Suaramuslim.net – Sedih dan miris, begitulah yang dirasakan banyak orang menyaksikan kecurangan dan keculasan dalam pemilu 2019 ini. Rakyat menyaksikan dengan mata telanjang tak perlu mata batin. Namun sungguh ironis, sudah sebegitu terang benderangnya kecurangan-kecurangan itu para penyokong masih tak juga melihatnya dengan mata telanjang, alih-alih dengan mata batin seorang ulama.
Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menuliskan pernyataan Imam Abu Ali Ad Daqqaq An Naisaburi Asy Syafi’i:
الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق
“Orang yang berdiam diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah syaithon akhros (yakni setan yang bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyampaikan kebatilan ia adalah setan yang berbicara.”
Ibnu Taimiyah rahimahullah juga pernah berkata: “Orang yang berdiam diri dari menyampaikan kebenaran (padahal ia mampu menyampaikannya) adalah Syaithon Akhros (setan Bisu dari jenis manusia).” Lihat Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan: “Agama dan kebaikan apalagi yang ada pada seseorang yang melihat larangan-larangan Allah dilanggar, batas-batas-Nya diabaikan, agama-Nya ditinggalkan, dan sunnah Rasul-Nya dibenci. Orang yang hatinya dingin, lisannya diam (dari menyampaikan kebenaran dan mengingkari kemungkaran), dia adalah Syaithon Akhros (setan bisu dari jenis manusia), sebagaimana orang yang berbicara dengan kebatilan dinamakan Syaithon Nathiq (setan yang berbicara dari jenis manusia).
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 165-166:
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165) فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166) }
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabb kalian dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya. Kami katakan kepadanya, jadilah kalian kera yang hina.”
Allah Azza wa Jalla menceritakan perihal penduduk kota tersebut. Mereka terpecah belah menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok pertama melanggar larangan dan memakai tipu muslihat dalam berburu ikan di hari Sabtu, seperti yang telah diterangkan penjelasannya dalam tafsir surat Al-Baqarah.
2. Kelompok kedua melarang perbuatan itu dan memisahkan diri dari mereka yang melanggar.
3. Kelompok ketiga yang bersikap diam, tidak mengerjakan, tidak pula melarang, tetapi mereka mengatakan kepada kelompok yang memprotes perbuatan tersebut, “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?”
Demikianlah dalam keseharian kita, banyak sekali orang yang berkata seperti dalam ayat ini, “sudah biarkan saja itu kan urusan mereka, nanti mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya di dunia dan di akhirat. Allah nanti yang akan menghancurkan mereka, Allah yang akan mengazab mereka.”
Padahal, yang diselamatkan oleh Allah hanya kelompok kedua, yang melakukan nahi mungkar, mencegah kemungkaran dan memisahkan diri dari pelaku kemungkaran tersebut. Yang salih tapi diam saja, bahkan tetap berada di lingkungan para ahli maksiat dan kemungkaran itu maka ia akan diazab oleh Allah dan termasuk golongan orang-orang yang zalim.
Oleh karenanya jangan kita tenang-tenang seraya berkata “Toh saya salih, toh saya gak ikut maksiat, tapi diam saja melihat maksiat, maka kita masuk ke dalam kelompok yang zalim,”
Wallahu A’lam
Penulis: Fuad Al Hazimi