yaitu menyebabkan pelakunya kekal berada di tingkat neraka yang paling rendah.
1. Nifaq Ashghor (nifaq kecil/nifaq amali).
Ciri-cirinya ada tiga sebagaimana diungkap oleh Nabi Muhammad
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji menyelisihi, dan jika dipercayai mengkhianati” (HR Al-Bukhari, Kitab Iman, Bab Tanda-tanda Orang Munafik, no. 33 dan Muslim, Kitab Iman, Bab Penjelasan Sifat-Sifat Orang Munafik, no. 59).
Ciri-ciri di atas amat sangat menonjol di masa sekarang meski dia itu orang ber-Islam.
Ada pejabat yang ingkar janji, itu munafiq!
Ada pemimpin yang tidak amanat dengan jabatannya itu juga munafiq.
Ada aparat yang memainkan hukum untuk kepentingan yang tidak benar, itu munafiq.
Ada muslim yang tidak menjalankan syariat agamanya, itu berarti tidak amanat, dan itu munafiq lho.
Nah kalau munafiq kecil ini dipelihara, maka lama lama akan jadi munafiq besar, na’udzu billah.
2. Nifaq akbar, nifak besar atau i’tiqody.
Nifaq jenis inilah yang ada di zaman Rasulullah dan ayat-ayat Al-Quran diturunkan mencela dan mengkafirkan mereka serta mengabarkan bahwa orang yang memiliki sifat ini akan dikembalikan ke dalam kerak api neraka.
Allah berfirman;
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu akan dicampakkan ke dalam kerak neraka dan kamu tidak akan melihat mereka memperoleh penolong” (QS: 4: 145).
Macam Nifaq besar diantaranya yang diungkap Ibn Taimiyah;
بأن يظهر تكذيب الرسول أو جحود بعض ما جاء به، أو بغضه، أو عدم اعتقاد وجوب اتباعه، أو المسرّة بانخفاض دينه، أو المساءة بظهور دينه، ونحو ذلك: مما لا يكون صاحبه إلا عدواً لله ورسوله، وهذا القدر كان موجوداً في زمن رسول الله صلى الله عليه وسلم، ومازال بعده، بل هو أكثر منه على عهده.
Mendustakan Nabi Muhammad Mendustakan sebagian ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Membenci Nabi Muhammad Membenci sebagian ajaran Nabi Muhammad seperti membenci jilbab,poligami, jihad dll.
Merasa gembira jika melihat agama Nabi Muhammad sedang dalam kondisi mundur
Merasa sempit dada jika melihat agama Islam jaya. (Majmu’ Al Fatawa 28/434)
Cara menyembuhkan penyakit nifaq di hati;
Penyakit ini tidak boleh dipelihara, karena kalau dibiarkan justru akan bertambah akut. Bisa jadi awalnya masih nifaq kecil, kalau dibiarkan terus akan berpotensi jadi nifaq besar/akbar.
A. Coba datangi masjid untuk sholat berjamaah bersama imam di saat takbiratul ihram, selama 40 hari. Maka itu akan menghilangkan penyakit nifaq di hati ini;
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِى جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah, ia tidak luput dari takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dicatat terbebas dari dua hal yaitu terbebas dari siksa neraka dan terbebas dari kemunafikan.” (HR. Tirmidzi, no. 241).
B. Atau jika berat poin yang di atas, maka coba tidak meninggalkan sholat Isya dan Subuh berjamaah.
Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657).
C. Ayo banyak ikutan komunitas yang menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Karena hanya orang munafiq yang tidak mau amar ma’ruf dan nahi mungkar.
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik [At-Taubah/9:67]
D. Tanamkan niat untuk berjihad, biar tidak sama dengan mereka;
dari Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِهِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
“Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka dia mati di atas satu cabang dari kemunafikan.” (HR Muslim)
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarah-nya atas Shahih Muslim, “Maknanya: siapa yang melakukan ini maka dia menyerupai orang-orang munafik yang meninggalkan jihad dalam sifat ini. Sebab meninggalkan jihad adalah satu cabang kemunafikan.”
E. Banyak dzikir, dan semangat ibadah, karena penyakit nifaq akan hilang dg semangat ibadah dan banyak dzikir.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS An-Nisa: 142).
Saudaraku, jaga jiwa ini sekuat mungkin agar tidak sakit jiwa karena nifaq.
Bercerminlah kepada sahabat Nabi bagaimana mereka begitu takut dengan kemunafikan.
عن حنظلة الأسدي: أنه مر بأبي بكر وهو يبكي، فقال: ما لك؟ قال: نافق حنظلة يا أبا بكر، نكون عند رسول الله صلى الله عليه وسلم يذكرنا بالجنة والنار كأنا رأي عين، فإذا رجعنا، عافسنا الأزواج والضيعة فنسينا كثيراً، قال أبو بكر: فالله إنا لكذلك، فانطلقنا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: ((مالك يا حنظلة؟ قال: نافق حنظلة يا رسول الله، وذكر له مثل ما قال لأبي بكر، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لو تدومون على الحال التي تقومون بها من عندي، لصافحتكم الملائكة على مجالسكم وفي طرقكم، ولكن يا حنظلة ساعة وساعة))
Dari Hanzholah Al-Usayyidiy-beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam-, ia berkata, Abu Bakar pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?
Aku menjawab, Hanzhalah kini telah jadi munafik. Abu Bakar berkata, Subhanallah, apa yang engkau katakan?
Aku menjawab, kami jika berada di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kami teringat neraka dan surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul shallallahu alaihi wa sallam dan kami bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa. Abu Bakar pun menjawab, kami pun begitu.
Kemudian aku dan Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu aku berkata, Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami. Namun jika kami meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu bersabda, “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau terus menerus dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat”. Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim no. 2750).