Suaramuslim.net – Kita pasti ingat cerita nabi Yusuf AS. Nabi yang dikenal dengan ketampanan dan kesalehannya. Ia hidup di masa kerajaan yang adikuasa. Saat itu sang raja bermimpi ada tujuh ekor sapi gemuk dimakan tujuh ekor sapi yang kurus, dan melihat tujuh tangkai gandum yang hijau serta tujuh tangkai lainnya yang kering.
Semua menganggap itu adalah mimpi biasa, penasihat-penasihat kerajaan menganggapnya sebagai angin lalu saja. Tapi raja tidak mempercayainya. Ia meyakini ada pesan tersembunyi di baliknya. Raja penasaran dan mencari penakwil mimpi terbaik.
7 Tahun vs 7 Tahun
Tersiarlah kabar ada seorang yang mahir dalam menakwilkan mimpi. Yaitu Nabi Yusuf AS. Nabi diundang sebagai tempat konsultasi mimpi istimewa tersebut. Nabi utusan Allah tersebut kemudian mengartikan bahwa akan ada tujuh tahun yang subur dan akan ada masa tujuh tahun dalam kekeringan.
Maka disarankan untuk bercocok tanam di masa tujuh tahun yang sangat subur. Nantinya ketika panen disimpan untuk masa tujuh tahun setelahnya. Sedangkan biji gandum jangan dipisahkan dari tangkainya agar lebih awet. Sedangkan masyarakat diminta makan secukupnya agar bisa menghadapi masa tujuh tahun yang sulit itu. Mengetatkan ikat pinggang.
Ternyata prediksi tersebut benar-benar terjadi, dan raja sudah siap. Tujuh tahun yang sangat sulit bisa dilalui, masyarakat tidak kelaparan. Masih ada simpanan untuk dinikmati. Selama tujuh tahun berikutnya. Tentu hal ini banyak ibrahnya.
Inilah yang terjadi jika sudah tahu betapa beratnya yang akan terjadi. Atau sudah tahu jalan panjang yang akan ditempuh, maka sudah pasti harus bersiap-siap.
Corona Mengingatkan Kisah Nabi Yusuf
Saya merasakan saat sekarang ini, di masa negeri bahkan dunia ditimpa wabah Covid-19, seperti di masa Nabi Yusuf AS. Semua dilarang berkeliaran. Sumber-sumber nafkah terputus. Baru dua bulan sudah banyak yang kehilangan pekerjaan. Sekolah-sekolah kesulitan dengan SPP.
Jika kisah Nabi Yusuf jelas hingga 7 tahun, masa corona ini akan sampai berapa tahun? Belum ada yang bisa menakwilkan, bahkan pimpinan WHO sendiri mengatakan “Ini masa yang panjang.”
Mari kita tentukan sendiri, mungkin ini akan dilewati dalam masa satu tahun. Maka jika mengikuti Sang Nabi, kita harus menyimpan persediaan untuk satu tahun. Yang ada saja. Entah pribadi atau bahkan institusi.
Caranya, singkirkan kebutuhan sekunder, atau bahkan tersier. Mulai fokus pada kebutuhan pokok saja. Kita lihat di berita online, youtube, pemerintah selalu mengabarkan tentang stok makanan aman. Ya, karena memang yang diperhatikan adalah kebutuhan pokok.
Dr (HC) Abdulkadir Baraja
Dewan Pembina Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Al-Hikmah Surabaya
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net