Suaramuslim.net – Coba kita gali spirit motivasi Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 41 ini.
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Ada yang menarik dari komentar Dr. Wahbah Az Zuhaily ketika membahas tentang jihad.
Beliau mengungkapkan jihad di ayat itu diartikan dengan tiga macam:
- Jihad melawan musuh yang nampak dan jelas. Inilah yang biasa disebut dengan perang melawan musuh Islam yang nyata memerangi dan mengusir umat Islam.
- Jihad melawan setan.
- Jihad melawan hawa nafsu.
Dari penjelasan itu beliau membedakan antara memerangi setan dan hawa nafsu. Seolah itu dua obyek yang berbeda, dan memang kenyataannya berbeda.
Apa itu setan?
Setan, dari kata; syutun (شطون) yang artinya jauh(بعد) karena setan dijauhkan dari rahmat Allah. (Kamus Al Mu’jam Al Wasith).
Tugas setan itu sebagai tukang bisik bisik. Ini dilihat dari firman Allah surah Al-An’am ayat 112.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi-nabi itu musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan sebagian yang lain perkataan yang indah untuk menipu manusia.”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, dari jin ada setan dan dari manusia ada setan, sebagian mereka mewahyukan (membisikkan) kepada sebagian yang lain.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/811).
So, setan itu bisa jin dan bisa pula manusia, yang terkadang suka membisikkan hal-hal buruk.
Itulah kenapa terkadang di otak kita muncul beribu bahasa bisikan indah untuk melakukan hal-hal yang buruk. Atau terkadang ada temen yang berusaha merayu kita untuk melakukan hal yang buruk.
Apa itu hawa atau hawa nafsu?
Secara bahasa al-hawa itu berarti cinta, keinginan atau kecenderungan yang kuat.
Ibnu Rajab berkata, “Al-hawa bisa pula bermakna cinta dan kecondongan jika dimutlakkan. Maknanya bisa berarti condong pada kebenaran dan selainnya. Terkadang juga bisa digunakan dengan makna mencintai kebenaran secara khusus dan tunduk pada kebenaran tersebut.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:398-399).
Namun secara umum biasanya kalimat al-hawa di dalam Al-Qur’an indentik dengan kecintaan yang buruk dan negatif, selalu berkonotasi melanggar aturan Allah. Dan ketika al-hawa yang negatif itu berada dalam jiwa (nafs), maka disebut hawa nafsu yang selalu negatif.
Semua ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang al-hawa atau ahwa’ itu selalu berkonotasi negatif yang tidak boleh memperturutkannya.
Contoh sebagian ayat itu adalah;
وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Shad: 26).
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ , فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal-(nya).” (An-Nazi’at: 40-41).
So… Hawa nafsu adalah otak kotor manusia yang membuatnya berperilaku hina.
Dari uraian di atas, menunjukkan manusia memiliki dua musuh yang membuatnya terjerumus kepada perbuatan yang fasiq. Yaitu musuh internal hawa nafsu dan musuh eksternal (luar) yaitu bisikan setan. Dan kita diperintah untuk berjihad melawan keduanya.
Di bulan Ramadhan ini perlawanan lebih ringan karena musuh luarnya lagi dipenjara atau dibelenggu. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (Al-Bukhari dan Muslim).
Itulah kenapa kita selalu merasa kegiatan ibadah Ramadhan lebih semangat dan khusyu’, karena memang yang dihadapi jiwa hanyalah musuh internal yaitu hawa nafsu.
Inilah kemuliaan Ramadhan dengan terbelenggunya setan memberikan hikmah kepada kita agar lebih bersemangat ibadah lagi. Apalagi pintu-pintu surga terbuka dan pintu neraka tertutup, membuat pegiat Ramadhan semakin giat beramal.
Kalau di bulan saat setan tidak bisa menggoda kita saja masih tergoda oleh hawa nafsu sehingga berbuat maksiat, maka tidak bisa dibayangkan bagaimana perilakunya ketika di luar Ramadhan.
Maksimalkan ibadah di bulan Ramadhan
Ibnu Qoyyim berkata;
وَلِهَذَا مَنْ صَحّ لَهُ يَوْمُ جُمُعَتِهِ وَسَلِمَ سَلِمَتْ لَهُ سَائِرُ جُمْعَتِهِ وَمَنْ صَحّ لَهُ رَمَضَانُ وَسَلِمَ سَلِمَتْ لَهُ سَائِرُ سَنَتِهِ
“Barang siapa yang benar amalannya di hari Jumat maka ia akan selamat di semua hari, dan barang siapa ia benar puasa Ramadhannya, maka ia akan selamat selama setahunnya.”
So, selagi setan terbelenggu, sehingga musuh berkurang satu, maka kuatkan jiwa untuk terus beramal saleh di Ramadhan ini.
Inti amal saleh di Ramadhan itu:
- Imsak (nahan diri) dari makan yang berlebih agar setan tidak lagi memiliki kemampuan untuk memasuki tubuh kita
- Tingkatkan kualitas dan kuantitas salat
- Tingkatkan semangat membersamai Al-Qur’an
- Raih lailatul qadar
Jika hal itu semua bisa dilakukan, maka akan membuat diri terlatih agar bertahan untuk menghadapi setan setelah terlepasnya belenggunya. Wallahu a’lam.