Suaramuslim.net – Pemimpin yang baik, saya kira, pemimpin yang tampil apa adanya dan berusaha menjauhi kepalsuan, sekalipun kepalsuan itu dapat menarik sebagian masyarakat yang juga menyukai kepalsuan.
Pemimpin yang berakhlak (bermoralitas), pasti tidak suka pada hal-hal yang artifisial, yang tidak otentik, yang palsu. Jokowi satu-satunya presiden yang sangat suka berpakaian militer, bahkan menemui tetamunya di istana tetap menggunakan baju militer. Seingat saya Pak Harto dan Pak SBY justru tidak pernah mengenakan baju militer setelah jadi presiden.
Juga Jokowi membuka Asian Games dengan “menerbangkan” motor besar tanpa ada rasa malu dan kikuk bahwa yang mengendarai motor itu adalah seorang stuntman.
Kepalsuan, sesungguhnya, tidak pernah memberikan hasil, kecuali barangkali rasa kagum masyarakat sementara, kemudian hilang ditiup angin. Yang tersisa adalah realita keras yang dihadapi rakyat sehari-hari.
Presiden Sinode Gereja-gereja Baptis Papua, Dr Sokratez Sofyan Yoman, mengatakan Jokowi hanyalah mengutamakan seremonial. Papua tidak memerlukan kunjungan-kunjungan dan aksi-aksi spontan, seperti menggendong anak dan melambaikan tangan sambil tersenyum.
“Belum ada perubahan substansial. Dia (Jokowi) bersandiwara,” ucapnya.
Menegakkan HAM di tanah Papua dan menghargai martabat orang Papua, itu yang lebih penting dan lebih diperlukan.*
Dikutip dari e-book karya Prof. M. Amien Rais berjudul “Hijrah; Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral.”
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net